Asih Lestari

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Virus Merah Jambu

Virus Merah Jambu

##

Kalau memang kau pilihkan aku

Tunggu sampai aku datang

Nanti ku bawa engkau

ke surga abadi

Kini belumlah saatnya

Aku membalas cintamu

Nantikanku di batas waktu

##

Alunan merdu nasyid menemaniku malam ini. Entah mengapa akhir-akhir ini aku lebih sering mendengarkan nasyid yang seperti in, bernuansa cinta. Perasaanku terkadang juga tak menentu. Entahlah…nampaknya ada yang tidak beres dengan hatiku.

***

Pagi ini matahari bersinar dengan begitu cerah, seakan –akan ingin memancarkan seluruh sinar yang tertahan selama berhari-hari. Beberapa hari ini matahari enggan menyapa, bersembunyi di balik awan hitam yang menggantung.

Tapi entah mengapa perasaanku hari ini tidak seceria sang mentari. Aku lebih memilih duduk menyendiri melahap seluruh isi buku di bawah pohon rindang di tepi danau kampus.

“ Assalamu’alaikum”, aku dengar suara Nina menyapa. Nina adalah adik kesayanganku, saat ini ia kuliah di kampus yang sama denganku.

“ Wa’alaikum salam” Jawabku singkat tanpa sedikitpun mengalihkan pandangan dari buku.

“ Kak, nanti aku tidak jadi pulang bareng dengan Kakak. Aku mau pergi ke pameran buku dulu bersama Naufa.”

Deg,… rasanya jantungku berhenti berdetak untuk sesaat. “Naufa”, mendengar namanya saja, sudah mampu membuat hatiku bergetar, wajahku merah padam.

“ Iya,Dek. Hati-hati”, ku coba menjawab dengan nada yang datar, agar Nina tidak tahu gemuruh di dalam hatiku.

Setelah adikku berlalu, aku metutup buku yang ku baca. Tanpa kusadari, anganku melayang . Terbang bersama hembusan angin menuju ke pujaan hatiku.

Dialah Naufa, sahabat adikku. Dalam tubuhnya yang mungil tersimpan ghirah yang teramat besar dalam dakwah. Keberaniannya dalam berjuang, mampu membuat rekan-rekannya berdecak kagum sekaligus geleng-geleng kepala. Aku, adikku dan Naufa satu organisasi di kampus. Kebetulan tahun ini akulah yang mendapat amanah untuk menjadi ketua. Aku masih ingat beberapa bulan lalu dalam sebuah rapat, di balik tabir pemisah antara ikhwan dan akhwat. Dengan penuh semangat Naufa menyampaikan bahwa ia bersedia mengambil tanggung jawab untuk merintis sebuah Taman Pendidikan Al-Qur’an ( TPA) di sebuah daerah hitam di pinggiran kota. Warganya mayoritas adalah preman pasar dan para pemulung. Aku sempat was-was memikirkannya. Namun dengan segala semangat dan kegigihannya, semuanya bisa berjalan lancar.Kelembutannya mampu merubah sikap masyarakat. Mereka yang sebelumnya menolak, sekarang justru mendukung penuh TPA rintisan kami. Sungguh di balik kelembutannya, tersimpan kekuatan yang luar biasa.

* * *

“ Mas…”, satu kata yang diucapkan Rama. Ia adalah salah satu sahabatku. “ Ada yang ingin aku sampaikan.”

Melihat keseriusan dalam wajah Rama, tanpa banyak bertanya langsung ku atur posisiku agar ia nyaman menyampaikan isi hatinya.

“ Silahkan.” Jawabku singkat.

Rama Nampak ragu untuk melanjutkan. “ Begini mas…” Rama terhenti.

“ Nampaknya aku sudah terserang virus itu.” Kudengarkan dengan penuih khitmad, tanpa menyelanya sama sekali. Kudengarkan dengan wajah yang serius.

“ Akhir-akhir ini ia sering sekali menguasai hatiku mas. Aku selalu memikirkannya. Aku merasa perasaan ini semakin menyiksaku.”, Rama menghela nafas panjang.

“ Virus merah jambu”, ucapku lirih.

“ Nampaknya sekarang sudah stadium lanjut. Setiap mengingatnya aku semakin bersemangat melakukan amalan harian ku. Apalagi kalau aku berada dalam satu tempat dengannya.... aku takut menjadi riya'. Aku takut cintaku padanya melebihi cintaku pada Alloh mas....." sekali lagi kulihat Rama menghembuskan nafas panjangnya kembali.

