Atdjeng Sukma Putri

Hanya seorang guru IPA yang mengajar di tanah kelahirannya di Papua...

Selengkapnya
Navigasi Web

Meningkatkan Keaktifan dan HOTS dengan model Problem Based Learning (PBL)

Dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan ke aktifan dan kemampuan HOTS siswa dalam pembelajaran materi Gempa Bumi

Lokasi : SMP Negeri 1 Biak Kota

Penulis : Atdjeng Sukma Putri, S.Pd

Tanggal : 12 September 2022

Latar Belakang Masalah

Pada kurikulum 2013, diharapkan pembelajaran yang dilakukan dalam kelas adalah pembelajaran yang mana anak menjadi pusat belajar, namun kenyataannya bahwa pembelajaran yang terjadi masih banyak berpusat pada guru sehingga keaktifan siswa di dalam kelas juga sangat sedikit. Kemudian dalam pembelajaran pada umumnya yang diajarkan oleh guru masih bersifat Low order thingking sklill (LOTS) ataupun Middle Order thingking skill (MOTS) sehingga kemampuan bernalar siswa tidak berkembang dengan semestinya. Dari permasalahan tersebut, untuk meyelesaikannya, maka digunakanlah praktik pembelajaran inovatif yang salah satunya adalah model Problem Based Learning (PBL).

Pentingnya praktik ini dibagikan

Setelah melakukan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran PBL ini, didapatkan bahwa siswa sangat antusias dalam mengikuti proses pembelajaran dari awal hingga akhir, sehingga keaktifan siswa dalam pembelajaran juga meningkat. Selain itu pembelajaran yang diajarkan juga menjadi lebih menarik karena media dan alat/bahan yang digunakan lebih inovatif sesuai dengan perkembangan teknologi membuat siswa tidak merasa bosan. Dengan menerapkan model pembelajaran ini juga pembelajaran berubah yang dari awalnya berpusat kepada guru (Teacher centered) berubah menjadi berpusat kepada siswa (Student Centered). Hal lain yang penting dibagikan yaitu proses pembelajara juga menjadi lebih terstruktur, dan tujuan pembelajaran yang direncanakan dapat tercapai dengan baik.

Peran dan tanggung jawab

Peran penulis sendiri dalam praktik ini adalah, sebagai fasilitator dalam menerapakan model pembelajaran PBL, untuk itu penulis harus membuat modul ajar, assesmen pembelajaran yang meliputi diagnostik, sumatif, dan formatif, membuat bahan ajar, beserta LKPD yang yang sesuai dengan model pembelajaran yang dipilih. Kemudian, untuk membuat rencana pembelajaran yang sebaik mungkin, maka diperlukan diskusi antara dosen, guru pamong, dan juga rekan sejawat. Jika terdapat kesalahan maka perlu dilakukan revisi sebelum menerapkannya dalam pembelajaran di kelas, yang kemudian rencana pembelajaran yang dibuat itu akan diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Untuk mengetahui hasil praktik ini maka diperlukanlah dokumentasi berupa video yang nantinya akan di unggah pada suatu platform yang bisa di akses oleh dosen, guru pamong, maupun yang lainnya yang berminat untuk menyaksikan pembelajran yang telah dilaksanakan. Terakhir melakukan kegiatan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran selanjutnya yang telah direncanakan agar menjadi lebih baik.

Tantangan dalam mencapai tujuan

Dalam melakukan pembelajaran ini tentunya ada berbagai macam tantangan yaitu:

1.Kesiapan peserta didik dalam menerima pembelajaran

Sebagiamana yang kita tahu bahwa siswa SMP merupakan peralihan dari anak-anak menjadi dewasa, sehingga keinginan bermain masih cukup tinggi. Oleh karena itu dalam pembelajaran kesiapan peserta didik perlu dipastikan terlebih dahulu.

2. Kesesuaian antara materi dan model yang digunakan

Ketidak sesuaian materi dan model pembelajaran akan berdampak pada pembelajaran yang tidak akan berjalan dengan baik, apalagi jika pembelajran itu mengambil masalah konseptual yang terjadi di lingkungan sekitar mereka.

3.Keadaan lingkungan sekolah

Keadaan lingkungan sekolah yang kondusif juga sangat membantu dalam proses pembelajaran. Suasana sekolah yang tidak kondusif dapat mengganggu konsentrasi siswa.

4. Kesiapan peserta didik dalam menyiapkan alat dan bahan

kesiapan alat dan bahan gunanya dalah untuk mendukung proses pembelajaran. Namun ada masanya di mana alat dan bahan ini tidak dapat di persiapkan guru sehingga meminta bantuan siswa untuk membawanya. jika pada saat proses pembelajaran lat dan bahan yang dibutuhkan tidak dibawa, hal ini dapat mengganggu kelancaran proses pembelajaran yang sudah direncanakan.

5. Kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang diajarkan dengan pembelajaran berorientasi HOTS

Kemampuan memahami siswa berbeda-beda, ada yang cepat dan ada yang lambat. Dengan pembelajaran yang berorientsi HOTS, ditakutkan adanya siswa yang tidak dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Namun pembelajran berorientasi HOTS ini harus dilaksanakan untuk membantu meningkatkan kemampuan bernalara siswa.

