Asti Ramdaniati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Perempuan di Pabrik Tua

Sore hari sepulang kuliah aku berjalan seorang diri melewati pabrik tua yang tak berpenghuni. Jalannya begitu sepi menambah aura angker di sekelilingnya. Tiba-tiba aku dengar teriakan perempuan dari atas balkon pabrik itu seperti sedang marah. Namun entah pada siapa perempuan itu berbicara. Pandanganku terarah ke atas dimana arah suara itu datang. Ketika kudapati perempuan itu berniat bunuh diri dari atas balkon pabrik, pikirku sedikit ragu untuk menolong. Ada terlintas pikiran parno takutnya perempuan itu bukan manusia tapi hantu penghuni pabrik tua. Aku berteriak untuk mencegah perempuan itu terjun bebas dari atas, dia menjawab dan memintaku untuk tidak ikut campur dengan urusannya, barulah aku yakin bahwa itu memang manusia.

Perempuan itu tampak depresi berat, aku tak tega melihat penderitaan perempuan itu. Lalu dengan perasaan setengah takut, aku masuk menerobos pintu pabrik yang sudah berkarat dan rapuh. Saat masuk betapa menyeramkan tempat itu terlihat tak terurus seperti rumah hantu saja. Dengan cepat aku menapaki anak tangga menuju balkon pabrik. Sesampainya disana bulu kudukku benar-benar merinding karena perempuan itu tidak ada di atas balkon, “apakah benar itu hantu penunggu pabrik?” gumamku. Rasa takut mulai menyelimuti diri, aku bergegas pergi hendak turun dan keluar dari pabrik menyeramkan itu, tapi tiba-tiba suara minta tolong terdengar samar di telingaku. Langkahku terhenti dan memberanikan diri untuk menoleh ke belakang, lagi-lagi mataku tak menemukan wujud perempuan itu.

Akhirnya aku bergegas untuk segera berlari meninggalkan tempat itu, namun suara itupun kembali terdengar. Ku tarik nafas dalam-dalam dan kuberanikan diri untuk mencari sumber datangnya suara. Saat itu aku pasrah kalau memang benar itu hantu, semoga hantunya takut melihat wajahku yang tampan. Setelah ku perhatikan dengan seksama di ujung sudut balkon ada jari tangan yang sedang menahan beban tubuhnya. Ternyata perempuan itu sedang berusaha menyelematkan diri karena takut jatuh. Perempuan itu berteriak minta tolong kepadaku. Aku sedikit kesal padanya hampir saja jantungku copot dengan kejadian itu. Ternyata dia tidak jadi bunuh diri. Malah meminta tolong kepadaku untuk menyelamatkannya.

Setelah kuselamatkan, dia menceritakan kisahnya yang sedang patah hati. Saat tekadnya sudah bulat untuk bunuh diri, tiba-tiba dia tak sanggup untuk menyakiti dirinya sendiri dengan menjatuhkan diri ke bawah sampai mengembuskan nafas terakhir. Saat dia hendak mengurungkan niat bunuh diri kakinya tergelincir, untung saja tangannya masih sempat menggapai ujung balkon.

Aku tidak lagi peduli dengan kisahnya, bergegas utuk segera pergi dari tempat menyeramkan itu. Perempuan itu memanggil dan memintaku untuk sama-sama keluar dari pabrik itu. Tapi karena terlanjur kesal dengan tingkah bodohnya aku meninggalkannya. Dia mengikutiku dari belakang dan berkali-kali meminta maaf atas kejadian tadi.

Saat sampai di lantai dasar, oh ternyata kesialanku masih berlanjut. Pintu pabrik tiba-tiba tertutup rapat. Aku panik bagaimana cara membuka pintu yang terkunci dari luar. Sebentar lagi malam akan segera tiba. Kami masih terkunci di pabrik itu. Perempuan itu bertingkah seperti orang gila malah tertawa dan berkata bahwa ini bertanda jodoh dan ditakdirkan untuk bersama. Aku jadi tambah merinding mengira bahwa dia sudah kesurupan. Di tengah kepanikan dia masih sempat bercanda.

Dia berjanji bisa mengeluarkan aku dari pabrik itu dengan syarat mau menjadi pacarnya. Jelas aku menolak dengan tingkah bodohnya yang ingin bunuh diri dan bagaimana dia memperlakukan dirinya sendiri. Tapi karena hari semakin malam aku pun menyetujui syaratnya. Pikirku yang terpenting sekarang yaitu bagaimana bisa keluar dulu dari pabrik tua itu. Tapi setelah dilihat-lihat ternyata dia cantik juga hanya saja tingkah bodohnya membuatku kesal.

Perempuan itu menarik tanganku dan mencari pintu di belakang pabrik, ternyata pintu belakang itu tidak terkunci. Kami pun terbebas dari pabrik yang menyeramkan itu. Berlari sekuat tenaga meninggalkan tempat itu. Tanpa sadar aku menggandeng tangannya saat berlari.

Setelah jauh dari lokasi pabrik, aku dan dia duduk di kursi dekat taman kota. Lalu aku mulai fokus memandangi perempuan itu. Sepertinya tidak asing, lesung pipit di pipinya begitu khas. Tersadar sudah bahwa perempuan itu adalah Naura Azzahra kembang kampus yang banyak dikejar mahasiswa. Aku spontan menanyakan kembali apakah benar bahwa sekarang dia adalah pacarku. Dia tersenyum dan mengangguk.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap cerpennya Bu. Keren....

29 Aug
Balas

makasih ibu ...

02 Sep

Keren banget cerpennya bun..bikin baper.. salam sukses selalu

28 Aug
Balas

Terima kasih bunda Solvia... Sukses selalu bunda cantik

28 Aug



search

New Post