Dalam al-Qur'an surat al-A'raf ayat 168 Allah swt memberitahukan bahwa manusia itu akan diuji dengan kebaikan dan keburukan. Adapun tujuan diturunkannya ujian itu adalah agar mereka yang diuji mau kembali kepada-Nya. "Dan kami uji mereka dengan nikmat pemberian yang baik-baik dan bala bencana yang buruk, supaya mereka kembali (bertaubat)".

Dengan ayat ini Allah swt menyiratkan pesan agar siapapun kita, yang sedang ditimpa musibah ujian, hendaknya menyikapinya dengan tetap berkhusnuzan kepada Allah swt. Apapun bentuk ujian itu tujuannya adalah untuk kebaikan mereka yang diuji, tak ada sedikitpun keburukan yang diinginkan oleh Allah swt. Bahkan baginda Rasulullah saw mencontohkan agar bersyukur ketika menerima ujian baik yang menuenangkan maupun tidak disenanginya. Hal ini terekam dalam riwayat:

"Dari ‘Aisyah Ummul Mu’minin beliau berkata : Adalah Rasulullah saw jika ditimpa keadaan yang menyenangkan, beliau berkata : Alhamdulillah alladzii bi ni’matihii tatimmus shoolihaat (Segala puji bagi Allah yang dengan kenikmatan dariNya kebaikan-kebaikan menjadi sempurna). Sedangkan jika beliau ditimpa sesuatu yang tidak disenanginya, beliau mengucapkan : Alhamdulillah ala kulli haal (Segala puji bagi Allah dalam segenap keadaan)”(H.R Ibnu Majah).

Para ulama menggolongkan sikap bersyukur atas segala musibah ini pada tingkatan tertinggi dalam menyikapi musibah. Hal ini karena sejatinya musibah terbesar yang menimpa seseorang adalah ketika aqidahnya telah sirna dari hidupnya. Azab di akhirat jauh lebih berat dibanding segala kesusahan yang melanda di dunia ini. Justru musibah yang dialami di dunia akan dapat menghapus dosa pelakunya ketika ia itu mampu bersabar menjalaninya. Maka, Seseorang yang menyadari akan hal ini, ia akan bersyukur ketika ditimpa musibah, karena pada hakikatnya setiap kali musibah datang, bertambah pula kebaikan untuk dirinya.

#Tantangan365

#Tantanganke 3