Ibu adalah Sekolah bagi Anak-anak
Kalau kita perhatikan seorang ibu (wanita) adalah sekolah bagi anak-anak. Bagaimana tidak?
Coba kita perhatikan dengan seksama. Guru TK, Guru Kelas I, Kelas II, bahkan kelas III, masih di dominasi oleh Ibu-ibu sampai guru ngaji di TKA, TPA. Nah dari hal itu ternyata Ibu bagaikan sekolah bagi anak-anak.
Sekarang kita alihkan ke rumah, sebagian besar anak-anak diperhatikan akademisnya oleh kaum Ibu. Seoarang ibu mulai membangunkan anaknya, kemudian mengajarkan bagaimana cara madi, bagaimana cara berpakaian, bagaimana cara makan sampai menyiapkan buku yang harus di bawanya. Begitu pulang sekolah seorang ibu langsung menyambut anakya dengan pertanyaan ringan “Tadi belajar apa?”, “Bisa tidak ulangannya?”, “Ada PR tidak?” dan pertanyaan lainnya yang berkaitan dengan pembelajara di sekolah.
Begitu sore atau malam hari seorang Ibu memeriksa buku pelajaran sang anak, barangkali ada PR yang belum dikerjakan atau memeriksa PR yang sudah dikerjakan. Atau bahkan mengajari sang Anak untuk pelajaran besok.
Dari kegiatan di atas terlihat bahwa seorang Ibu mendominasi proses pedidikan anaknya. Maka seorang ibu merupakan sekolah bagi anak-anakya. Ketika sang anak sudah besar, sudah dewasa, sudah waktunya memilih pasangan maka akan mencarinya seperti ibunya (memang tidak semua).
Contoh kalau laki-laki maka akan mencari wanita yang memiliki karakter mendekati karakter/sifat ibunya. Kalau wanita akan melihat calon ibu mertua seperti ibunya. Mengapa demikian? Karena sang anak sudah dipola didikan oleh seorang Ibu, mulai dari lahir sampai sekolah, atau rentang waktu mulai dari 0 tahun sampai 9 tahun. Maka didikan itu yang sangat terasa dan berarti baginya.
Ini terjadi kapada “si cikal”, ketika saya tanya, kometari, arahkan pada pelajarannya maka “si cikal” dengan mudahnya mengatakan/berargumen “Kata Ibu Guru juga……” atau “Kata Bu Ustaz juga…..” dan sejnata pamungkasnya “Kata Ibu juga….”. Akhirnya saya mengalah.
Nah itulah saya berkesimpulan bahwa seorang Ibu (baik di rumah atau di sekolah) akan menjadi sekolah bagi anaknya. Hal ini khusus bagi anak yang berusia 0-9 tahun.
Saya jadi ingat pada istriku yang selalu telaten mengurus kedua anakku, dan teringat juga pada Ibuku yang telah berkorban dengan saya sampai hari ini. Terima kasih kepada Yang Mahapengasih yang telah memberikan wanita (Ibuku) yang mempunyai kasih sayang yang begitu besar dan telah memberikan wanita (istriku) yang telaten mengurus anak-anakku.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar