Astri Audia

Mrs. Imam khoerudin...

Selengkapnya
Navigasi Web

Nenekku seorang pedagang kue tradisional

Hari ini, aku melihat nenekku yang sedang sakit. Semua panik, bibi-bibiku ,om ,termasuk aku. Nenekku memang sudah lama mempunyai penyakit diabet, tapi kali ini berbeda, nenekku merasakan sesak pernapasan nya.

Omku menelepon ku agar segera berangkat menuju klinik terdekat , untuk memastikan bahwa dokter di klinik tersebut ada atau tidak. Jadi bisa segera mencari klinik lain untuk berobat jika dokternya tidak ada.

Ketika melihat nenek di.periksa oleh dokter, seketika aku teringat akan masa kecilku. Masa kecil yang sangat indah bila dikenang untuk hari ini.

Nenek ku pedagang kue-kue tradisional. Segala macam kue tradisional khas disini semuanya bisa beliau buat. Mulai dari kue lapis, kue Bugis, kue pisang, kue bihun, dan kue yang lainnya. Nenek ku juga jago masak loh, terbukti sampai detik ini , orderan catering untuk acara-acara tertentu selalu mempercayakan nenek ku untuk memasaknya, bahkan untuk makan siang para pengawas saat UN berlangsung juga nenek yang buat. Kebayang dong rasanya kaya apa. Dan itu bukan cuma satu atau dua lembaga pendidikan, biasanya nenek hanya menerima lima lembaga pendidikan, dikarenakan tenaga yang terbatas . Maklum, nenek ku sudah tidak muda lagi.

Kembali ke masa kecilku. Disaat itu, aku terbiasa bermain dirumah nenek, walaupun rumahku aga jauh tapi entah kenapa setiap hari aku main kesana. Setiap siang nenek menyuruh ku untuk mengantarkan pesanan kue-kue nya. Entah kenapa sifat ku yang masih ke kanak-kanakan membuat ku merasa malu jika harus membawa kue-kue tersebut. Padahal, kalau di ingat-ingat sekarang ,rasanya aku kangen akan hal seperti itu.

Setiap siang, sehabis Dzuhur nenek selalu menyuruh ku untuk mengantarkan rempeyek buatannya ,untuk di titipkan di warung depan gang. Setiap subuh, aku dibangunkan untuk sholat, dan bantu nenek untuk merapihkan kue mangkok buatannya. Dan ketika sore tiba, aku kembali ke warung ,untuk mengambil nampan serta uang hasil penjualannya.

Sampai sekarang, nenek masih tetap berjualan kue. Bedanya, kalau dulu harus dititipin ke warung-warung tapi sekarang nenek bawa sendiri dagangannya . Tau gak hasilnya? Dalam jarak sepuluh langkah, nenek berhasil membuat dagangan nya laris manis . Ga perlu capek-capek kesana kemari. Alhamdulillah

Dan yang buat takjub, dengan hasil jualan kue, nenek bisa menguliahkan omku di UPI Purwakarta serta bisa membuat nenek naik haji untuk pertama kalinya.

Hebatkan nenekku. :)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post