Yang terlibat

Tentu saja dalam praktik yang dilakukan banyak pihak yang terlibat di dalamnya, yaitu:

1. Peserta didik yang menjadi pusat pembelajaran

2. Dosen dan guru pamong yang telah menjadi pembimbing

3. kepala sekolah yang memberikan izin dalam pelakasanaan praktik ini

4. Rekan-rekan sejawat yang telah membantu terlaksananya kegiatan praktik sebagai cameramen ataupun observator

Langkah-langkah untuk menghadapi tantangan

Untuk mengahadapi tantangan yang ditemuui maka ada beberapa langkah yang dapat dilakukan, yaitu ;

1. Mengecek kesiapan peserta didik sebelum pembelajaran dilaksanakan

2. Memastikan model dan materi yang digunakan sudah sesuai dan siap digunakan dalam praktek pembelajaran

3.Meminta tolong rekan sejawat untuk membantu menjaga lingkungan sekolah agar tetap kondusif

4. Mengingatkan sehari sebelumnya agar peserta didik membawa alat dan bahan yang dibutuhkan.

5. meminta peserta didik untuk mempelajari terlebih dahulu materi yang akan diajarkan sebagai apersepsi, dan meminta mereka untuk fokus dalam mengikuti pembelajaran.

Dampak dari aksi

Sebuah aksi pasti akan menghasilkan dampak, baik itu adalah dampak yang baik maupun dampak yang kurang baik. Adapun dalam praktik ini dampak dari aksi dan langkah-langkah yang dilakukan, memperoleh hasil dampak yang positif yang sesuai dengan tujuan,yaitu:

1. penerapan model PBL yang dilakukana dalam pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan peserta didik, dilihat dari antusiansme peserta didik dalam menajwab atau mengajukan pertanyaan, serta dalam mengerjakan LKPD dan pengamatan

2. dengan pembelajaran berorientasi pada HOTS, ternyata kemampuan bernalar peserta didik juga menjadi lebih baik.

3. Selain itu juga kemampuan guru dalam membuat rencana pembelajaran yang inovatif menjadi lebih baik lagi.

Hasil ke-efektifan dari aksi

Hasil yang diperoleh setelah meakukan aksi yaitu sangat efektif, karena dalam pembelajaran peserta didik sudah terlihat sangat aktif dan antusias dibuktikan dengan hasil penilian keaktifan peserta didik yang dilakukan oleh rekan sejawat, serta video pembelajaran yang diunggah pada platform youtube yang dapat disaksikan oleh berbagai pihak. Selain keaktifan yang meningkat, kemampuan bernalar peserta didik juga baik dibuktikan dengan LKPD yang terjawab dengan baik, dan dari hasil evaluasi belajar peserta didik (KKM = 68), yang mana dari 22 anak, 17 anak atau 77,27 % tuntas, dan 5 anak atau 22,73 % tidak tuntas.

Respon orang lain yang terkait

Dari praktik yang dilaksanakan, beberapa pihak yang terlibat dalam kegiatan ini merespon positif, yaitu :

1. Kepala sekolah memeberikan respon yang positif atas model pembelajran yang dilaksanakan dan meminta untuk menerapkan model-model pembelajaran lain yang inovatif pada materi-materi yang lain

2. Rekan sejawat juga merespon positif dengan praktik yang dilaksanakan karena terlihat antusiasme dan keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran

3. peserta didik sendiri juga mengatakan bahwa pembelajaran yang telah dilakukan sangat menarik dan menyenangkan untuk mereka.

Faktor keberhasilan dan ketidak berhasilan

Beberapa faktor penyebab keberhasilan yaitu :

1. dukungan kepala sekolah dan rekan sejawat yang telah membantu proses kegiatan dari awal hingga akhir

2. Situasi dan kondisi yang cukup kondusif selama kegiatan berlangsung

3. antusiasme peserta didik dalam proses pembelajaran

4. Dukungan dan bimbingan dari dosen, guru pamong, serta rekan PPG selama proses berlangsung

Adapun untuk faktor ketidak berhasilan, penulis belum menemukannya.

Pembelajaran dari keseluruhan proses

Dalam melaksanakan praktik ataupun kegiatan ini tentunya ada berbagi macam pembelajaran yang dapat penulis petik, yaitu:

1. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), dapat meningkatkan keaktifan peserta didik karena peserta didik menjadi pusat pembelajaran sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator.

2. Antusiasme peserta didik dalam pembelajaran dikelas, tentunya sangat di dukung dengan menggunakan model pembelajaran yang menarik.

3. kemampuan bernalar peserta didik dapat ditingkatkan menjadi lebih baik dengan cara membiasakan peserta didik belajar dengan berorientasi pada pembelajaran berbasis High Order thingking Skill (HOTS), bukan berorieantasi lagi pada LOTS ataupun MOTS.

4. Melihat peserta didik yang begitu antusias dalam mengikuti pembelajaran, juga meningkatkan semangat guru untuk mencoba membuat lagi pembelajaran dengan menggunakan model-model pembelajaran yang inovatif.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi

28 Sep
Balas



search

New Post