
Menyambut Impian di OGN
Bagi saya menjadi salah satu peserta Olimpiade Guru Nasional tahun 2016 bukanlah sebuah mimpi di siang bolong. Memang tidak pernah sebelumnya terbayangkan dalam benak saya bahwa suatu saat akan bertemu dengan guru – guru hebat dari seluruh penjuru Nusantara. Menjadi sebuah bagian dari kompetisi guru tingkat Nasional yang saling berpacu meraih prestasi tertinggi sebagai peraih medali. Saya tidak pernah mengangankan itu, tapi kenyataanya itu sudah terjadi. Dan saya sekarang sudah menjadi salah satu alumni finalis Olimpiade Guru Nasional Bidang IPA SMP tahun 2016.
Diantara guru IPA yang mengajar di SMP Negeri 8 Kota Cirebon, saya adalah guru termuda. Seperti biasa para senior saya sepakat untuk memandatkan tugas untuk mengikuti ajang seleksi Olimpiade Guru Nasional tingkat Kota Cirebon kepada saya. Yang muda masih penuh semangat dan daya saingnya masih tinggi, begitu katanya. Saya pun menerima itu, toh sebenarnya semangat itu bisa muncul dari siapa saja.
Seleksi tingkat kota dilaksanakan di Aula Dinas Pendidikan Kota Cirebon, serentak diikuti oleh seluruh peserta dari Mata Pelajaran yang lombakan. Soal – soal yang kami hadapi adalah mirip seperti soal Ujian Nasional tingkat SMA sederajat. Alhamdulillah untuk tiap butir soal Fisika saya mampu mengerjakannya. Kesulitan yang saya hadapi adalah butir soal Biologi dan Kimia. Tapi mungkin keberuntungan saat itu sedang berpihak pada saya, porsi soal yang diberikan lebih banyak materi Fisika hampir 75% sedang kan selebihnya adalah Biologi dan Kimia. Tugas mengikuti seleksi Olimpiade Guru Nasional Tingkat Kota Cirebon telah dilaksanakan. Dan beberapa minggu setelahnya saya terpilih untuk mengikuti seleksi ke tingkat Provinsi Jawa Barat sebagai perwakilan Guru IPA SMP dari Kota Cirebon.
Kenyataan yang tidak pernah saya impikan sebelumnya, saya menjadi utusan Kota Cirebon di ajang seleksi Olimpiade Guru Nasional tahun 2016 Tingkat Provinsi Jawa Barat. Saat registrasi saya banyak bertemu dengan kawan lama. Kawan seperjuangan ketika mengikuti Pelatihan Pemandu MGMP, kawan seperjuangan ketika masih sama – sama kuliah di Kota Gudeg. Dari mereka saya mendapatkan informasi bahwa guru – guru yang mengikuti seleksi pada saat itu, beberapa diantaranya adalah Instruktur Nasional Guru Pembelajar, ada juga guru pembuat soal ujian nasional, peserta guru berprestasi dan sebagainya. Rupanya persaingan sekarang sudah semakin ketat. Bukan lagi hanya korban pelimpahan tugas oleh senior. Mereka para pesaing saya adalah orang – orang terpilih dari masing – masing Kota dan Kabupatennya.
Bentuk seleksi yang dilaksanakan masih berupa tes tertulis, berupa pilihan ganda dan uraian. Bedanya tingkat kesulitan yang diberikan makin meningkat. Butir soal yang kami hadapi sebagian besar adalah soal – soal HOTS. Bagi yang tidak terbiasa mungkin akan kesulitan menjawabnya, begitupun dengan saya. Sebab dalam tiap butir soal, permasalahan yang disuguhkan adalah lintas materi Fisika, Kimia dan Biologi. Karena memang saya mengajar mata pelajaran IPA Terpadu. Berbekal pengalaman sharing lintas materi yang sering saya lakukan di luar kegiatan mengajar saya di sekolah. Saya berhasil menjawab semua soal yang diberikan, meskipun waktu yang disediakan menurut kami masih terlampau sedikit. Dan dengan ijin Allah, saya lolos seleksi ke tingkat Nasional. Saya satu – satunya peserta bidang Guru IPA SMP yang mewakili Provinsi Jawa Barat. Saya menyatakan demikian karena dari bidang Guru Bahasa Inggris dan Guru Bahasa Indonesia, Provinsi Jawa Barat mengirimkan lebih dari satu peserta yang lolos seleksi.
Bertiga kami, Iis Nuraeni, M.Pd.(Bahasa Indonesia), Noor Aeni, M.Pd. (Bahasa Inggris) dan saya, berangkat dari Kota Cirebon sebagai kontingen OGN tahun 2016 dari Provinsi Jawa Barat, menuju Hotel Grand Whiz Jakarta tempat penyelenggaran kompetisi Olimpiade Guru Nasional tahun 2016 Tingkat Pendidikan Dasar. Dari Kota Udang kami bersama – sama menuju Ibu Kota menjemput impian kami untuk menjadi yang terbaik di ajang kompetisi bertaraf Nasional tersebut. Saya dan teman – teman akan mengeluarkan segenap kemampuan untuk dapat meraih peringkat tertinggi.
Hari pertama final kami dihadapkan dengan serangkaian tes. Mulai dari pagi hari kami menghadapi tes tertulis, dilanjutkan dengan tes praktikum yang dibagi menjadi dua sesi yakni praktikum Fisika dan praktikum Biologi pada siang harinya. Bagi saya, sudah mencapai tahap ini sudah merupakan suatu anugrah yang tidak terkira nilainya. Oleh karenanya sesulit apapun tes yang saya hadapi, saya menjalaninya dengan enjoy aja.
