Lubang Kuping
Sore itu terlihat 3 orang pemuda sedang duduk santai di beranda rumah milik salah seorang dari mereka. Mereka duduk berselonjor sambil asyik menikmati ubi goreng rasa keju. Walau sebenarnya rasa asinya bukan hasil dari sensasi keju itu sendiri. Ubi yang dikukus lalu direndam beberapa menit dan ditambahi dengan bumbu rempah plus sedikit kaldu bubuk merk terkenal kemudian digoreng dan jadilah singkong goreng rasa keju. Selain singkong keju, di hadapan mereka tersaji pula teh hangat dalam teko blurik berbahan enamel lengkap dengan 3 cangkir mungil yang memiliki motif serupa. Tiga pemuda itu adalah Mukidi, Poniman, dan Bambang.
Mereka terlihat sedang asyik berbincang dan bercerita ke sana ke mari. Mulai dari obrolan tentang hobi yang kebetulan ketiganya mempunyai hobi yang sama yaitu memancing dan sepak bola, tentang cewe idaman yang bisa dijadikan pendamping hidup, dan pekerjaan yang masing-masing sedang digelutinya sekarang.
Di tengah perbincangan, salah satu dari mereka, Si Poniman, menangkap sesuatu yang janggal dari Mukidi langsung menyeletuk. "sory Bro, mau ngasih tahu sja di telingamu ada kotorannya" kata Poniman tanpa segan sedikitpun.
"Iya ta coy?" sahut Mukidi terkejut.
"Iya," Jawab Poniman yang kemudian beranjak masuk ke rumahnya dan tidak lama keluar dengan membawa katembat serta kaca. "Ini, kamu periksa sendiri." Poniman memberikan dua benda itu kepada Mukidi.
Mukidi pun mulai membersihkan telinganya itu. Tiba-tiba Bambang yang sedari tadi cuek dengan kedua temannya karena asyik menikmati kudapan singkong keju ikut menyeletuk. "Eh Di, sampeyan bisanya lihat kotoran di lubang telinga orang lain sementara kupingmu aja masih kotor gitu." Mukidi yang mendengar itu spontan meraih cermin yang masih dipakai oleh Ponikman. Tiba-tiba dia tersadar kalau sudah dua minggu ini ia absen tidak membersihkan telinganya. Dia berkaca dengan saksama menggelengkan kepala ke kanan dan ke kiri berusaha menelisik telinganya senang cermin. Namun, tetap saja dia, tidak berhasil melihat secara gamblang.
"Susah ya Bro?" Bambang yang menyadari gelagat temannya itu seraya menawarkan bantuan. "Sini, Bro tak bantuin pegang kacanya."
Dengan arahan Bambang, Mukidi pun berhasil membersihkan telinganya. Setelah itu dia berterima kasih pada Bambang karena telah membantunya dan ia juga meminta maaf pada Poniman.
Jadi kesimpulannya sebelum mengorek kotoran di telinga orang lain lebih baik periksa dulu kebersihan telinga kita. Kita memang mudah melihat kotoran orang lain tapi kadang kita juga lupa terhadap kotoran yang menempel di telinga sendiri. Untuk mengetahui itu pun tidak mudah kita lakukan sendiri. Kita perlu alat berupa katembat dan untuk mendapatkan tingkat bersih yang maksimal sampai ke ujung daun telinga yang kadang tak terlihat kita butuh bantuan orang lain. Kita tidak perlu marah karena merasa malu/tersinggung dengan teman yang berani mengingatkan kita. Justru sebaliknya kita harus bersyukur memiliki teman yang berani mengingatkan kita terhadap hal-hal yang mungkin bagi sebagian orang dianggap sensitif. Justru teman yang seperti itulah teman yang tulus dan peduli dengan kita.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar