Atjih Koerniasih

Guru di SMP Negeri 1 Cipanas. Sebagai guru mata pelajaran IPS. ...

Selengkapnya
Navigasi Web

LIMA MENIT YANG TERLUPAKAN

Pagi ini mungkin terlihat seperti biasanya. Namun kondisi kian berubah ketika kelompokku belum menyelesaikan tugas IPS yang diberikan minggu lalu. Dengan cepat namun tepat kami menyelesaikan satu persatu pertanyaan yang diberikan

Namun sayang, belumlah terisi sepenuhnya, bu Atjih telah melontarkan panggilan agar lembar kerja cepat dikumpulkan. Raut wajah kelompokku semakin memerah karena bu Atjih meminta agar kelompok kami mempresentasikannya. Kepalaku mendadak kosong. Tak mampu memberikan setitik gagasan.

Majulah salah satu perwakilan dari kelompokku. Temanku yang maju terlihat tampangnya yang mulai murung karena paksaan dari kami, agar mewakili untuk ptesentasi. Saat memulai pembacaan, dia berucap dengan gugup. Sirnalah secercah harapan kami untuk menarik perhatian dari bu Atjih.

Tambah lagi penderitaan kami, ketika bu Atjih meminta agar semua jendela ilmu yang terpangpang di meja kami untuk dimasukkan kedalam tas. Tamatlah nasib kita, ketika kembali dihadaapkan dengan ulangan mendadak.

Pelajaran IPS hari ini memberikan pelajaran yang harus diambil seperti sungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas, mengumpulkan tugas dengan tepat waktu dan selesai. Tes seperti ini memang diperlukan ketika siswa meremehkan tugas. Karena tes seperti ini mendadak dan siswa akan merasa bahwa dirinya bersalah dan akan memberikan yang lebih baik lagi dan tidak akan meremehkan tugas.

Rasa sesal, kesal, marah ingin ditunjukan kaepada siapapun itu. Tetapi saya tahan, sangat saya tahan. Setelah kejadian itu timbul, menjadi beban pikiran yang sangat hebat. Seperti panasnya mentari menyengat kepala saya. Entah harus bagaimana, saya berusaha mengerjakan ulang, tetapi tidak diterima oleh guru saya.

Hati bergolak ingin menangis, saya gagal untuk menunjukan kepada mereka yang sedari dulu meremehkan kelompok saya. Tak ada kata lain yang harus diucapkan. Tak ada perlakuan yang harus dikerjakan. Hanya diam membisu, duduk terpaku dengan memperhatikan ibu menerangkan dengan beban pikiran yang cukup dasyat.

Saya cukup bingung pada pelajaran hari ini. Karena, saya belum mengerti pelajaran tentang hubungan sosial. Saya belum mengerti apakah karena saya membaca sekilas atau karena agar saya mengerti harus diterangkan terlebih dahulu?. Saya juga bingung kenapa bu Atjih tiba- tiba memberikan soal. Itu terjadi entah karena bu Atjih ingin mencoba untuk mengasah daya ingat kami atau apa ?. Atau ibu Atjih marah karena banyak yang belum mengerjakan tugas?. Jika marah itu wajar. Saya juga sadar apabila kita melakukan perbuatan yang salah. Jadi apabila bu Atjih marah saya minta maaf sebesar-besarnya.

Saya baca satu persatu lembar ulangan mendadak yang isian terakhirnya refleksi mereka tentang pembelajaran hari ini. Sementara saya membaca lembar demi lembar tulisan mereka, sementara itu pula ingatan sayapun menerawang ke jam pertama tadi di kelas mereka. Kelas yang biasanya penuh semangat, gairah dan kreatif entah kenapa lain biasanya. Apakah itu karena ada peran saya? Yang pasti jawabannya TENTU.

Saya masuki kelas mereka dengan sebuah rencana akan membahas tugas yang sudah saya berikan pada pertemuan sebelumnya. Sesudah berdoa dan mengisi agenda kelas, saya menugaskan mereka untuk mengumpulkan tugas kelompok. Gelagak kurang baik mulai saya rasakan saat mereka begitu lambat mengumpulkan. Saya melihat masih ada yang mengerjakan. Berkali - kali saya suruh mereka mengumpulkan namun yang mengumpulkan baru beberapa kelompok

"Sudah seadanya kalian kumpulkan". Perintah saya pada mereka. Akhirnya dengan tugas seadanyamereka mengumpulkan.

