A S R I L, S.Sos.I

Guru PAI Pada SD Negeri 12 Tanah Gsram Kota Solok Sumatera Barat. Disamping sebagai seorang guru juga seorang Da'i/Muballigh yang mengajak umat ke jalan yang be...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tradisi Arak Bako Adat Solok
Gambar bersumber dari Google.com

Tradisi Arak Bako Adat Solok

#TantanganGuruSiana

#Tantangan365 Hari Yang Ke- 231

Salah satu dari sekian banyak tradisi adat solok adalah tradisi “Arak Bako”. Tradisi arak bako ini biasanya dilakukan dalam adat perkawinan.Tradisi Arak Bako adalah salah satu rangkaian acara penting dalam prosesi perkawinan adat Solok.

Istilah Arak Bako terdiri dari dua kata, yaitu ”arak” dan ”bako”. Kata ”arak” dalam bahasa Minangkabau termasuk ke dalam jenis kata kerja yang berarti ”bawa”. Kata ”arak” ini jika ditambah dengan awalan ”ba” akan membentuk sebuah kata ”bararak” yang berarti ”pawai”, ”parade”. Satu kata lagi yaitu ”bako”. Kata ”bako” terkategori kedalam jenis kata benda. Bako berarti saudara perempuan dari pihak ayah keluarga garis ibu dari pihak ayah.

Orang-orang yang terlibat dalam tradisi Arak Bako adalah pihak bako dari si anak daro. Pihak Bako ini meliputi induak bako paling dekat, hingga yang agak jauh, bahkan bisa juga hanya sebatas hubungan tetangga terdekat dari rumah si induak bako. Induak bako terdekat maksudnya, kakak atau adik kandung yang perempuan dari bapak/ayah si anak daro, sedangkan yang agak jauh bisa berasal dari isteri para kakak atau adik kandung dari ayah si anak daro. Para perempuan tersebut diundang dan didaulat sebagai anggota rombongan yang menyertai pihak bako si anak daro melakukan tradisi Arak Bako. Rombongan Arak Bako ini berjalan kaki dengan membentuk barisan satu banjar ke belakang. Semakin banyak jumlah anggota rombongan tradisi Arak Bako maka akan terlihat semakin panjang barisan Arak Bako ini.

Ada hal yang unik dan khas dalam tradisi Arak Bako ini. Para peserta rombongan Arak Bako yang telah ”dikatoan” (diundang) pihak si pangka ini, dapat saja menyambung barisan Arak Bako ini dari rumahnya atau tempat tertentu yang diinginkannya, yang mana pada tempat itu dilalui oleh rombongan barisan Arak Bako tersebut. Jadi ”si alek” (dalam hal ini adalah para peserta rombongan) Arak Bako tidak mesti berkumpul dulu di rumah Bako si anak daro, walaupun itu memang memungkinkan untuk dilakukan. Selain itu, keunikan dan sekaligus keramaian juga tampak pada iring-iringan Arak Bako yang turut dimeriahkan oleh alat musik tradisional, biasanya talempong, Pupuik batang padi dan gendang.

Tradisi Arak Bako dilaksanakan sejak dari rumah induak bako hingga menuju rumah orang tua si anak daro. Perarakan dilakukan dengan cara berjalan kaki di pinggir jalan raya dalam sebuah barisan berbanjar satu ke belakang. Posisi paling depan ditempati oleh anak daro. Pada posisi kedua setelah anak daro biasanya ditempati oleh Tuo Arak Bako. Orang yang dipilih sebagai Tuo Arak Bako adalah perempuan tertua, terbijaksana, dan memiliki sifat paling bertanggung jawab di lingkungan bako si anak daro. Pada posisi ketiga dan seterusnya ke belakang adalah pihak keluarga bako si anak daro. Semakin ke belakang posisi orang dalam barisan Arak Bako tersebut menunjukkan semakin jauh relasi kekerabatannya dengan pihak bako, apalagi dengan si anak daro. Demikian juga dengan barang bawaan yang dibawanya dalam ketiding hitam tersebut. Semakin kedepan posisi orang yang membawa ketiding hitam, maka semakin tinggi kualitas kado atau barang bawaan yang berada dalam ketiding tersebut.

Setelah sampai di rumah si anak daro, semua barang bawaan dalam ketiding hitam tersebut diterima oleh salah seorang perempuan di halaman rumah anak daro. Perempuan ini menyalin semua isi ketiding hitam yang dibawa rombongan Arak Bako. Kemudian, si perempuan yang bertugas sebagai ”panjawek baban” (penerima beban) ini langsung mengisi lagi ketiding hitam tersebut dengan nasi, gulai nangka, dan nasi lamak sebagai imbalan atau pemberian balasan dari pihak si anak pisang (keluarga si anak daro). Proses serah terima ketiding hitam ini berlangsung di halaman rumah si anak daro.

Nilai yang terkandung didalamnya mempererat hubungan keluarga ayah dengan ponakannya, karena Minangkabau memiliki hubungan matrilineal yang dekat hubungan kekerabatan dengan ibu.

Tradisi arak bako adat solok ini berhasil mengukirkan namanya pada Museum Rekor Indonesia (MURI). Pemecahan rekor MURI arak bako terbanyak berhasil dilakukan setelah 1566 orang Bundo Kanduang ikut dalam prosesi adat tersebut. Pencapaian rekor MURI ini terjadi pada tanggal 14 Desember 2017.

Referensi :

1. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/arak-bako-tradisi-prosesi-perkawinan-adat-solok/

2. https://webtorial.klikpositif.com/baca/24013/kota-solok-berhasil-pecahkan-rekor-muri-arak-bako-terbanyak

Solok, 03 Oktober 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren Uda.. sukses selalu

03 Oct
Balas



search

New Post