Audinda Sari

Bahagia itu sederhana dengan bersyukur dan tersenyum...

Selengkapnya
Navigasi Web

Kecil Manis Menggemaskan

Sabtu lalu pukul 11:00 cuaca cukup mendung awan hitam mulai menghiasi langit disekitar sekolah tempatku mengajar,sementara hati mulai resah namun  dengan adanya beberapa anak didikku yang sudah datang khawatirku sedikit terusir.sabtu 29 februari 2020 lalu,kami mengadakan foto wisuda jadwal kelasku ditetapkan pukul 11:00 dari sinilah resahku datang karena sudah pukul 11 baru beberapa yang datang.

 

Mataku melirik keluar pintu sementara tanganku sibuk memegang pulpen dan buku guna mendata anak anak yang datang,agar saat pemotretan berlangsung berjalan dengan tertib sesuai urutan anak anak yang datang terlebih dahulu.

"ibu"kecil manis menggemaskan menyapaku dengan senyum.

"hana cantik"ujarku padanya,ya memang kebiasaanku selalu menyebut semua anak didikku cantik dan ganteng karena dengan memuji dapat membangun semangat anak anakk.

Jujur saja aku sedih setelah sekian lama waktu bergulir ku melalui hari bersama anak anak disekolah kini sudah tiba detik detik perpisahan,sementara hati sudah sangat menyayangi mereka yang luar biasa kehadirannya selalu menjadi penyemangat bahkan menjadi hiburan dalam kesendirianku.

Partner mengajarku sedang asik merias anak anakku karena aku tidak pandai make up jadi kuserahkan kepada wanita berusia 22 tahun yang biasaku panggil bu nia itu,tangannya bertempur dengan eye shadow,lipstik,bedak,spons bedak dll. 'andai saja aku bisa make up pasti tugasku semakin sempurna menjadi ibu disekolah bagi anak anakku,tapi ah tidak mungkin aku dapat me make up wajahku saja diriasi dengan bu nia',batinku mengerang.

 

Kuperhatikan anak anakku yang sangat aku sayangi,kadang berbincang dengan mereka dengan asiknya sambil menunggu yang lain datang.namun ada satu wali murid memanggilku serontak aku langsung menghampiri.

"ini kenang kenangan dari nada bu,nada terakhir sekolah hari ini"ujarnya sambil memberikan sesuatu yang terbungkus kertas kado

 

JLEEEEEEEBBBBBBBBBBB............

Berdesir dengan kencang seketika darahku hingga mendorong air mataku naik menggenangi pelupuk mata sementara hati begitu pilu dan tubuh melemas.ku tak bisa menahan kesedihan ini bukan lebai tetapi hatiku begitu menyayanginya,ntah mengapa rasa takut kehilangan dan jauh dari anak anakku adalah hal yang paling aku takutkan.

 

"Ya Allah nada,ini beneran nada terakhir mah.tapi nada belum sampai tes level 3 mah maaf ya mah aku hanya bisa mengantarkan nada sampai sini"ucapku dengan bibir gemetar menahan pilunya hati

"iya bu udah bilang dan minta surat mutasi nanti nada lanjut disekolah disanah"kata wali murid anakku

"Ya Allah,maafin aku ya mah kalau ada salah"ucapku tak tahu harus berkata apa lagi tak mampu berkata hanya kesedihan yang merenggut kebahagiaan hari ini,tetapi bagaimanapun mereka akan besar dan akan melajutkan kesekolah dasar.

"maafin aku juga ya bu,kalau ada salah.terimakasih sudah mendidik nada bu"

Setelah beberapa menit aku meneruskan pembicaraan dengan wali muridku,kududuk dikursi sementara tangan mengambil tissue untuk mengusap air mata yang menetes.

"lah jadi nangis bae"ujar bunia 

"sedih bu anak aku mau pindah"kataku

Kutahan kesedihan ini pemotretan segera berlangsung dengan suara yang tak begitu kencang aku memanggil anak anakku untuk masuk satu persatu kedalam ruangan foto,mereka tampak ganteng dan cantik dengan mengenakan pakaian wisuda dan topi toga dikepala.

Satu persatu mereka sudah difoto lalu keluar dari ruangan,terlihat wajah orang tua yang bahagia melihat putra putri mereka.namun ntah mengapa ada salah satu anakku menangis,ntah perasaan apa ini melihat mereka menangis saja aku tak kuat sesak begitu terasa.

"abang kenapa nangis?"tanyaku dia sudah didalam pelukkan ibunya

Mendengar jawabannya aku terharu dan begitu perasa anakku ini kalau kata anak sekarang adalah baperan sama sepertiku.

 

"abang kan pintar ya,kalau anak pintar nanti jadi polisi,tentara,bapak guru.abang jangan nangis lagi"ujarku sambil mengusap air matanya

Waktu yang telah mengubah dan merekalah yang merubah aku menjadi sesantai ini dalam menghadapinya,diri yang dulu panik kalau menghadapi mereka kini menjadi tenang dan bahkan karena mereka aku mampu mengontrol emosi.

Namun yang tak bisa kutepiskan adalah rasa malu ya,aku begitu pemalu apa lagi saat wali murid meminta foto bareng bersama.namun kali ini aku harus mampu melawan nya.cukup kami berfoto kadang aku bertanya mau masuk sekolah SD dimana dan menanyakan perkembangan,Alhamdulillah aku mendapatkan respon yang baik.

Nyatanya aku yang banyak belajar dari mereka dan mereka yang mengajari aku.mereka adalah anugerah,kecil manis menggemaskan yang selalu memberikan pelajaran bagaimana cara untuk bersabar menghadapi mereka,bagaimana cara agar dapat megendalikan emosi dan bagaimana cara menjadi seorang ibu karena menjadi orang tua.

Untuk anak anak didikku.. 

I WILL ALWAYS LOVE YOU

 

Salam literasi

 

 

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post