CUCU DAN LATIHAN TAEKWONDONYA
Tantangan Menulis Hari Ke-21
#TantanganGurusiana
Ada rasa bahagia ketika melihat di wajahnya ada sesungging senyum.. sambil matanya mengawasi bagaimana teman-temannya menggerakkan kaki dan tangan yang kemudian dia ikuti. Sesekali matanya mengarahkan pandangan padaku yang duduk di samping tempat dia berlatih.
"Mbah Uti, aku senang latihan Taekwondo". Itu yang aku tangkap dari senyum dan matanya.
Rasa bahagia menjalariku. Kuambil HP. Kuabadikan tiap momen dia melakukan gerakan .Aku ingin mengabarkan pada anakku kalau Faris demikian nama cucuku begitu semangat berlatih taekwondo.
Hari Minggu ini, 2 Fabruari 2020, untuk pertama kalinya dia mulai latihan. Bukan bunda atau ayahnya yang punya inisiatif untuk ikut latihan seni bela diri yang berasal dari Jepang ini, tetapi aku sebagai Mbah Uti ( sebutan nenek bagi orang Jawa, kependekan dari Mbah Puteri) yang menawarkan untuk ikut.
"Bang, mau latihan Taekwondo, nanti Mbah Uti antar?" tawarku.
"Mau Mbah Uti". Jawabnya semangat.
"Bener mau?" Tanyaku tak percaya.
Sedikit tak percaya karena dulu pernah mengatakan mau, sesampai di tempat latihan dia mogok, tak mau ikut. Oleh karenanya saat dia mengatakan itu aku ulang kembali pertanyaannya, dan dia berulang mengatakan mau sambil kepalanya dia angguk anggukan. Sebuah penegasan kalau dia benar -benar mau latihan.
Kulihat keringat mulai terlihat di leher dan dahinya. Dia mulai terbiasa mengikuti gerakan teman -temannya yang awalnya terlihat malu malu. Beberapa kali pelatihnya mencontohkan gerakan kepadanya. Atau memotivasinya saat melakukan gerakan dengan benar. Terlihat dia menendang dengan semangat.
Kuamati terus gerakan -gerakan yang dikomandoi pelatihnya. Aku jadi paham sedikit. Seperti itu mereka berlatih. Kuamati juga perkembangan Faris berlatih. Namun yang kuamati khususnya bukan perkembangan kemampuan taekwondo nya. Karena aku paham ini baru latihan pertama. Justru aku tertarik bagaimana dampak dari pelatihan ini terhadap karakter dari mereka yang berlatih. Khususnya Faris. Anak pertama dari anak perempuan ku.
Dia mulai ikut kebiasaan bagaimana berlatih, kadang dia yang menendang, kadang dia yang memegang alat untuk ditendang, antri untuk tunggu giliran menendang, dan ikut menghitung bila pasangannya sedang menendang sementara dia memegang alat.
Sebuah karakter disiplin, saling kerjasama, kepatuhan ada di latihan tersebut. Serta bagaimana dia harus kosentrasi saat menendang agar tendangannya kena ke alat yg dipegang oleh pasangan berlatihnya.
Diapun ikut melakukan penghormatan sebagaimana yang lainnya, saat latihan berakhir. Sebuah pembentukan karakter menghormati kulihat di sana.
Pembentukan karakter itulah sebenarnya kenapa aku menawarkan cucuku untuk berlatih. Aku berharap dengan dia berlatih muncul rasa percaya dirinya, kedisiplinan, sikap menghormati, mampu menyelamatkan dirinya. Serta kesehatan tentunya.
Dia mengajakku untuk pulang. Kulihat peluh dileher dan wajahnya. Kutanya apakah dia cape atau tidak. Jawabannya sebuah jawaban yang membuat kubahagia
"Aku senang Mbah latihan Taekwondo." Katanya
Kupeluk dia..dan kami pun pulang saling bergandengan tangan.


Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar