Asih Lestari

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Pengalaman Pramembaca Untuk Si Dua Tahun ( Bagian 1 )

Pengalaman Pramembaca Untuk Si Dua Tahun ( Bagian 1 )

Sebuah kamar tanpa buku bagai tubuh tanpa jiwa.

Begitulah pepatah cina menggambarkan betapa pentingnya buku bagi kehidupan manusia. Bila kita ibaratkan kamar adalah sebuah rumah, maka rumah tanpa adanya buku tak lebih seperti tubuh yang tidak berjiwa, kosong tak ada artinya. Buku identik dengan kegiatan membaca, mentaddaburi ilmu. Bila di dalam rumah, seluruh anggota keluarganya sudah mencitai kegiatan membaca, niscaya keluarga tersebut akan menjadi keluarga yang kaya, jiwanya kaya akan ilmu yang ia peroleh dari kegiatan membaca tersebut.

Ada banyak jalan untuk menjadikan sebuah keluarga menjadi keluarga literasi, menjadikan kegiatan membaca sebagai suatu aktivitas yang tidak bisa ditinggalkan, aktivitas yang dicintai. Salah satunya dengan membiasakan membacakan buku untuk bayi, seperti yang sudah saya tulis sebelumnya. Menumbuhkan minat membaca pada anak adalah suatu proses yang berkesinambungan dan terus menerus. Sepanjang hayat.

Apa resiko mengenalkan buku sejak bayi? Hanya satu, yaitu buku menjadi rusak, sobek atau koyak. Menurut saya, hal tersebut tidak akan menjadi suatu masalah besar. Bukankah lebih baik buku rusak karena dibaca, daripada selalu mulus karena hanya menjadi penghuni tetap di pojok rak buku yang tak pernah tersentuh?

Apalagi mengingat besarnya manfaat yang kita peroleh dari kegiatan mendekatkan buku secara fisik kepada anak sejak bayi. Ini akan menjadi pengalaman pramembaca yang sangat luar biasa bagi mereka. Paling tidak mereka menjadi akrab dengan buku. Buku bukan lagi menjadi benda asing untuknya. Bukankah untuk mencintai harus mengenal terlebih dahulu?

Kita mengenalkan kegiatan membaca sejak bayi kepada anak sehingga muncul ketertarikan yang kuat untuk "membaca". Hal terpenting yang harus kita tumbuhkan adalah kemauan atau minat membaca terlebih dahulu bukan kemampuan membaca.

Menurut Paul C Burn, dengan memberi pengalaman pramembaca yang baik, maka akan merangsang kesiapan membaca pada anak. Kesiapan membaca adalah tingkat kematangan seorang anak untuk belajar kemampuan membaca tanpa menimbukkan efek negatif bagi anak tersebut. Berdasarkan teori yang berkembang saat ini, rata-rata anak mencapai kematangan untuk belajar membaca pada umur 7 tahun. Namun, pada anak yang sudah mempunyai pengalaman pramembaca sejak bayi maka ia akan mencapai kesiapan tersebut pada usia TK, 4 atau 5 tahun bahkan pada usia yang lebih muda lagi.

Waduh..sekarang anak saya sudah bukan bayi lagi, sudah mau dua tahun. Berarti saya sudah terlambat?

Saya rasa tidak ada kata terlambat. Sekaranglah saatnya kita mulai . Tak perlu kita menyesali masa-masa bayi yang terlewatkan tanpa kegiatan membaca buku. Atau menunggu mereka memasuki usia sekolah formal. Sekarang saatnya kita mulai, saat mereka memasuki umur dua tahun. Intinya sama, dengan cara memberikan pengalaman pramembaca.

Apa saja yang bisa kita lakukan? Mari kita uraikan bersama-sama:

1. Mulailah dengan buku bergambar dengan sedikit kata-kata. Dalam buku "Membuat Anak Gila Membaca" karya Muhammad Faudzil Adhim, buku jenis ini biasa disebut dengan istilah WPB (Wordless Picture Book). Gambar dan warna-warna yang mencolok dan indah akan menarik perhatian anak untuk mulai mau dibacakan buku oleh orang tuanya. Kalau kita menggunakan buku jenis ini, maka kita bisa merangsang dan menumbuhkan sikap positif anak dengan membaca. Kemampuan anak memahami cerita dalam buku dibawah bimbingan dari orang tuanya akan membuat anak menemukan keasyikan dalam membaca. Dari sini akan muncul minat membaca pada diri anak.

