Ayo Sugiryo

Guru di SMA Nasional 3 Bahasa Putera Harapan Purwokerto. Sedang belajar menulis dan Buku Perdana yang sudah diterbitkan: "From Home With Love" Tahun 2016, Buku ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Dan Pak Guru Itu Adalah Aku (#34_Perempuan Optimis )

Seorang pesimis adalah dia yang membuat kesulitan dalam kesempatan dan seorang optimis adalah dia yang membuat kesempatan dalam kesulitan.(Harry Truman)

Seperti yang pernah aku ceritakan sebelumya bahwa dia adalah sesosok wanita optimis yang pernah kukenal. Hingga menjadi pendamping hidupku saat ini, dia tetap menunjukan optimismenya dalam hal apa saja. Dan ini adalah hal luar biasa yang seharusnya tidak dia alami. Menjadi TKW tentu bukan cita-citanya. Wanita multi talent ini mestinya tidak pada posisi ini. Tetapi kehidupan telah membawanya ke jurang ini. Akan tetapi kami tetap punya harapan bahwa tidak selamanya jurang itu sebagai tempat penderitaan tapi tempat perubahan. Kami ingin berubah.

Bayangan menjadi TKW terlalu mengerikan untuk didengar. Banyak pengalaman dan cerita miris menghantui kita. Namun dia tetap melangkah dengan seribu senyum demi harapan perubahan itu.

Jakarta sebagai kota Ibukota Indonesia merupakan sebagai tempat awal untuk melabuhkan harapan. Karena semua proses pemberangkatan berawal dari sana. Kami memilih sebuah PT yang cukup ternama dan terpercaya untuk proses penyaluran okke luar negeri. Setidaknya kami harus yakin bahwa jasa penyalur tenaga kerja ini tidak main-main dalam berkiprah di bidang ketenaga kerjaan. Karena kami menjual tenaga kerja yang berbentuk manusia maka mereka para penyalur tenaga kerja harus baik, memanusiakan, dan punya legalitas.

Masa orientasi dan pembekalan dimulai di sebuah gedung yang menampung ratusan para Calon Tenaga kerja wanita yang rata rata sudah berkeluarga ini. Mereka bukan melupakan tanggungjawab sebagai ibu dan istri, tapi mereka lah para pejuang pembantu suami yang ikhlas demi menyelamatkan keluarga. Bagaimana tidak, masa satu bulan, dua bulan, tiga bulan, bahkan ada yang sampai 6 bulan dalam masa penantian yang tak menentu. Semua bergantung nasib masing-masing.

Sempat terpikir untuk mengurungkan proses Pendidikan di penampungan. Berita mengenai lamanya masa pendidikan di Jakarta membuat kami ciut nyali. Rasanya sia-sia saja. Buang banyak waktu. Bayangkan kalau 6 bulan habis untuk menunggu pemberangkatan dan terkatung-katung tanpa ada kejelasan nasib. Keluarga di rumah kian berdebar menunggu kapan pemberangkatan. Kapan masa penyiksaan ini berakhir dan berganti kebahagiaan.

Tapi keoptimisan istriku berujung kemujuran. Keberuntungan pun tiba di kala hati mulai lelah. Penantian selama 3 bulan di tempat penampungan pun berakhir. Penderitaan tahap awal sudah bisa terlewati. Betapa tidak, masa-masa perjuangan di penpungan tidaklah mudah. Pembelajaran bahasa dan praktek kerja di tempa setiap hari di tempat itu. Makan dengan menu seadanya menuntut kesabaran. Berteman dengan para Ibu2 dari berbagai daerah dengan kultur budaya yang beragam membuat banyak pembelajaran. Berkumpul dengan mereka yang rata-rata lulusan sekolah dasar membuat karakter istriku menjadi semakin dewasa.

Hari pengumuman pun tiba. Nama istriku masuk dalam daftar nama Calon pekerja yang sudah dipilih oleh Calon majikan. Artinya segera proses pemberangkatan ke negri kepulauan kecil di dekat samudera Pasifik, Taiwan akan terealisir. Kami yang di rumah gemetar mendengar kabar ini.

“Yah, aku sudah dapat job, Yah. Alhamdulillaah. Kurang lebih 3 Hari lagi aku terbang. Inshallah.” Begitu suara istriku di telepon. Aku tak mampu berkata-kata. Apakah in kabar baik atau buruk. Dimulai tiga hari kedepan, aku butuh waktu 24 bulan lagi untuk bisa bertemu istriku. Waktu yang tidak sebentar.

“ Ya, Hon. Semoga proses lancar. Ayah hanya bisa menemani doa. Semoga semua ini akan menjadi awal yang baik.” Aku tak bisa ngomong lagi.

Istriku menangis di telepon. Aku tak tahu persis apakah dia bahagia atau bersedih. Pasti lah bersedih. Waktu 2 tahun adalah waktu yang sangat lama. Meninggalkan aku dan si kecil Refo merupakan perjuangan luar biasa dari seorang ibu yang seharusnya menjadi tumpahan kasih sayang ànak pertamanya yang sangat menggemaskan.

Tapi tekad itu sudah bulat. Walaupun perasaan tak akan bisa dibohongi. Apalagi perasaan seorang wanita.

“Yah, titip Refo, ya Yah. Maafkan Ibu harus seperti ini. Mudah-mudahan semua akan baik-baik saja. Ibu yakin nasib kita akan berubah. Ayah harus optimis di rumah. Pasti akan ada sesuatu yang bisa ayah lakukan juga. Pasti akan ada masanya.”

Istriku bagai obor pengobar semangat. Dia pandai motivasi dirinya juga orang lain termasuk aku. Aku pun harus yakin bahwa pintu Masa depan yang memberikan cahaya terang akan terkuak.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tetap semangat mas Ayo.... Bisa ikut ke luar negeri Chen Tao hehe

18 Oct
Balas

Haha..Rejeki tak ke mana ya Pak. Alhamdulillah bisa merasakan naik pesawat. Hehe

18 Oct

Wah sudah bisa menjadi sebuah buku ini pak Ayo, atau memang itu isi buku Bapak?

18 Oct
Balas

Belum Pak. Mudah-mudahan bisa jadi Buku Pak.

18 Oct

Alhamdullilah sudah ada sedikit cahaya masuk di kehidupan Suryo. Semoga cahaya itu semakin terang benderang.

18 Oct
Balas

Mudah-mudahan ibu. Ikuti saja lanjutannya.

18 Oct

Oh...saya kira yang berangkat ke luar negeri adalah Suryo..ternyata istrinya ya....gagal fokus nih...

18 Oct
Balas

Hehe..galfok ya Bu. Awalnya memang Suryo yang mau ke Luar Negeri tapi gagal.

18 Oct



search

New Post