"Aku harus bagaimana mas?”

Ku hembuskan nafas dalam, terasa berat sekali…

“ Ram, dalam tubuh seseorang terdapat segumpal daging. Bila ia baik, maka akan baik pula seluruh tubuh, tapi sebaliknya bila ia rusak, maka rusak pulalah seluruh tubuh itu. Dialah Hati. Dari hati lahirlah perasaan cinta. Cinta bisa mendatangkan kemuliaan bila kita tepat menyikapinya. Namun cinta juga bisa mendatangkan kehinaan bagi siapa saja yang salah menempatkannya.” Hatiku bergetar mengucapkannya.

“ Rama, jangan biarkan bujuk rayu syetan menjerumuskanmu ke lembah kenistaan. Sesungguhnya tipu dayanya sangat besar.” lanjutku.

“ Aku tahu mas. Lalu menurut mas , aku harus bagaimana? ” Rama kembali terdiam “ Sangat sulit menghapuskannya.”

“ Kamu pernah dengar ungkapan ini? Bila cinta datang menyapamu,datangngilah orang tuanya, halalkanlah dia. Tetapi bila belum mampu, berbenah dirilah kamu dalam diam. Menurutku ungkapan itu telah menjawab semuanya.” Aku terdiam untuk sementara, batinku terasa tercambuk. Aku malu.

“ Kenapa kita harus berbenah diri? “ ucapku sambil mengarahkan pandangannku pada sahabatku.

“ Karena perempuan yang baik diciptakan untuk lelaki yang baik, begitupun sebaliknya perempuan yang buruk untuk lelaki yang buruk pula. Tentu kita menginginkan pendamping yang baik. Yang bisa sehidup, sesurga dengan kita.” Kuhirup nafas yang panjang…dadaku terasa sesak.

“Mengapa dalam diam, Mas? Tak bolehkah kuungkapkan sekedar untuk mengurangi beban dihatiku.” Pertanyan Rama semakin mengusik hatiku.

“ Rama, janganlah kamu memperturutkan hawa nafsu. Jangan pernah kau hembuskan angin surga kepada gadis yang belum tentu menjadi jodohmu. Boleh jadi kelak ia akan berjodoh dengan lelaki yang lebih baik darimu. Dan tidak menutup kemungkinan Alloh telah menyiapakn seorang bidadari yang kelak mendampingimu ”

“ Mohonlah kepada Allah, mintalah ketenangan hati hanya kepada-Nya. Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu menjadi kemurnian fitrah kita sebagai manusia.”

“ Lalu aku harus bagaimana sekarang?”

“ Berbalik badanlah untuk sejenak, bukan karena tak cinta. Tapi untuk mempersiapkan diri , memohon yang terbaik kepadaNya. Dan kembalilah ketika semua bekal telah cukup. Datangi bapaknya,ungkapkanlah niat sucimu . Bukankah itu lebih ksatria?” kutepuk bahunya untuk menguatkan hati sahabatku Rama. “ Terima kasih, Mas..” ucapnya sambil mengangkat wajahnya yang sedari tadi hanya tertunduk.

* * *

Setelah percakapnku denga Rama siang tadi, aku banyak merenung.

Mungkin itu menjadi teguran untukku. Teguran penuh cinta dari Robb ku melalui sahabatku. Teguran karena hatiku yang mulai bercabang. Teguran agar aku tidak terjerumus pada kehinaan.

Sejatinya semua perkataanku untuk Rama adalah teguran dan nasihat untuk diriku sendiri. Aku sunguh sangat malu. Ampunilah hamba Ya Allah..

Kini saatnya bagiku untuk bersikap seperti selayaknya lelaki sejati.

Naufa, sekaranglah saatnya bagiku untuk berbalik badan . Bukan karena aku tak cinta, tapi karena aku ingin mempersiapkan diri agar aku layak menjadi imam untukmu kelak.

Tunggulah sampai aku datang ke rumah orang tuamu…

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Uhuuuy, virus merah jambu mengetuk hati nan lembut. Menguak rona merana....mantap!

28 Aug
Balas

Uhuuuy, virus merah jambu mengetuk hati nan lembut. Menguak rona merana....mantap!

28 Aug
Balas

Terimakasih teh mimin...

28 Aug
Balas

Fiksi sarat Nasihat yang bijak

29 Aug
Balas



search

New Post