Setiap anak lahir dengan kekhasan masing-masing, mereka tidak bisa disamakan satu sama lain. Bahkan jika mereka lahir kembar sekalipun. Begitupun dengan buah hati saya. Anak kedua saya, Kaurina, meskipun ia sudah akrab dengan buku sejak bayi. Pada usia dua tahun, saya melihat ia belum mulai tertarik untuk dibacakan buku cerita yang banyak tulisanya. Ia cenderung mudah bosan ketika saya membaca buku-buku tersebut. Ia lebih memilih berdiskusi tentang gambar daripada mendengarkan saya.

Misalnya saat saya membacakan buku bergambar anak yang sedang menangis, ia akan lebih tertarik pada gambar tersebut,dan tidak memperhatikan ceritanya. " Bu, ini apa?" "Adik? " "Nangis?" ,berondongan pertanyaan yang menggambarkann rasa penasarannya tentang gambar. Dari situ saya mengambil kesimpulan kalau anak saya tersebut belum siap untuk dibacakan buku dengan tulisan yang banyak. Untuk mengatasi masalah tersebut,akhirnya saya dan suami memilih buku jenis WPB untuk dibacakan kepadanya. Dan ternyata berhasil, ketika saya membacakan buku jenis ini ia lebih antuasias dan bersemangat dalam membaca buku. Dan sekarang di umurnya yang keempat,dia sudah bisa duduk manis ketika kakaknya atau saya membacakan buku dengan teks yang cukup panjang.

2. Bacalah buku di depan anak. Orang tua menjadi model atau figur pertama dan utama yang dicontoh oleh anak. Kebiasaan orang tua, akan dengan mudah ditirukan oleh anaknya. Begitupun dengan kegiatan membaca. Kalau anak sering melihat orang tuanya membaca buku, maka akan timbul keinginan pada diri anak untuk melakukan hal yang sama. Agaknya kegemaran membaca anak pertama saya, Halwa, timbul karena lingkungan dirumah sudah akrab dengan buku. Ia sering melihat saya atau suami membaca buku, atau sekedar majalah. Lalu apa yang harus kita lakukan kalau kita orang tuanya belum atau tidak gemar membaca? Rasanya tidak adil ketika kita hanya menyuruh anak untuk membaca sedangkan kita sendiri tidak pernah melakukanya. Pertama-tama mulailah dari diri kita, mulai membaca buku di depan anak. Kalau kita belum terbiasa membaca, kita bisa mulai melakukannya dengan durasi yang singkat. Misalnya 15 menit saja. Kita ajak anak untuk membaca bersama-sama. Dengan demikian kita bisa menumbuhkan minat membaca pada anak, sekaligus pada diri kita sebagai orang tua sebagai bonusnya. Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui.

Bersambung.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantaaaap! Lanjuuut! Seruan Bagus buat cucuku nanti.. He.. He.. Mksh Neng, seruuu, baguuus!

22 Apr
Balas

Keren banget tulisan dan nasihatnya, lanjutkan adiku sayang..menulis dan membacalah dengan cinta..

22 Apr
Balas

Kau adalah malaikat bagi putrimu, bidadari syurgawi.

22 Apr
Balas

Terima kasih teh dati cantik....

22 Apr
Balas

Terima kasih teh...☺ Mbayangke teteh jadi nenek.... Hihihi.... Nenek paling imut sedunia....

22 Apr
Balas

Memotivasi sekaligus menggelitik saya untuk lebih memberi teladan (membaca). Daripada hanya sekedar menyuruh murid membaca. ☺☺

22 Apr
Balas

Kapan saya bisa menulis seperti teman-teman ini ?

23 Apr
Balas

Semangat bu ertati! Pasti bisa!! Mari belajar besama - sama...☺

23 Apr

Itu aku buuu. Heeee.

22 Apr
Balas

Hihihi... pasti tadi buka hp langsung koment Nggih? G sadar ternyata salah masuk akun...hehehe

22 Apr



search

New Post