Jatuh di aspal tidak seindah jatuh cinta, sebuah spanduk terpasang di sebuah SPBU, pas selesai mengisi bahan bakar, saya melihat sebuah spanduk terpasang di pagar Sebuah SPBU di Pasaman.

Sebelum melanjutkan perjalan saya berhenti di depan spanduk , kemudian kembali mengulang membaca, " Jatuh di aspal tak seindah jatuh cinta"

wah ini, " kreatif dan inspiratif" pikirku, himbauan ini di keluarkan oleh satlantas polres Pasaman, untuk menekan angka kecelakaan lalu lintas, terutama untuk menekan angka laka lantas yang kebanyakan korbannya adalah anak-anak.

Setelah di teliti pengunaan bahasa dalam melarang khususnya anak, tidak akan efektif dengan kata-kata larangan, atau jangan, yang saya baca dalam sebuah artikel.

Pengunaan kata jangan atau sejenisnya akan menimbulkan efek psikologi yang tidak baik bagi perkembangan mental anak, karena jika di katakan jangan, akan menimbulkan sebuah rasa ingin tahu, kenapa tidak boleh, akhirnya mereka akan coba, karena rasa keingin tahuan mereka yang tinggi.

Ungkapan jangan ngebut, jangan ugal-ugalan dalam membawa motor, akan menimbulkan sebuah pertanyaan, bagaimana rasanya ngebut sehingga harus di larang, akhirnya menimbulkan keinginan yang tinggi untuk mencoba., tanpa memikirkan akibatnya, jatuh, luka-luka, patah bahkan menimbulkan korban nyawa.

Mungkin berdasarkan pertimbangan ini, polres Pasaman mencarikan kata-kata positif untuk menyerukan atau, mengkampanyekan sebuah larangan, yang bisa menyentuh, pemakai jalan raya, untuk berkendaraan memperhatikan rambu-rambu yang ada, serta aturan batas kecepatan yang sudah di pasang , di berbagai tempat, dengan tulisan, misalnya, hati-hati banyak anak-anak, atau kecepatan maksimal 25 KM/jam dan lain sebagainya.

Bravo Polres Pasaman, mudah-mudahan dengan himbauan yang seperti ini angka laka lantas di wilayah hukum, semakin bisa di tekan, apalagi untuk anak-anak yang dalam panca roba akan langsung bisa membandingkan keindahan jatuh cinta dengan jatuh ke aspal.

Pasaman, 23022020