Ketika Tak Ada Lagi 'Kumpul Bocah'
Bagi saya, anak-anak adalah makhluk unik yang pernah ada dalam kehidupan ini. Saat kami masih pasangan muda dan belum memiliki anak, kehadiran seorang bayi mungil sangat dinantikan sebagai pelengkap ikatan pernikahan dan juga harapan kami sebagai penerus kehidupan keluarga. Maka kehadiran seorang anak sungguh sangat dinantikan.
Begitu si anak lahir, kebahagiaan sebuah keluarga lengkaplah sudah. Apa pun akan diusahakan demi memenuhi kebutuhan anak. Orang tua rela membanting tulang demi untuk membesarkan si kecil hingga menjadi manusia dewasa dan berguna.
Banyak peristiwa yang terjadi pada setiap masa pertumbuhan anak. Waktu kami terasa banyak tersita. Energi dan pikiran terkuras dengan cepat. Namun, kehadirannya, sungguh sangat mewarnai keluarga kami. Jika mungkin, anak tidak boleh kelaparan, tidak boleh sakit, tidak boleh bodoh, tidak boleh menderita, tidak boleh dihina, dan tidak boleh tidak boleh yang lain.
Ketika anak sudah mulai berpolah, orang tua sering kewalahan. Rumah menjadi berantakan, anak lebih suka bermain, dan mulai banyak permintaan. Anak maunya yang praktis dan enak. Anak lebih suka ngambek jika dinasihati. Anak suka berisik dan masih banyak lagi yang membuat orang tua gemas. Kemarahan orang tua pun sering tak terhindarkan hingga terkadang keluarlah kata-kata yang tidak pantas untuk anak.
Tetapi begitulah anak-anak. Mereka bagaikan goresan cat air yang mewarnai kanvas putih sebuah keluarga. Ketika melihat goresan warna cat air dari dekat, maka gambar seperti tanpa bentuk yang jelas, tetapi ketika dilihat dari kejauhan, maka keindahan lukisan cat air akan lebih memiliki seni keindahan tersendiri. Ketika anak-anak berada di rumah dengan berbagai perilaku dan problematikanya, serasa beban orang tua begitu berat namun begitu mereka sudah satu persatu menjauh maka terasa betapa indahnya sewaktu masih berkumpul bersama anak-anak.
Sepertinya saya masih punya waktu untuk memperbaiki. Biarlah rumah berantakan, Biarlah mereka berisik, biarlah mereka mengeluh, biarlah mereka mengadu, biarlah mereka bermanja. Saya hanya membayangkan, sepasang kakek nenek renta yang hidup berselimut sepi di masa tua mereka.
*****************
Cleaning your house while your kids are still growing is like shoveling the sidewalk before it stops snowing_Phyllis Diller
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren menewen ulasannya Mas senior. Sukses selalu
Terimakasih Pak Supportnya.
Tulisan yang menyentuh Pak.
Terimakasih sudah berkunjung Ibu
Sangat mengispirasi pak
Alhamdulillah. Mudah2an bermanfaat.
Btl p gr. Bahkan wkt anak2 kuliah semua sj, rmh jd terasa sepiii bgt
Iya Bu. Sudah menjadi siklus kehidupan. Terimakasih sudah berkunjung Ibu.
Masooook, Pak. Semua demi anak-anak. Salam bahagia.
Hehe.. iya Bu, betul.
Memiliki keluarga yang utuh itu sangat menarik dan menyenangkan. Nikmati selagi masih ada
Betul, nikmati kebersamaan selagi masih bisa. Terimakasih Bu sudah berkunjung.
Luar biasa. Bisa menjadi buku
Amin. Semoga bisa konsisten menulis.
Istimewa, terhanyut dalam narasi, salam sukses pak
Terimakasih Pak Jumari. Sukses juga buat Bapak.
Sama2 support pak