Atmasari nurhayati

Atmasari nurhayati adalah seorang pustakawan sebuah sekolah dasar di kecamatan pinggir timur kabupaten Tulungagung. Tepatnya di SDN Sumberagung 02 kecamatan Rej...

Selengkapnya
Navigasi Web

HARAPAN UNTUK BAPAK MENTERI MILENIAL KAMI

Sebelumnya saya mengucapkan selamat atas dilantiknya Bapak Nadiem Makarim menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kesan pertama yang muncul adalah muda, energik dan mewakili generasi milenial. Ditunjang dengan membaca berbagai artikel tentang Bapak maka besar harapan saya jika nanti arah pendidikan pun mewakili pendidikan yang selaras untuk zaman milenial.

Saya adalah seorang pustakawan yang masih berstatus PTT (Pegawai Tidak Tetap), dengan upah sebagai rasa terimakasih sesuai dengan cairnya dana BOS. Itupun besarnya jauh dari kelayakan untuk menghidupi diri sendiri.

Namun sebagai seorang PTT Pustakawan, saya tidak mau terkotak pada pemikiran jika saya adalah seorang PTT yang acapkali di persepsikan orang “bekerja asal-asalan sesuai dengan besaran upah yang asal-asalan”. Asal dana BOS cair maka kami pun merasakan setetes pelepas dahaga ditengah kucur peluh luluh tiap harinya. Setetes embun yang akan cepat menguap kala mentari datang dengan keperkasaannya. Merangsek layaknya sebuah kodrat hidup yang wajib dihadapi.

Meski begitu, saya pun tetap berupaya untuk berbuat yang seharusnya, harus! Saya harus melakukan tanggung jawab diri sebagai pustakawan meski status itu mau tidak mau menjadikan peluh yang luluh hanya bernilai ratusan ribu per bulannya. Suatu imbalan yang tak sebanding dengan tuntutan hidup yang kian melambung. Tuntutan tenaga kependidikan yang harus terus berbenah dan belajar demi peningkatan kualitas sumber daya manusianya.

Memang sebuah dilema, sebagai makhluk manusia terkadang godaan untuk mendua ke pekerjaan yang lebih berkualitas secara finansial. Apalagi dengan kondisi formasi khusus pustakawan sekolah itu tidak ada dalam perekrutan CPNS. Padahal faktanya setiap sekolah mempunyai pustakawan yang memiliki tupoksi dalam pendidikan yang sama dengan berbagai elemen sekolah.

Namun buru-buru sebuah kesadaran pun selalu menghentak, kala deretan kalimat itu datang menghampiri pemikiran. niatkanlah bekerja untuk ibadah, manusia hanya patut berusaha, urusan rezeki itu adalah milikNya.

Berbekal kesadaran itu, hari-hari hanya diliputi semangat untuk berbuat. Menjalankan tupoksi menunjang visi misi sekolah dengan mencerdaskan generasi penerus, generasi yang literat, generasi yang mampu mengakses informasi dan pengetahuan, dan menggunakan untuk meningkatkan taraf hidupnya.

Dalam hal ini, Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang telah digulirkan oleh Kemendikbud sejak tahun 2016 itu adalah salah satu upaya menuju masyarakat sekolah yang literat. Kami sangat menyambut kehadiran GLS, sebuah gerakan sederhana syarat kemuliaan. Membentuk generasi gemar membaca. Membaca kesukaan, membaca pengetahuan, membaca situasi perkembangan zaman, lalu mampu mengolah untuk kebutuhan hidupnya.

Mengapa harus membaca? Sebab, membaca adalah suatu kegiatan sederhana yang memiliki efek luar biasa yang mampu menjadi jalan terbukanya berbagai ilmu pengetahuan yang sangat berguna dalam peningkatan kualitas hidup. Namun, membaca saja tidak cukup jika tidak diimbangi dengan pemahaman akan bacaan. Terlebih lagi, saya sangat prihatin dengan berbagai informasi yang tersebar di dunia maya. Dunia yang tak terlihat namun mampu merasuki segala kaum hingga mampu mengubah peradaban dan perilaku manusia.

