BERTIGA KAMI MENGUNTAI KISAH (edisi ibadah haji ke tanah suci, Mekah) )
Tantangan Menulis Hari Ke-- 37
#TantanganGurusiana
Bu Neneng teman satu KBIH mendatangiku, begitu aku dan rombongan jemaah haji sampai di salah satu Hotel di Mekah, di mana kami akan menginap. Dia memegang kertas yang ternyata daftar kamar hotel beserta penghuninya.
"Bu, kita satu kamar. Di lantai 1 no 101," ujarnya.
"Bersama dengan Bu Ani," ujarnya lagi
"Alhamdulillah Bu Neng." Jawabku sambil membawa koper kecil ke kamar mengikuti langkahnya. Juga Bu Ani.
Kumasuki kamar yang ternyata memang disediakan untuk tiga orang. Di dalamnya Ada tiga Kasur dengan sprei warna putih. Warna standar hotel. TV, kamar mandi, kulkas dan lemari sebagai fasilitas yang disediakan.
Jadilah aku, Bu Neneng dan Bu Ani menempati kamar 101. Sedangkan suami, Pak Riswan suami Bu Ani, serta ayahnya Bu Neneng ( Bu Neneng ternyata dengan ayahnya) menempati kamar yang berhadapan dengan kamar kami bertiga.
Di antara bertiga, Bu Neneng lah yang ibadah haji kali ini untuk ke dua kalinya. Sehingga sedikit banyak memiliki pengalaman dibandingkan aku dan Bu Ani. Seperti jika kami bertiga pergi ke Masjidil Haram tanpa rombongan atau tanpa para suami, Bu Neneng lah yang memberikan petunjuk pintu mana saja yang harus dilalui jika ingin begitu masuk langsung berada di sekitar depan Ka'bah, minimal di dekat area Ka'bah.
Pernah pula, suatu ketika saat kami menunggu hari wukuf tiba (Aku ke Mekah dulu baru ke Medinah) kami bertiga berembug untuk bersama mencoba mencium batu hajar Aswad setelah sholat dhuhur. Kebetulan tidak bersama suami.
Kami saling berpegangan tangan memasuki area tawaf dengan tujuan mendekati hajar Aswad. Dengan caranya Bu Neneng berusaha mencari jalan di antara barisan orang tawaf. Jika berhasil maka aku dan Bu Ani mengikuti langkahnya.
Sambil berjalan tak putus putusnya aku beristighfar. Ada rasa takut yang timbul. Takut mengenai orang. Melihat wajahku seperti orang ketakutan Bu Neneng mengurungkan niat kami semula untuk mencium Hajar Aswad. Apalagi melihat kemungkinan kecil kami bisa karena begitu banyaknya jemaah.
Aku tidak tahu bagaimana akhirnya kami bisa sampai di Hijir Ismail. Yang kutahu ada sosok bapak bapak entah dari jemaah mana yang mempersilahkan dan melindungi kami untuk sholat secara bergantian. Bapak itu merentangkan kedua tangannya seolah untuk mengatakan kepada jemaah lain ada yang sedang sholat. Sekaligus melindungi kami bertiga.
Jujur saja, diantara kami bertiga. Bu Neneng lah yang sholat tiap waktu di Masjidil Haram sedangkan aku maupun Bu Ani adakalanya sholat Zuhur di hotel...
"Tinggal naik bis aja ko, sebentar juga sampai ," ujarnya saat aku tanya ga cape tiap waktu sholat ke Masjidil Haram . Seperti sholat arbain di Nabawi..
Kami bertiga saling memotivasi, untuk beribadah secara maksimal. Dengan saling berbagi pengalaman takala melaksanakan ibadah tanpa pergi bersama. Sambil duduk atau rebahan di kasur hotel . Karena adakalanya kami tidak bersama.
Tawa, cerita berbagi pengalaman, saling memotivasi dalam beribadah baca Quran, mencuci bersama, makan bersama dengan menu bawaan yang hampir tidak jauh berbeda, serta memotivasi untuk selalu menghabiskan apa yang di makan menjadi agenda kami keseharian di hotel.
Kini itu menjadi pengalaman manis, dan tidak akan terlupakan. Bertiga kami saling memotivasi, saling bergandengan tangan, saling mengingatkan, untuk mencapai Ridho Illahi.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Semoga hajinya mabrur bu.
Aamiin
Mabruk
Makasih pak
Masama slm kenal buk
Salam kenal lagi pak Yulius