Hikmah di balik civid 19 penginsyapan peghormatan terhadap guru. ( 36 )
Anak shaleh, adalah dambaan seluruh orang tua, sejahat-jahatnya orang tua, tidak ada yang bercita-cita anaknya menjadi orang jahat, setiap orang tua mengharapkan anaknya baik/ shaleh, bisa diharapkan kebaikan anak itu untuk hari tuanya. Khusus umat Islam mendambakan keshalehan seorang anak, akan bisa di nikmati sampai ke akhirat nanti. Doa dan keshalehan anak akan menjadi tabungan pahala orang tua, dan menolong dari siksaan akhirat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Apabila seorang telah meninggal dunia,
maka seluruh amalnya terputus kecuali tiga, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendo’akannya.” (HR. Muslim: 1631).
Keshalehan dan kebaikan seorang anak, tidak bisa lepas dari pembinaan dan pendidikan yang di berikan oleh orang tua, semenjak kecil sampai dewasa, tanpa didikan dan pembinaan yang baik dari orang tua, mustahil melahirkan seorang anak yang shaleh. Orang tua menjadi penentu bagaimana anak kemudian hari, sesuai sabda rasulullah " tiap anak di lahirkan daLam keadaan suci, orang tuanyalah yang menjadikan anak itu menjadi orang yahudi atau orang nasara".
Didikan dan pembinaan orang tua, sangat menentukan seorang anak, tetap dalam posisi kesucian/ keislaman. Berwujud dalam diri seorang anak shaleh.
Begitu urgennya pembinaan dan pendidikan orang tua pada sang anak, sehingga bisa menjadi anak yang shaleh, Allah ta’ala langsung membebankan tanggung jawab ini kepada kedua orang tua. Allah ta’ala berfirman dalam sebuah ayat yang telah kita ketahui bersama,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ (٦)
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (At Tahrim: 6).
Besarnya tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak, sehingga semua itu harus di pertanggung jawabkan, sudah sampai dimana orang tua mendidik anaknya dengan benar.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggunjawabannya dan demikian juga seorang pria adalah seorang pemimpin bagi keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari: 2278).
Keterbatasan orang tua dalam berbagai hal, dalam memposisikan diri sebagai seorang pendidikan, orang tua mendelegasikan kewenangannya, mendidik anak kepada guru dilembaga pendidikan yang dianggab baik dan di percaya untuk membina dan mendididik anak , orang tua menganti waktu dan keahlian guru, yang di berikan dalam mendidik anak mereka dengan konpensasi vinansial, mengantungjanan harapan anak menjadi anak yang baik atau shaleh. Tanpa menghiraukan kesulitan yang di hadapi guru dalam mencetak anak kita menjadi anak yang berguna bagi orang tua, agama, bangsa dan negara.
Kemajuan teknologi dan pesatnya perkembangan media sosial hari ini, anak- anak bisa melihat dan meniru tontonan tanpa batas di media elektronik, Kondisi ini berefek terhadap tingkah laku anak. Kebanyakan anak terpapar dengan tontonan, yang menjadikan anak saat ini berprilaku yang jauh dari norma agama, bahkan melewati batas usia mereka. Prilaku anak didik saat ini sangat membebani dunia pendidiksn.
Terjadi delema dalam diri seorang guru, sebagai pendidikann. Apalagi dengan semakin digaungkannya aturan hak azazi manusia, antara menerapkan aturan atau saksi yang akan menjadikan anak didik menjadi orang yang berguna, oleh seorang guru, dengan aturan perundang -undangan yang ada.
Ketika terjadi sedikit kekerasan terhadap anak didik oleh seorang guru, dan itu semua masih dalam kerangka mendidik dan memberikanmpembinaan. Sebagian besar orang tua bereaksi negatif dengan berbagai umpatan, bahkan mempidanakan guru, lebih ironisnya orang tua seperti tidak mau tau bagaimana prilaku anak yang di berikan saksi oleh seorang guru.
Pendemi cirona menyisakan cerita dalam dunia pendidikan, yaitu anak sudah lebih 2 bulan belajar di rumah, menjadikan orang tua sebagai tenaga pendidik lansung. Bermunculan berbagai keluhan di media sosial, orang tua tidak merasa kuat menghadapi tingkah laku dan perangai anak selama di rumah.
Kondisi ini yang di hadapi guru selama ini di sekolah, berhari-berhari, berbulan- bulan bahkan bertahun-tahun guru menghadapi dengan menahan segala perasaan, demi anak dudiknya menjadi orang yang bermanfaat.
Baru orang tua menyadari bahwa mendidik itu berat, untung masih ada guru yang mau membantu orang tua untuk menjadikan anaknya anak shaleh, itu metupakan mewajiban orang tua dunia akhirat dan akan di pertangung jawabkan di hadapan allah nantinya.
Inilah mungkin salah satu hikmah corona ini, memberikan penyadaran terhadap orang tua betapa beratnya mendidik anak, sehingga asal menyalahkan lembaga pendidika.
Mungkin inilah sarana yang di berikan allah, untuk mengingatkan kita bagaimana sikap orang tua dahulu dalam memberikan pendelegasian tugas mendidik anak kepada guru. Bahkan di daerah saya zaman dahulu, ketika orang tua menyerahkan pendidika anaknya ke lembaga pendidikan dengan penuh, tanpa mau ikut campur, contoh sederhana jaman dahulu, seorang anak pulang menanggis dan mengadukan di di beri saksi oleh guru. Jangan harap anak akan mendapat pembelaan dati orang tua.wallahu a'lam.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantul
Keberadaan Komnas HAM kadang menjadi rancu antara guru mendidik dan guru menghukum. Semoga semakin banyak orang tua yang sadar bahwa mendidik itu tidak mudah, percayakan pendidikan anak ke sekolah dan jangan terlalu ikut campur kebijakan sekolah dalam hal mendidik siswanya.TETAP SEMANGAT GURU HEBAT INDONESIA.Salam SOGELSIPASSO ( sopo gelem sinau pasti iso )