Astatik Bestari

Ketua Yayasan Bestari Indonesia ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Pendidikan Keluarga dalam Menghadapi Radikalisme

15 Mei 2018, 3 hari setelah teror bom bunuh diri yang melibatkan anak-anak dalam satu keluarga, di tanggal 15 Mei ini saya diingatkan facebook telah menulis status yang menyoal tanyangan acara religi salah satu TV yang mana anak sulung saya heran dengan konten ajaran yang disampaikan berupa larangan ziarah ke makam wali. Stasiun TV ini beberapa hari kemudian muncul dalam pemberitaan online bahwa tayangan religinya ada yang tidak sesuai dengan aqidah keluarga saya maupun mata pelajaran di sekolah dan tentunya hampir seluruh umat Islam di negara ini. Mengingat pemberitaan ini, saya tulis dalam status Facebook saya kurang lebih begini

" Kakak, kalau lihat TV yang tayangannya tidak sama dengan yang diajarkan umi, abi, guru-guru di MI dan di TPQ, pean percaya yang diajarkan umi, abi dan guru- guru saja geh" .

Status ini saya tulis tahun 2013 lalu. Tiga tahun kemudian ada pemberitaan Gerakan Fajar Nusantara atau Gafatar. Gerakan ini mendadak heboh setelah seorang dokter bernama Rica Tri Handayani dan anaknya di Yogyakarta menghilang sejak 30 Desember 2015 lalu.Dokter Rica kemudian ditemukan di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, 11 Januari 2016. Dari hasil penyelidikan, dokter Rica diketahui adalah anggota Gafatar. Dia menjadi anggota sejak 2012. ( Liputan6.com, 20/1/2016). Gafatar yang diketahui sebagai organisasi yang menghembuskan ajaran sesat inipun di Jombang sudah ada titik-titik yang digunakan oleh Gafatar Jombang atau organisasi sejenis sebagai basis diantaranya di Desa Ngumpul, Kecamatan Jogoroto, kemudian di Denanyar dan Plandi, Kecamatan Jombang Kota (surya.co.id , 13/1/2016).

Kenyataan ini membukakan mata saya, bahwa aliran sesat dan terorisme tidak saja ada di pemberitaan media elektronik maupun media online yang jauh dari pandangan kita, tapi kenyataannya ada di sekitar kita, di sekitar keluarga kita dan anak-anak kita. Media -media tersebut juga mudah diakses oleh keluarga kita, sehingga kita, anak-anak kita mengetahui kejadian apa saja di luar rumah termasuk gerakan gerakan yang berbau terorisme maupun aliran sesat. Menyaksikan Gafatar kala itu, lagi-lagi saya berpesan kepada anak saya

"Kelak, kalau kalian jauh dari umi dan abi untuk melanjutkan sekolah, dan di sana ada pengajian atau kumpul-kumpul ngomong soal agama, kalau ada yang tidak sesuai dengan yang diajarkan umi dan abi atau bertentangan dengan pelajaran jaman sekolah MI , kalian tanyakan dulu kepada umi, abi atau guru- guru MI dulu.." Saya berpesan seperti ini karena anak saya usia madrasah ibtidaiyah waktu itu. Saya berharap, pesan -pesan masa kecilnya akan diingat terus di masa yang akan datang. Saya merasa penting berpesan seperti itu, karena saya tidak tahu apa yang direncanakan oleh penyebar aliran sesat dan pemelihara sel tidur radicalisme kelak. Saya 'njagani' agar anak -anak punya komitmen tepat dan benar dalam menjalankan agamanya di eranya nanti. Dan kekhawatiran saya ini beralasan dengan kejadian pengeboman pelayanan publik menjadi sasaran gerakan terorisme .

