awalul fajri

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

ARAB BAIDAH DAN BAQIYAH

ARAB BAIDAH DAN BAQIYAH

Arab al-Baidah yang meliputi lahjah Lihyaniyah, Tsamudiyah, dan Syafwiyah. Arab Baidah disebut juga dengan arab prasasti. Arab prasasti ini tidak diketahui lagi kecuali tersebut dalam kitab-kitab suci. Bahasa Arab prasasti yang dialek-dialeknya dipakai oleh kabilah-kabilah yang telah punah sebelum Islam.

Dialek-dialek Arab Baidah yang terpenting ada tiga yaitu

1) Dialek Tsamud adalah dialek yang dinisbatkan pada kabilah-kabilah Tsamud yang telah disebutkan dalam al-Qur’an. Sejarah sebagian besar prasasti yang ditulis dengan dialek ini kembali pada abad VI SM sampai IV M. Kalkulasi prasati ini mencapai + 2000 buah, yang paling banyak didapatkan di Hijaz, Nedj, Shafa (timur Damaskus) dan Jazirah Sinai, yang ditulis dengan khat Musnad yang bagus dan elegan yang ditulis dari atas ke bawah, dan tidak ditetapkan hanya pada satu masa.

2) Dialek Shafa adalah dialek yang dinisbatkan pada daerah Shafa (sebelah tenggara Damaskus), prasasti-prasastinya terdapat di daerah-daerah yang berbeda yaitu pada tanah vulkanik yang terdapat antara bukit Shafa dan Gunung Daruz. Jumlah prasasti-prasastinya hingga saat ini mencapai + 2000 buah yang ditulis antara abad III dan VI M. Seorang orientalis Jerman Enno Litmann telah menganlisa sebagian besar rumus-rumusnya dan menemukan huruf-huruf abjadnya, serta memperhatikan bahwa tulisannya dekat dengan tulisan Tsamud, dan dimungkinkan diambil darinya, tetapi terdapat banyak perubahan dan perbedaan. Terkadang dibaca dari kiri ke kanan, dan terkadang dari kanan ke kiri. Kemiripan antara tulisan Tsamud dan Shafa membuat sebagian ahli mentapkan khat kuno yang memperlihatkan pengaruh kedua jenis tulisan itu yang disebut dengan Khat Tsamud-Shafa.

3) Dialek Lihyan adalah dialek yang dinisbatkan pada kabilah-kabilah Lihyan yang tinggal di daerah al-‘Ula (sebelah utara Hijaz). Terdapat dalam banyak prasasti, penyebutan nama-nama para raja Lihyan. Kemungkinan sejarah prasasti-prasasti ini dari pertengahan kedua Millenium I SM, dari oase-oase Didan, al-‘Ula modern, 300 km sebelah tenggara Madinah. Sejarah prasasti-prasasti ini adalah pada masa antara tahun 400 dan 200 SM. Tulisan yang digunakan juga diambil dari tipe tulisan Arab Selatan, Musnad, tetapi lebih bagus, halus, sistemnya lebih kuat dan indah dibandingkan dengan khat Tsamud dan Shafa. Khat ini ditulis melintang dari kanan ke kiri.

Arab Baqiyah dalam kitab Taarikh al-Adab al-Arabi, dibagi atas 2 kelompok besar yaitu al-Qathaniyun dan al-Adnaniyun. Adapun al-Qathaniyun disebut juga arab Aribah, dan al-Adnaniyun disebut arab al-Mustaqribah.

1) Arab al-Aribah

Arab Al-‘Aribah adalah bangsa Arab asli kedua yang berbahasa Arab setelah Arab Al-Baidah yang punah dari muka bumi. Menurut sejarawan mereka bias berbahasa Arab dari Arab Al-Baidah. Arab Al-‘Aribah pada dasarnya adalah keturunan dari Qahthan ibn’Abir ibn Salikh ibn Sam ibn Nuh as. Tapi, sebagian orang ada yang menjadikan Qahthan ini sebagai keturunan Ismail as. Dan sejarawan tidak membenarkan hal itu. Hanya saja sejarawan memaklumi bahwa itu terjadi karena ingin dianggap bahwa di antara bangsa Qahthan ada yang menjadi nabi.

Di antara keturunan Qahthan ini yang masyhur adalah Ya’rub, Hadhramaut, ‘Amman, dan Jurhum Ats-Tsaniyah

2) Arab al-Musta’rabah

Bangsa Arab Al-Musta’rabah adalah keturunan Ismail as. Atau sering disebut sebagai ‘Adnaniyah. Mereka adalah bangsa dari keturunan ‘Adnan, Nazar, dan Ma’add. Disebut dengan Al-Musta’rabah karena mereka berafiliasi dengan Arab Al-‘Aribah dengan cara pernikahan. Mengenai nasab Arab Al-Musta’rabah ini, sejarawan berbeda pendapat satu sama lain. Bahkan, perbedaan mereka sangat tajam dan banyak. Hingga dalam menyebut nama orang saja, sejarawan berbeda antara satu dengan yang lain. Menariknya, perbedaan semacam ini tidak ada di nasab Qahthaniah. Tapi, sejarawan Arab generasi belakang memaklumi hal tersebut. Mengingat Arab Al-Musta’ini awalnya berbahasa Ibrani, sedangkan Arab Al’-Aribah memang dari awal adalah nenek moyang bangsa Arab yang asli – sehingga perbedaan bahasa dalam menyebut nama adalah hal yang lumrah. Meskipun begitu, tetap ada penyebutan nama yang benar.

My Home, 25 februari 2020

#tantanganmenulis

#tantangangurusianaharike9

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap pak dosen ilmunya, good lu k

26 Feb
Balas



search

New Post