Saya kemudian menugaskan satu kelompok untuk mempresentasikan dan tugas inipun berjalan tidak seperti biasanya. Mereka seperti kurang bergairah. Saya stop kegiatan presentasi mereka. Saya alihkan dengan saya terangkan materi yang ada di LKS.

Jujur saja, sayapun jadi kurang semangat. Saya menerangkan dengan peta konsep. Saya sadar hari ini saya tidak melakukan pembelajaran dengan berorientasi pada siswa. Entah mereka paham atau tidak. Namun kegiatan ini saya hentikan saat saya melihat dua siswa asik bercengkrama dengan Hand phonenya. Saya dekati mereka. Saya ambil Hpnya. Seisi kelas jadi hening.

Ingin saya marah saat itu. Namun yang saya lakukan hanya diam dan memasang muka tidak berkenan, dengan sebuah pemikiran, saya harus memberikan sangsi pada mereka. Saya harus menunjukan bahwa mereka salah. Tidak boleh saya diamkan.

"Keluarkan kertas selembar, tulis nama dan kelas". Akhirnya saya berikan sangsi itu melalui ulangan mendadak. Sementara mereka mengerjakan, saya diam tidak mengucapkan sepatahpun dengan wajah tentunya mereka bisa lihat kalau gurunya sedang tidak berkenan.

Sementara mereka mengisi soal, sayapun asik dengan perasaan sendiri. Asik dengan merefleksi kejadian yang baru saja terjadi, dan semuanya berawal dari saya, apa sebab. Pertama saya kurang memberikan penjelasan tentang tugas yang saya berikan pada minggu yang lalu. Kedua saat saya mengawali pembelajaran tidak melakukan apersepsi

Sepenting itukah apersepsi? Jawabannnya adalah YA. . Munif Chatib dalam bukunya "Gurunya Manusia " di halaman 77 memaparkan bahwa "Menit-menit pertama dalam proses belajar adalah waktu yang terpenting untuk satu jam pembelajaran selanjutnya".Munif juga menambahkan pada halaman 81, hak mengajar itu ada di tangan siswa, bukan di tangan guru. Dengan demikian saya sebenarnya tidak diberikan hak mengajar oleh mereka. Itu terlihat dengan kondisi kelas yang tidak kondussif dan tidak menyenangkan dalam proses pembelajaran.karena tidak melakukan apersepsi

Saya masuk langsung memerintahkan mereka mengumpukan tugas, langsung menugaskan mereka memaparkan atau mempresntasikan tugas mereka. Dengan demikian di menit-menit awal, saya sudah menciptakan sebuah ketegangan. dari mana mereka dengan senang hati memberikan hak mengajar? dari mana mereka akan senang mengikuti proses pembelajaran karena saya telah menciptakan keadaan mereka dalam kondisi BETA bukan dalam kondisi ZONA ALFA

. Kondisi di mana siswa stres, bingung, dan pusing. karena diperintahkan langsung mengumpulkan tugas, sementara tugas mereka belum selesai karena kurang jelas perintah dari saya.saat memberikannya pada pertemuan sebelumnya..Seharusnya saya menciptakan terlebih dahulu kondisi di mana mereka siap untuk belajar., Menciptakan kondisi Zona Alfa.dengan melakukan apersepsi

Ada empat Cara masuk ke dalam Zona Alfa menurut Munif Chatib dalam bukunya "Gurunya Manusia" yaitu ice breaking, fun story, musik dan brain gym. Sedangkan di kelas mereka, tak satupun saya lakukan. sehingga munculllah kondisi di mana saya merasakan pembelaran yang tidak menyenangkan, dan itu dirasakan pula oleh mereka. Karena saya telah kehilangan hak mengajar saya, karena hak mengajar diberikan oleh mereka dan itu terlihat dari MEREKA SENANG MELAKSANAKAN PROSES BELAJAR YANG DI AWALI MELALUI GURU MEMUNCULKANNNYA MELALUI LIMA MENIT PERTAMA, dan itu tidak dilakukan oleh saya

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bu guru yg hebat. Mendidik dgn hati

26 Aug
Balas

Makasih pak Leck Murman. Sebuah kebanggan saya pak Leck berkunjung dan mengomentari tulisan saya

26 Aug

Mantaaap jiwa

10 Apr
Balas

Makasih pak Dedi

10 Apr

Luar biasa kereeeennn... Inilah guru profesional; selalu mengkaji dan merefleksi diri. Patut dicontoh... Jempollll.... !!!!

10 Apr
Balas

Terima kasih bu Titin,

10 Apr



search

New Post