Ayo Sugiryo

Guru di SMA Nasional 3 Bahasa Putera Harapan Purwokerto. Sedang belajar menulis dan Buku Perdana yang sudah diterbitkan: "From Home With Love" Tahun 2016, Buku ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Dan Pak Guru Itu Adalah Aku (#35_ Negeri Meteor Garden)

Langit pagi ini cerah berwarna perak. Burung raksasa itu mengangkasa meninggalkan gemuruh dan decit menembus gumpalan awan putih. Badannya yang besar panjang bersayap kokoh terus meninggi dan semakin tinggi hingga nampak satu butiran titik berwarna putih dan akhirnya menghilang dari pandangan mata . Meninggalkan Jakarta dan segala hiruk pikuknya. Meninggalkan kisah-kisah sedih para karyawan perusahaan yang terkena PHK. Meninggalkan puing-puing bekas kerusuhan dan tentunya melanjutkan kisah keluarga kecilku yang entah bagaimana endingnya.

Berbagai rasa telah tercipta saat dia berada pertama kali di atas burung raksasa yang memuat ratusan orang di dalamnya itu. Mungkin mereka sudah terbiasa berada di dalam badan pesawat hingga tak nampak ada kecemasan. Begitu pun dia, seolah tak ada phobia, tak ada takut, bahkan dia terus tersenyum sepanjang perjalanan, sesekali mengingat wajah suami dan anak di rumah. Yang ada hanya semangat dan bangga mesti hanya seorang TKW. Setidaknya dia berada di dalam pesawat yang sama dengan mereka yang mungkin saja para pejabat, bisnismen, pelancong, artis, dan siapa tahu juga koruptor yang coba kabur ke luar negri. Setidaknya dia juga sempat berbicara dalam bahasa Inggris di atas pesawat , berbicara dengan pramugari dan dengan beberapa penumpang yang sedang bingung mencari tempat duduk. Mereka tampak takjub bertemu orang sefasih dia dan dia pun berkata dalam hatinya 'Aku kan hanya seorang TKW'.

Tak terasa pesawat pun landing dengan mulus. Mereka tiba, jalan terus, bergerombol di Bandara, sesuai arahan agen di tanah air sebelum berangkat. Lurus, ke kiri, lurus, ke kiri, lurus ke kiri, sampailah di gerbang. Langsung naik mobil , lalu di drop di masing masing Agent.

Perjalanan dari bandara lumayan jauh, sampai harus menginap di sebuah night club yang sudah tutup hanya untuk menunggu matahari terbit. Lalu mereka digiring untuk check medikal yg terakhir sebelum sampai di rumah majikan masing-masing.

Dewi fortuna masih berpihak padanya. Baru saja sampai di tempat, mereka langsung mendapat pengecekan kesehatan. Pengecekan cukup sederhana namun berakibat fatal bagi yang tidak memenuhi kriteria. Akibatnya dipulangakn ke tanah air hanya karena te i en je a nya terdapat cacing. Sungguh hal sepele namun begitulah orang Taiwan begitu takut sama cacing. Mungkin cacing Indonesia begitu berbahaya. Ada pula yang dipulangkan karena ambeyen. Istriku, lolos dan bisa melenggangkan kakinya di negri Meteor Garden itu.

Selalu saja ada hal-hal yang dia rasakan aneh di sana. Saat bersama Agent yang mengantar langsung menuju rumah majikan, sepanjang jalan dia ngobrol dengan bahasa Inggris. Saat itu dia belum bisa bahasa Mandarin. Bisa pun nadanya masih berantakan. Di situlah dia disuruh berbohong. Agar jangan pernah bilang ke majikan bahwa dia seorang pengajar bahasa Inggris atau anak kuliahan.

Sampai di rumah majikan, dia disuruh mandi, bersih-bersih, lalu dia diberi nasi kotak, suruh makan. Saat itu mulutnya terkunci, air mata keluar tak terbendung. Memasukan satu sendok berisi nasi dengan lauk komplit, seharusnya enak karena lapar. Tapi entah kenapa, suami dan anak serasa ada di depannya.

Tak ragu, dia bertanya pada Majikannya.

“Sir, how much money I should give you to get the ticket?” Istriku bertanya tentang harga tiket pesawat dengan bahasa Inggris.

Mereka tidak menjawab. Mungkin bingung. Bukan bingung karena tidak bisa bahasa Inggris, tapi apa maksud pertanyaan tidak jelas ini 'Orang ini lagi minta pulang atau mau hutang duit buat beli tiket?' Mungkin itu yang ada dipikran Majikannya. Pertanyaan yang sungguh lugu dan jujur. Dia ingin pulang.

Malam itu juga mereka ajak dia naik mobil untuk dikenalkan pada keluarga nya, melewati jalan yang kebetulan ada kumpulan jompo sedang olah raga malam di luar rumah. Dan istriku seperti mendengar suatu keanehan di sana. Setelah didengarkan secara seksama ternyata musiknya adalah SKJ Indonesia. ‘Apakah ini cuma mimpi?' Pikirnya.

Saat itu lah dia berpikir, ngapain mau pulang? Bagaimana dengan hutang-hutangnya? Lagian tuh mereka Indonesia banget.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Pasti sangat menyesakkan dada setiap teringat suami dan anak di rumah. Semangat mba Dian, kutunggu kisahmu di negeri Meteor Garden.

20 Oct
Balas

Siap Bu. Masih berlanjut.

20 Oct

Uffsss...,selalu ada yang menarik dari cerita dhe Dian dan mas Suryo. Aku yakin Happy ending. Kita tunggu kisah berikutnya. Lanjuuutttt. Salam sehat dan sukses selalu, pak guru. Barakallah.

20 Oct
Balas

Mudah-mudahan happy ending Bunda. Terimakasih.

20 Oct

Perjuangan hidup, ditunggu lanjutanya dan barakallah

20 Oct
Balas

Amiin. Insyaallah Lanjut Bu.

20 Oct

SKJ masuk Taiwan?....Kereen...Lalu apa yang terjadi dengan Mba Dian..kutunggu cerita Suryo....

20 Oct
Balas

Iya Bu. Aneh juga ya..Tunggu ceritanya juga ya Bu. Ditunggu juga novelnya ya, mudah-mudahan menjelang akhir tahun sudah terbit.

20 Oct

Moga truss produktif, pak

20 Oct
Balas

Amiin. Terimakasih Pak.

20 Oct



search

New Post