Kreasi Guru dan Literasi di Sekolah Dasar
Kreasi Guru dan Literasi Di Sekolah Dasar
Asmuddin, M.Pd. ***
Banyak model mendekatkan anak didik khususnya di SD untuk berliterasi. Salah satunya adalah pohon baca. Pohon ini berfungsi sebagai media pembelajaran bidang studi tertentu yang memudahkan anak-anak mengingatnya. Dengan pohon ini anak-anak lebih bergairah membaca dan menulis karena selama ini kebiasaan anak membaca buku dari halaman ke halaman dapat menjenuhkan. Kreasi guru atau wali kelasnya dapat menjembatani minat baca anak didik khususnya di SD meningkat. Zaman sekarang dituntut membelajarkan anak berbasis literasi dan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) sebagai aplikasi pembelajaran abad ke-21. Peluang-peluang menuju kelas yang berbudaya literasi sangat mudah dijangkau karena hanya membutuhkan kreasi dan media pendukungnya. Khusus kelas awal di SD media “pohon baca” ini dapat membantu anak didik belajar secara tidak langsung.
Pohon tersebut tampak dari kejauhan seperti pohon bunga pada umumnya, tetapi setelah dekat barulah tampak bukan pohon bunga sembarang bunga. Bunga itu ternyata mulai dari batang atau dahan hingga daun dan rantingnya adalah hasil kreasi anak didik. Tulisan-tulisan di daun bunga itu dapat berisikan materi tertentu yang berhubungan dengan nilai-nilai yang harus selalu dilakukan dalam kehidupan sehari-hari seperti pada daun paling atas tertulis “pebiasaanku” lalu diikuti di beberapa daun berikutnya tertulis”berdoa, patuh, bersih, rapi, disiplin, jujur,...” hingga daun paling bawah. Tulisan-tulisan itu pun warna dan bentuknya penuh dengan kreasi.
Berdasarkan pengamatan di SD, anak didik lebih senang membaca-baca tulisan yang di bunga itu dibandingkan di buku cetak yang mereka miliki. Hal tersebut mungkin disebabkan kata-kata atau diksi di daun bunga itu sangat gampang diingat lagi pula bahasanya mudah di cerna. Roh dari Gerakan Literasi (GLS) ini berasal Permendikbud nomor 23 tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti. Dengan membaca anak didik secara terpola telah diolah pikiran dan hatinya untuk berbuat sesuai yang dibaca setiap saat. Hal tersebut lebih efektif dibandingkan hanya diceramai melulu. Tulisan-tulisan poster pendidikan di dinding sekolah juga bagian dari pendekatan literasi yang selama ini dilakukan. Pohon baca merupakan inovasi literasi yang dapat mewadahi beberapa nilai karakter di dalamnya.
Untuk membuat pohon baca ini, anak-anak dibimbing oleh wali kelasnya, mulai dari menyediakan wadah tempat duduk pohon, batang, dan daun-daunnya hingga proses perakitan tulisan di guntingan kertas karton lalu dilem dan membentuk daun. Pohon bunga ini biasanya dikerjakan saat jam istirahat atau hari minggu sore. Targetnya dalam satu pohon bisa diselesaikan paling lambat seminggu. Pohon-pohon ini dipampang atau dikoleksi di depan kelas masing-masing sekaligus sebagai motivasi kelas lain untuk berkreasi. Separuhnya pohon-pohon itu di taruh di kelas yang sekali-kali dapat dimanfaatkan guru sebgai media belajar. Misalnya ketika belajar PKn, anak-anak secara kelompok diminta mengamati tulisan-tulisan dalam bunga itu yang berhubungan dengan sikap positif terhadap sesama. Hasilnya dilaporkan di depan kelas, anak yang lain menambah atau mengomentarinya.
Kiat di atas merupakan wujud kepedulian pihak sekolah dalam menetralisir kondisi nyata anak didik kita selama ini bahwa kualitas dan kuantitas membacanya sangat rendah. Hal ini dalam sebuah survai PISA 2009 menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-57 dengan skor 396 (skor rata-rata OECD 493), sedangkan PISA 2012 menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-64 dengan skor 396 (skor rata-rata OECD 496) (OECD, 2013). Sebanyak 65 negara berpartisipasi dalam PISA 2009 dan 2012. Dari kedua hasil ini dapat dikatakan bahwa praktik pendidikan yang dilaksanakan di sekolah belum memperlihatkan fungsi sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang berupaya menjadikan semua warganya menjadi terampil membaca untuk mendukung mereka sebagai pembelajar sepanjang hayat.