Sesi pertama praktikum, saya hadapi dengan lancar karena ini merupakan sesi praktikum Fisika. Alhamdulillah saya merasa tidak mengalami kendala, walaupun sebenarnya ada beberapa bagian di rangkaian listrik yang dibuat tidak terpasang pada tempat yang benar. Meskipun demikian rangkaian tetap bisa bekerja.
Yang benar – benar sangat mengejutkan adalah ketika menghadapi sesi praktikum Biologi. Memasuki ruangan, yang pertama kali menarik perhatian adalah mikroskop yang ada di meja praktikum. Tidak dapat medali pun tidak apalah, asal mikroskop ini bisa saya bawa pulang ke Cirebon, batin saya kembali bergerilya. Begitu duduk menghadap meja praktikum kembali saya terkejut, saya hanya bisa melongo menatap lembar kerjanya. Ada sesuatu di dalam tabung, dan saya harus menentukan nama masing – masing organisme tersebut dengan mengidentifikasi ciri – cirinya menggunakan kunci dikotomi. Bertemu dengan organisme ini saja baru sekarang, bagaimana saya tahu namanya. Ganggang oh ganggang, mengapa kalian yang muncul sekarang dihadapanku? Selesai tes tertulis dan tes praktikum, malam harinya kami dikumpulkan untuk membicarakan tugas yang harus diselesaikan malam itu juga, untuk kami presentasikan besok di sesi presentasi.
Peserta yang tampil untuk presentasi tidak di undi di awal sesi. Melainkan diambil undian secara acak oleh peserta sebelumnya, sehingga kami seluruh peserta harus siap kapan saja. Saya mendapatkan giliran tampil setelah istirahat makan siang. Materi yang saya bawakan adalah menggunakan praktikum rangkaian seri parallel untuk membandingkan nilai hambatan beberapa jenis bahan penghantar listrik. Tidak ada perdebatan sengit pada saat tanya jawab ketika saya tampil. Mungkin karena sebagian peserta sudah mulai lelah dan berkurang konsentrasinya, atau mungkin dewan juri pun mulai jenuh dengan materi yang ditampilkan. Karena memang banyak peserta yang membawakan materi yang hampir sama, padahal tidak ada pembicaraan sebelumnya. Atau mungkin juaranya sudah mereka temukan?
Hari ketiga di ajang Olimpiade Guru Nasional adalah jalan – jalan ke Dunia Fantasi. Ya Allah, puji syukur atas kemurahan-Mu, dari sejak kecil ingin sekali rekreasi ke Dufan tapi tidak pernah terwujud. Sekarang, tidak disangka sebelumnya saya bisa masuk kesini dengan gratis dan bebas akses ke semua arena permainan yang ada di Dunia Fantasi. Dan momen ini menjadi ajang reuni kecil bagi kami alumni UNY fakultas MIPA, yaitu Yaroh Mustain, S.Si yang juga finalis sekaligus saingan saya di bidang Guru IPA SMP, juga ada Almarhum Heri Mulyanta, S.Pd.Si (meninggal beberapa bulan setelah ajang OGN 2016) sebagai finalis OGN bidang Guru SD, serta Ahmad Nurhabibi, S.Si (salah seorang teman yang merantau dari Kebumen Jawa Tengah demi mengais rejeki di Ibu Kota).
Kenangan dengan almarhum Heri Mulyanta, S.Pd. Si. adalah ketika almarhum bercerita mengenai impiannya untuk membuka bimbingan belajar untuk anak – anak sekolah di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. “ Sepulangnya dari sini (OGN) saya akan memajang piagam finalis OGN ini di rumah saya, akan saya beri bingkai yang bagus dan berharap semua orang yang berkunjung akan dapat melihatnya. Dengan demikian para orang tua tidak akan ragu terhadap kemampuan saya”, begitu ujar almarhum sambil bergurau kepada kami. Almarhum juga banyak bertanya pada saya bagaimana cara mengelola bimbingan belajar tersebut dengan baik. Karena sepanjang karir saya mengajar, selain di sekolah saya juga menjadi tutor di salah satu bimbingan belajar di Kota Cirebon. Kami pun saling bertukar nomor ponsel, berharap sharing yang sudah diawali sekarang akan berlanjut di kemudian hari. Namun apa hendak dikata, takdir berkata lain. Beberapa bulan setelah pelaksanaan final OGN, pada bulan Januari 2017 almarhum yang sebelumnya memang sudah menderita kanker hati, harus terlebih dahulu dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Semoga almarhum khusnul khotimah, diampuni segala dosa – dosanya dan keluarga yang ditinggalkan dapat dilimpahkan keikhlasan dan kesabaran. Aamiin.
Malam pun telah tiba, momen dimana para Juara peraih medali Olimpiade Guru Nasional tahun 2016 diumumkan. Meskipun nama saya tidak disebutkan malam ini, tapi saya bangga telah menjadi bagian dari sejarah. Sebagai seorang finalis Olimpiade Guru Nasional tahun 2016. Saya tidak pernah bermimpi untuk bisa seperti ini, namun saya tidak akan pernah berhenti bermimpi untuk melakukan segala yang terbaik yang saya bisa.

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Wow... keren... pak Eka
Subhanallah pengalaman yang tidak bisa dilupakan pak Eka. Salam kenal.
Mantap Pak
salam kenal juga pak yudha
salam kenal juga pak yudha