Pak Nadiem, sebagai seorang pustakawan sekolah yang sehari-hari bekerja di lingkup informasi, saya merasakan keprihatinan jika perpustakaan masih dipersepsikan sebagai gedung yang penuh jajaran buku beraroma debu, dan yang lebih parah lagi adalah perpustakaan hanya sebagai tempat pinjam dan baca buku.

Oh tidak!

Itu hanya sebagian kecil yang terlihat dari perpustakaan sedangkan perpustakaan yang saya ketahui adalah sebuah rumah peradapan dimana berbagai pengetahuan, warisan budaya, sejarah bangsa terkemas rapi.

Namun saya tidak menyalahkan persepsi masyarakat tentang keberadaan perpustakaan yang hidup segan mati pun enggan. Yang perlu saya tumbuhkan adalah merefleksi kondisi tersebut. Utamanya dalam kaitannya dengan dunia pendidikan. Perpustakaan dan pendidikan. Dua kata itu selalu menggelayuti.

Tak dapat dipungkiri keberadaan perpustakaan sebagai penunjang visi misi sekolah. apalagi dengan slogan bahwa buku adalah jendela dunia, perpustakan adalah jantungnya pendidikan. Namun yang saya rasakan adalah keberadaan perpustakaan belum menjadi jantung yang mampu mempengaruhi kehidupan pendidikan.

Kondisi tersebut kurang lebih dipicu oleh kualitas SDM, kebijakan yang berpihak terhadap perpustakaan, fasilitas perpustakaan. Berkaitan dengan fasilitas, kaitannya dengan era digital, perilaku pencarian informasi masyarakat (di lingkungan pendidikan adalah seluruh warga sekolah) yang akrab dengan kecanggihan teknologi, maka otomasi perpustakaan menjadi sebuah keharusan, sehingga koleksi buku dan berbagai jasa informasi perpustakaan dapat dilayankan sepanjang hari tanpa batas waktu. Meski jam efektif sekolah telah usai.

Selain fasilitas, yang perlu dibina adalah SDM nya, sehingga disini saya memiliki usulan untuk memasukkan sebuah pembelajaran mengenai literasi teknologi dan informasi selain literasi dasar. Seperti yang telah diketahui, terdapat enam literasi dasar, yakni literasi baca tulis, literasi sains, literasi numerasi, literasi finansial, literasi digital, literasi kewargaan dan budaya.

Seperti halnya keberadaan gawai, sebenarnya saya sangat prihatin dengan larangan bagi siswa untuk membawa gawai ke sekolah. Sedangkan gawai sebenar menyajikan berbagai hal yang sangat bermanfaat. Termasuk untuk mendukung GLS, utamanya dalam mengatasi keterbatasan koleksi buku. Begitu banyak e-book termasuk milik Perpustakaan Kemdikbud. Namun gawai tanpa diimbangi literasi teknologi dan informasi berpeluang memiliki dampak negatif bagi masyarakat.

Harapan saya, untuk ke depan ada sebuah pembinaan perpustakaan berbasis teknologi informasi, pembinaan SDM perpustakaan, pembelajaran literasi teknologi dan informasi yang terintegrasi kurikulum yang ujungnya akan menunjang tercapainya generasi milenial pembelajar sepanjang hayat.

Selamat datang Pak Nadiem, harapan kami sandarkan padamu.

Biodata penulis

Atmasari Nurhayati, S.I.Pust, M.A

Lahir di Tulungagung tanggal 01 Mei, 37 tahun yang lalu. Merupakan sulung dari dua bersaudara. Ber profesi sebagai Pustakawan di sebuah SDN di wilayah kecamatan Rejotangan Tulungagung mulai tahun 2012 hingga tahun 2018, dan tahun 2019 ini pindah tugas di sebuah SMPN 02 Ngunut Tulungagung.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post