Pada Minggu 13 Mei 2018 sampai Rabu (16 Mei 2018) terorisme muncul kembali setelah tragedi Kampung Melayu (24/5/2017). Mengejutkan pula karena jaringan terorist yang menyerang 3 gereja di Surabaya pengeboman tidak lagi dilakukan oleh pria, tapi juga anak dan istri. Saya terhenyak, heran dan kuatir. Begitu dasyatnya serangan terorisme mencuci otak mereka hingga melakukan tindakan yang tidak bisa dinalar akal dan tidak dibenarkan agama ( membunuh, bunuh diri ajaran manapun melarang) yang melibatkan anak dan perempuan, satu keluarga. Betapa beratnya pendidikan keluarga dengan kepungan informasi berisi terorisme dan aliran sesat ini. Tentunya orang tua tidak boleh lengah, orang tua harus semakin membekali dirinya dengan pengetahuan agar bisa memberi penjelasan yang tepat tentang dinamika informasi (dalam hal ini terorisme dan aliran sesat).

Keluarga memiliki peran sebagai benteng bagi pertumbuhan bibit radikalisme anak-anak muda. Tahun lalu, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melaporkan bahwa anak muda merupakan golongan usia produktif yang paling rentan teradikalisasi. Data BNPT memperlihatkan lebih dari 52 persen narapidana teroris yang menghuni lembaga pemasyarakatan berusia 17-34 tahun. Mengingat virus radikalisme selalu menyasar anak-anak muda, bimbingan orangtua diharapkan mampu memoderasi jalan pikiran anak-anaknya. ( A SAFRIL, Jawa Pos, 15 Mei 2018).

Maka, 15 Mei lalu, saya tergerak mengajak kawan-kawan facebook saya dengan status seperti ini

Tugas orang tua pada pendidikan anak, tidak saja seputar urusan akademik sekolahnya ( formal, nonformal ,informal) dan tata krama bermasyarakat, tapi urgent membekalinya aqidah ahlaq di tengah berhamburannya ideologi sesat ( adanya bom bunuh diri, aliran sesat, organisasi terlarang yang dapat mereka saksikan kapan saja. Jangan tunggu sekolah yg bergerak, kelamaan.

Semua orang tua sudah pegang handphone, selain untuk bisnis, "say hello' dengan kawan nun jauh di sana, berhaha -hihi dengan komunitas; handphone adalah jendela bagi orang tua untuk mengetahui informasi lebih banyak. Jangan hanya nge-share tentang korban-korban terorist, menulis kecaman di status sosial media saja, mari kita berbisik sayang kepada anak anak kita

" Anakku, kalau kalian diajak beribadah dengan berjihad lalu pahalanya dapat surga dan bidadari, maka taat pada orang tua juga ibadah, membantu sesama di sekitar kita juga ibadah, sholat berjamaah , zakat, puasa , berhaji juga ibadah. Kalau ada orang lain selain ayah/ ibu , guru kalian sekalipun mengajari kalian yg tidak sama diajarkan oleh ibu/ayah , guru ngaji kalian, guru- guru senior/ sepuh kalian di sekolah , jangan percaya pada nasehat, atau pelajaran atau cerita aneh aneh tersebut ya".

Mari lebih banyak belajar, membaca ( tulisan dan situasi) agar bisa melawan terrorist dari pola pendidikan keluarga. Saya juga belajar.

Astatik Bestari: ketua PKBM BESTARI Mojowarno dan pengurus cabang Ikatan Sarjana NU ( ISNU) Jombang depatemen Keluarga dan Perempuan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Inggih bu... Setelah 3 hari di Surabaya, malam hari di Sidoarjo di rumah susun dan keesokan hari terjadi baku tembak di depan salahsatu sdn di sidoarjo krn di temukan 6 bom yang aktif. Alhamdulillah pelaku tertangkap. Tapi sempat khawatir juga karena anak anak masih pembelajaran di sekolah

19 May
Balas

Semoga raga dan pikiran kita dan anak anak kita selamat dari ancaman terorisme , Bu

20 May



search

New Post