Tulisan Asih Suyatni (MAN 3 Banyumas) SAGUSABU Purbalingga
TIADA YANG ABADI
Mmm..., ternyata seperti inilah wajahku kini. Wajah seorang jelita seksi (jelang limapuluh tahun, seket kurang siji). Pipiku semakin chubby. Alhasil, hidung yang hanya pas-pasan pun menjadi semakin hilang bila dipandang dari samping. Di bawah mata telah terlukis lingkaran yang makin hari makin kentara. Tepian mata pun telah digelayuti parit-parit tipis yang kian ke sini kian nyata. Garis senyumku makin kentara dan sepertinya tak bisa disamarkan meski memakai krim wajah berharga jutaan.
Hello...! Pantaskah kubersedih hanya karena hal itu? Sepertinya tidak perlu! Ingat saja bahwa satu penyakit yang tak ada obatnya memang penyakit “tua”. Jadi, bila kini tlah tiba masanya, kita tentu tak bisa mengelak darinya. Tak perlu bersedih. Tak perlu bingung. Apalagi stres. Nikmati saja.... How? Ya, tentu saja dengan bersyukur. Mensyukuri segala hal yang telah dianugerahkan Allah pada kita adalah kunci utamanya. Karena semakin kita bersyukur, akan semakin bertambah nikmat yang Allah limpahkan pada kita. Dan aku sangat bersyukur atas segala hal yang telah Allah titipkan padaku, tak terkecuali wajahku. Why? Ya, karena segala yang menempel di situ masuk kategori normal: hidung (meski tak mancung) berlubang dua, mata dua (lengkap dengan bulu mata), alis dua (tebal pula) dan masih terletak di atas mata, ada bibir dua (atas dan bawah) yang bila dibuka kan memperlihatkan deretan gigi meski sudah tak lengkap lagi. Ada kening, pipi, sampai dagu. Semua ada.
Aku ingat-ingat pula, sekian puluh tahun yang lalu, wajahku pernah tirus. Mataku pernah indah, tanpa guratan ketuaan. Kulit wajah juga pernah bersih, tanpa satu pun garis yang melintang, dan tanpa jerawat. Lalu, alisku, yang saat ku kecil sering diledek teman seperti galengan, ternyata sekarang justru menjadi tren model alis para artis.
So, mengapa harus bersedih? Kenapa mesti stres? Toh semua yang melekat di wajah adalah keindahan sempurna dari Sang Maha Pencipta. Jadi, syukuri saja! Bila memang telah tiba waktunya, tiada artinya bila kita keluhkan. Tiada untungnya bila kita sesalkan.
Aku pernah bilang pada suamiku tersayang, “Malukah dirimu kini bila berjalan bersamaku?” Ternyata jawabannya, “Tidak, aku pun kini tlah berubah. Lihat saja perutku yang makin menggelembung ini.” Jawaban itu, entah jujur entah tidak, ternyata mampu tetap menjaga semangatku sebagai istri. Memang, di dunia ini tiada yang abadi bagi segala makhluk Illahi. Karena Sang Mahaabadi hanyalah Illahi Robbi.
Asih Suyatni, S.Pd. (MAN 3 Banyumas)
Peserta Pelatihan Menulis Buku SAGUSABU Purbalingga,
Taman Wisata Pendidikan Purbasari, 9—10 September 2017
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Senang bacanya