Tantangan dari pihak sekolah saat ini adalah bagaimana upaya menjadikan budaya literasi dapat menciptakan generasi pembelajar abad ke-21? Gerakan Literasi Sekolah bermuara pada pembentukan karakter dan kompetensi. Pembentukan karakter dan kompetensi dapat melalui proses beragam literasi seperti literasi dasar sesuai satuan pendidikannya di SD, SMP, dan SMA/SMK. Pekerjaan berat dari semua pihak yang terlibat dalam menyukseskan GLS tersebut adalah mampu menjawab persoalan “Apa dampaknya jika sebuah bangsa tidak memiliki budaya literasi?” Hal tersebutlah yang akan menguji keyakinan dan intelektual kita apakah budaya literasi merupakan kunci kemajuan sebuah bangsa? Pertanyaan mendasar lainnya seperti” Apakah bangsa atau negara yang maju saat ini ada korelasinya dengan kemampuan literasi mereka? Hal inilah yang menjadi motivasi warga sekolah untuk dapat bersaing dalam dunia sains dan teknologi tentunya melalui proses literasi.
Kegiatan GLS akan efektif dan tidak terkesan bombastis atau program spektakuler belaka apabila pihak terkait seperti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Dikdasmen), pihak Disdik provinsi, Dikbud kabupaten/kota, komite sekolah, guru, kepala sekolah, peserta didik bahkan orang tua harus berkomitmen mendukung dalam bentuk mewadahi terlaksananya GLS tersebut. Apalagi pembelajaran saat ini diharapkan dapat berbasis literasi dan PPK, salah satu wujudnya melalui “pohon baca”. Mungkin kita bertanya, apa korelasinya pohon dan pembentukan karakter dan literasi? Mungkin juga kita bersepakat bahwa di kelas awal seperti di SD muaranya pada pembiasaan bertanggung jawab, disiplin, dan lainnya. Sebagai ilustrasi bahwa anak-anak dapat menyelesaikan sebuah pohon baca saja, sudah luar biasa pembentukan karakternya. Dengan potongan-potongan tulisan yang berwujud di daun, ini juga luar biasa. Karena hal ini anak didik akan merekam tulisan dan membacanya setiap saat hingga menyatu di hati dan di pikiran. Selanjutnya akan menjadi sebuah kebiasaan tingkah laku dari produk literasi seperti pohon baca ini.
Pohon-pohon baca ini juga dapat dikembangkan sebagai media memeriahkan peringatan Maulid Nabi Mahammad SAW di SD. Saat peringatan, pohon tersebut dipasang di depan atau di sela-sela tempat duduk anak didik. Konten atau isi literasi di pohon-pohon ini adalah ajakan memuliakan Nabi Muhammad SAW, pentingnya salawat, dan sejarah kehidupan nabi lainnya. Hal tersebut pula merupakan inovasi dalam mewadahi anak berliterasi. Hasil pengamatan menunjukkan kalau anak-anak membaca lewat bacaan non-pelajaran atau non-buku akan lebih efektif dan bermakna dibandingkan dengan membaca buku langsung.
Model “pohon baca” yang penulis ajukan ini merupakan bagian dari kepedulian sebagai masyarakat dan orang tua dalam rangka menyukseskan program GLS. Di samping itu juga dapat berfungsi sebagai wadah pembelajaran dan inspirasi anak-anak didik, baik di rumah maupun di sekolah. Mungkin juga ke depannya pohon baca ini dapat bernilai “life skill” karena berwujud seni dan bermakna belajar. Paling tidak keberadaan pohon baca ini dapat menjadi sebuah solusi meningkatkan keterpurukan anak-anak kita dalam berliterasi. Keyakinan kita bahwa dengan meningkatnya literasi dapat berpengaruh pada peningkatan perestasi anak didik kita. Kenapa tidak? Seorang anak yang rajin membaca dan menulis sudah tentu pengetahuan, ketererampilan bahkan sikapnya akan berpengaruh secara signifikan. Ayo...membaca....dengan membaca kita jelajahi dunia.Tak kalah pentingnya kita juga harus menulis karena dengan tulisan-tulisan itu, kita bisa dikenang sepanjang masa. Bahkan tulisan-tulisan itu dapat mengubah perilaku negatif menjadi positif.
*** Penulis adalah penggiat literasi bidang pendidikan sejak 2012
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Pohon baca. Sukses!
terima kasih apresiasinya, semoga bermanfaat. salam literasi ! sukses selalu....
Pohon baca. Sukses!
Pohon baca. Sukses!