#pentigraf4 "Virus Merah Jambu Hampir merusak skripsiku" Hari Senin pukul 16.00 Kakekku menghembuskan napas terakhir. Satu minggu sebelum beliau meninggal, beliau berwasiat agar aku tetap mencapai cita-citaku dan tetap berpegang teguh dengan aqidahku. Aku benar-benar pilu dalam satu tahun harus kehilangan 2 orang yang sangat aku sayangi. Mereka semua adalah penyemangatku yang menemani, menjaga diriku sedari kecil. Aku adalah anak yatim sedari kecil, dirawat Kakek dan nenek. Karena mamaku merantau ke Malaysia. Nenekku sendiri lebih duluan meninggal ketika Aku masih SMA. Tanggal 1 Mei aku kembali ke ibu kota. Melanjutkan bimbingan skripsi. Di sela waktu senggang ku aku gunakan untuk setoran juz 30 Al-Quran. Tidak ketinggalan mengikuti pelatihan dan seminar untuk menambah ilmu dan mengumpulkan sertifikat sebagai syarat ujian skripsi. Selain aktif di kampus aku juga mahasiswi yang aktif di lingkungan. Minggu pukul 08.00 aku ikut kegiatan pemuda setempat dipimpin oleh Herman. Dia sosok yang berwibawa dan cerdas, dia mahasiswa S2 Hukum. Singkat cerita karena seringnya perjumpaan dalam setiap kegiatan Herman menyukaiku dan ingin serius denganku. Aku menerima dia. Hariku indah setelah mengenalnya karena kami saling memotivasi menggarap tugas akhir kuliah. Dia berjanji akan melamarku setelah wisuda. Aku ujian tanggal 12 Mei bersama sahabatku aku siapkan segalanya untuk ujian.

Tanggal 8 Mei aku dan rekan mahasiswa mendapat undangan syukuran di rumah Herman. Siang sebelum acara Aku beli cincin dengan Herman, aku sudah membayangkan kalau itu cincin buat aku. Karena jari Aku yang di ukur. Aku masuk ke rumah Herman aku lihat sudah ramai, ada wanita muda yang tidak aku kenal dia duduk di depanku, di susul dengan Herman dan keluarganya. Ayah Herman membuka acara bahwa hari ini adalah hari tunangan Herman. Pas sesi pemberian cincin, Aku mau berdiri wanita di depanku ikut berdiri dan maju ke depan. Aku bingung karena Herman juga memasangkan cincin tersebut ke jari gadis tersebut dan pas di jari dia. Ayah Herman mengumumkan dengan ini acara tunangan selesai. Aku bagai mimpi tersambar petir. Tidak terasa air mataku mengalir. aku segera pulang ke rumah. Pedih dan sakit dirasa hariku penuh air mata. Aku tidak lagi open dengan skripsiku. Mengetahui itu sahabatku bahu membahu menyelamatkan diriku agar mau ujian skripsi. Tidak ingin sahabatnya gagal skripsi karena virus Merah Jambu.