Audinda Sari

Bahagia itu sederhana dengan bersyukur dan tersenyum...

Selengkapnya
Navigasi Web

Jika Aku Menjadi

Sore kemarin setelah pulang mengajar aku bersiap siap sambil menunggu hujan reda dan juga menyiapkan 2 baju kaos dan lain lainnya untuk bermalam dirumah temanku yang baru saja pulang dari pondok.sudah menunggu sedikit lama hujanpun reda aku segera memesan grab untuk datang kerumah temanku,dingin dan sedikit kaku karena pegal pegal tubuh ini kupaksakan untuk pergi karena sudah berjanji untuk datang. Sepanjang perjalanan aku melihat beberapa rumah warga yang berada dipinggir sungai dalam hatiku begitu sulit membayangkan untuk bertahan jika aku menjadi mereka,hatiku pilu namun diriku tidak mampu untuk menjadi sesuatu bagi mereka. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 46menit aku sampai didepan rumah temanku,dulu nya sempat digusur karena ada pelebaran sungai tetapi Alhamdulillah saat aku datang telah terbangun kembali rumah ini. Kuucapkan salam pada mereka yang begitu bahagia penuh senyum menyambut kedatanganku sungguh hati ini begitu bahagia tiada tara. Aku dipersilahkan masuk namun yang nampak dari luar pintu aku melihat lantai yang masih berbalut tanah kebetulan saat itu baru saja hujan dan lantai rumah itu menjadi basah hampir saja aku terpeleset,dalam hatiku seketika sesak apa yag telah aku lakukan selama ini,selalu berambisi menambah dan menambah selalu kurang dengan apa yang ku miliki sementara di depan kedua mata aku kini terlihat jelas mereka begitu bahagia dengan apa adanya. Waktu terus berlalu tiba saatnya untuk masuk shalat magrib,namun ketika ku lihat wanita tua ibu dari temanku yangku panggil ema itu hanya menggunakan kerudung mukena dan roknya menggunakan sarung laki laki,tetapi ia begitu semangat dan menempatkan waktu seketika aku merasa tertampar dengan pemandangan ini. Ketika hendak aku kekamar mandi ya Allah sungguh aku begitu pilu melihat keadaan ini kamar mandi yang dirumahku begitu rapat dan berlantai,ini dihadapan mataku hanya ditutupi oleh setengah bilik bambu yang jika berdiri saja akan kelihatan dengan orang. Dengan hati yang begitu pilu ku menatap tembok rumah ini yang hanya berbalut papan dan setengah batu kadang aku merasa takut dengan kayu kayu yang ada diatas sebagi penyangga. Dalam kesederhanaannya aku begitu terpukau melihat begitu baik dan ramahnya keluarga ini sangat mengistimewakan aku sebagai tamunya bahkan aku merasa seperti ratu. Hingga hari ini aku masih begitu terbawa perasaan terutama dengan mukena dan rok nya . Sudahkan aku mensyukuri semua nikmat yang Allah berikan ? Kusadari selama ini aku terus menambah dan ingin lebih hingga memaksakan diri,tetapi hari ini aku begitu sesak dan pilu hidupku lebih beruntung dari mereka tetapi aku masih kurang seharusnya aku berbagi dengan mereka bukan hanya memikirkan diriku sendiri. Pengalaman ini mengajarkanku untuk selalu bersyukur Untuk menjadi manusia yang memiliki jiwa sosial tak hanya memikirkan kehidupan sendiri sedangkan aku juga harus membantu mereka. Bagaimana mereka hidup dan bertahan aku masih tak mampu membayangkan hari hari mereka ,tetapi kuasa Allah begitu dahsyat menjamin kehidupan mereka dalam keterbatasan.
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post