#HARI29

BUKAN ROTI YANG TERTUKAR

Beberapa hari lalu saya dipasrahi untuk belanja bingkisan lebaran untuk komite sekolah. Ini pengalaman pertama karena biasanya untuk peran belanja seperti ini adalah tugas ibu-ibu. Ya karena memang kebetulan saya yang bawa uang ya sekalian saya yang di pasrahi untuk belanja. Tak ada pilihan lain selain menyanggupinya. Saya menyanggupi untuk belanja karena memang saya sendiri ada rencana beli keperluan lebaran dalam waktu dekat.

Tiba saat belanja, dengan istri dan juga mengajak kedua anak, berangkatlah kami ke rumah mertua. Kenapa rumah mertua?. Ya Karena mau pinjam mobil inventaris punya mertua. Haha. Mobil mertua tapi bapak mertua tidak bisa menyetir mobil sendiri, jadi yang memakai ya anak-anaknya termasuk saya yang jadi menantu.hehe.

Salah satu anak saya yang baru lima bulan saya tinggal bersama neneknya. Yang anak pertama umur enam tahun tetap diajak belanja (meskipun lagi musim social distancing). Jangan ditiru yah. Hehe. Yang ini kalau tidak diajak pasti akan ngomel berhari-hari dan minta pajak yang menyusahkan.

Tiba di salah satu toko terbesar di kota, kami ambil semua barang yang sudah direncanakan. Tentu saja termasuk barang-barang untuk keperluan bingkisan sekolahan. Tidak terlalu banyak nominalnya, yang penting dari sekolahan ada bingkisan buat diberikan. Ya sebagai rasa terima kasih karena telah banyak membantu sekolahan. Satu dua jam berlalu dan lancar tanpa halangan, pergi ke kasir, bayar, angkut ke mobil. Meskipun harus bolak balik sampai tiga kali karena memang saking banyaknya kardus belanjaan yang dibawa.

Hari berikutnya, tanpa membongkar barang belanjaan buat komite sekolah langsung saya antarkan ke salah satu ibu guru yang kebetulan rumahnya satu desa dengan sekolahan dan juga komite sekolah. Bu Ita namanya, guru ini yang nantinya bertugas mengantarkan bingkisan ke rumah-rumah komite sekolah. Setelah menaruh barang dan sedikit basa-basi saya pamit untuk pulang. Alhamdulillah tugas saya selesai. Sukses.

Hari ini, tepat lima hari setelah belanja. Istri mulai bongkar-bongkar barang belanjaan. Nah masalahpun datang……..

“Ini kok masih ada roti satu dus?” Tanya istri.

Saya : “Hah, rotinya sapa?”

Istri : “Ini pasti ketukar dengan yang punya sekolahan”.

Gerak cepat saya WA ke bu Ita apa jangan-jangan ketukar dengan yang di sekolahan.

“Komplit kok pak sepuluh jumlahnya gak ada yang ketukar”. Balasan WA bu Ita.

Waduh duh, terus punya siapa ini?. Masa salah ngambil barang kemarin pas dikasir?.

Saya ke istri : “Coba dicek lagi, sapa tau barangnya ketukar dengan pembeli lain.”

Dan akhirnya setelah berkali-kali dicek, dicocokkan dengan nota pembelian, barang kami komplit tanpa ada yang ketinggalan. Berarti ini fix saya kelebihan ambil barang waktu bayar di kasir. Saat itu juga bersama istri langsung balik lagi ke toko buat mengembalikan satu dus roti itu.

Kami ceritakan kejadian ini di kasir, siapa tahu ada pelanggan lain yang kehilangan barangnya. Tapi setelah dicek ternyata tidak ada komplain dari pelanggan lain. Entahlah, roti punya siapa itu jadinya. Yang penting kewajiban kami mengembalikan barang yang bukan menjadi hak kami saja.. Ya namanya manusia ditambah efek puasa jadi kurang konsentrasi. Hehe. Maaf kalau ada yang dirugikan karena keteledoran kami. Sebagai bahan intropeksi diri kami, semoga tidak kembali terjadi. Amin.

Kendal, 19 Mei 2020