Dra. Asmiati, M.Pd

Nama : Dra. Asmiati, M.Pd Pekerjaan : Guru MTs Negeri 1 Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur Hobi : Membaca dan menulis Pendidikan : S1 Biologi IKIP Negeri Sura...

Selengkapnya
Navigasi Web

Perjalanan yang Mendebarkan (Hari ke-19)

Pagi itu benar-benar adrenalinku diuji oleh cuaca. Ceritanya, hari Senin adalah saatnya aku masuk ke kantor (WFO). Setelah menyelesaikan urusan dapur aku bersiap berangkat ke madrasah. Kebetulan hari itu aku membawa laporan kinerja yang sudah terjilid rapi. Laporan kinerja mulai tahun 2015-2020 harus dikumpulkan sebagai bukti fisik kinerja ASN. Ada enam eksemplar dan semuanya tebal, maklum pekerjaanku banyak sehingga laporanku juga tebal. Karena tebal dan banyak, dokumen laporan kinerja tidak bisa dimasukkan ke dalam tas punggungku. Dokumen laporan kinerja aku masukkan ke dalam tas jinjing yang tak bertutup lalu kuletakkan di motor mioku bagian bawah.

Jam menunjukkan pukul 06.30. “Waduh sudah siang, aku harus segera berangkat ini”, gumamku. Setelah pamit kepada ibu, suami dan anak-anak aku berangkat. Tetapi baru 2 km aku melaju, tiba-tiba aku lihat di langit timur awan kelabu menggantung dan mendung mulai berkerumun. Matahari yang tadinya menyeringai panas kini tertutup awan. “Plas”...hatiku tergetar, aku teringat bahwa aku tidak membawa jas hujan dan juga tas kresek. Aku mulai khawatir, kalau hujan turun tiba-tiba dan mengenai laporan kinerjaku. “Bisa berantakan ini aku harus buat lagi, ngeprint lagi”, kerja selama dua minggu sia-sia”, pikirku.

Aku langsung mempercepat laju motor, karena cuaca semakin gelap. Di tengah perjalanan aku selalu berdoa, semoga hujan tidak segera turun. Apalagi jarak madrasah dengan rumahku cukup jauh yaitu 17 km. Jarak itu biasanya aku tempuh dalam waktu 45 menit. Belum lama melaju, lampu merah menghadang, tetapi karena situasi jalanan sepi aku nyelonong aja. Lampu merah traffic light aku terjang. Sampai di jalan Kenjeran cuaca semakin gelap, angin yang membawa uap air semakin terasa dingin seolah hujan akan segera turun. Hati ini semakin was-was.

Aku melaju dan melalui traffic light lagi. Tetapi kali ini aku tidak bisa lolos, aku tertahan karena lampu traffic ligt menyala merah. Beberapa menit aku tunggu, nyala lampu tak kunjung berganti hijau. Jengkel rasanya. Ingin kuterjang tetapi sistuasi jalan ramai. “Waduh....kok lama sekali gak hijau-hijau”, gumamku. “Di sini gak ada tempat untuk berteduh lagi”, ucapku. Kanan kiri jalan hanya pertokoan yang masih tutup. Hatiku semakin tak karuan. Sementara angin yang membawa uap air mulai mendesir keras. Dan butiran uap basah mulai menetes. Aku lihat tas jinjing berisi dokumen tetap menganga. “Habislah sudah”, kataku pasrah. Aku hanya bisa berharap : “Ya Alloh, selamatkan dokumenku ini, tahanlah air hujanMu”. Alhamdulillah, hujan tidak jadi turun.

Begitu lampu berubah hijau aku tancap gas lagi. Tetapi lagi-lagi aku tertahan oleh nyala lampu merah traffic light. Kali ini aku mencoba sabar, sambil sesekali melihat kanan kiri jalan. Seandainya hujan turun aku akan berteduh dibawah pohon itu. Lampu merah berubah hijau, alhamdulillah hujan belum juga turun. Aku melarikan motor lagi. Tiba-tiba, motorku berjalan pelan tak bisa melaju dan...set, motor berhenti. Aku lihat di spedometer, jarum menunjuk huruf E tanda bahan bakar habis. “Laaa...bensinnya habis”. Untung saja pomp bensin dekat. Aku tuntun motor dan aku isi bensin. Sementara mendung masih menggelayut hitam dan semakin pekat. Meski begitu hujan belum juga turun. Hatiku masih deg-degan. Tetapi aku tetap melanjutkan perjalanan. Aku masih berharap hujan tidak akan turun sebelum sampai madrasah.

Dan lagi-lagi aku bertemu lampu merah. Kali ini sudah yang ketujuh. Dalam hati aku berkata, dasar lagi apes masak lampu kok menyala merah semua. Aku pun lanjutkan perjalanan. Traffig light kedelapan lampu juga menyala merah, tetapi hanya sebentar. Saat aku akan melaju karena lampu sudah hijau tiba-tiba mobil di depanku mogok, menghalangi motorku. Aku geram sekali. Aku menoleh ke belakang, kubelokkan motor ke arah kanan lalu aku menyalip mobil mogok tadi. Untung hujan belum turun. Perjalanan sudah mendekati madrasah.

Sampai pada traffic ligt yang terakhir lampu juga menyala merah. Lengkaplah sudah, kataku. Motorku tertahan lagi. Muncul lampu hijau, tiba-tiba motorku yang mogok. Berkali-kali aku coba starter tetap tidak bisa. Waduh gimana ini, mana langit semakin gelap lagi. jantungku berdetak kencang. Kok ada saja, kataku kesal. Dasar rakyat kecil ya begini ini. Coba kalau mempunyai mobil kan perjalanan gak seburuk ini. Aku menyesali nasip. Tetapi pikiran itu segera aku singkirkan. Aku sadar masih banyak orang yang lebih menyedihkan dari pada diriku.

Motor aku tuntun ke tepi jalan, lalu aku coba starter lagi sambil memohon kepad Alloh. Alhamdulillah, ternyata mesin bisa hidup. Aku langsung tancap gas lagi. Kali ini aku agak lega karena di depan ada jalan perkampungan yang menuju madrasah. Langsung saja motor kubelokkan ke kiri dan lewat perkampungan. Aku memilih lewat perkampungan karena mudah mencari tempat berteduh jika sewaktu-waktu hujan turun. Aku bisa berteduh di depan rumah penduduk atau pos kamling. Beberapa menit melaju aku sudah sampai di depan madrasah dan alhamdulillah hujan belum turun. Aku sampai di madrasah dengan selamat tanpa kehujanan. Dokumen laporan kinerja tak kehujanan. Terima kasih Ya Alloh.... Sungguh perjalanan yang mendebarkan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post