AYUM HAYATI. S.Pd

Guru SMP Negeri 7 Banjar mengajar mata pelajaran IPA. moto hidup belajar tiada henti, berbagi dapat pahala...

Selengkapnya
Navigasi Web

Cermin Indah Copid (bagian ke 2)

Sementara di rumah Indah kedatangan bebrapa orang temannya untuk belajar kelompok. Tetapi diantara temannya itu ada yang tidak memiliki HP android, kelihatannya sedih banget tapi masih tetap semangat.

“Ndah….aku ga punya HP android, boleh aku pinjam HP kamu?”

“Boleh Den….mari kita belajar bareng ya, ngga usah sedih pake aja HP ku.”

“Terima kasih Indah atas bantuanmu.”

“Iya Den.”

“Kita siap membantumu Den.” Timpal Sari

“Aku juga mau bantu kamu Den…”ujar Riska

“Aku juga.”kata Reno

“Aku mau bantu kamu Den…tapi…wani piroooo.” canda Fajar diringi gelak tawa mereka.

“Ayo kita mulai diskusinya , pelajaran Matematika nih, agak susah.”ajak Indah

“Ayo…”serempak teman-teman Indah menjawab

Keenam sahabat itu pun belajar bersama tanpa membedakan status social, Deni contohnya dia hidupnya jauh dari kecukupan Bapaknya sudah tiada Ibunya hanyalah buruh kebun atau sawah, Deni hanya tinggal berdua dengan Ibunya, jangankan membeli HP Android untuk makan sehari-hari saja mereka menunggu upah dari buruh kebun atau sawah itu pun ketika ada orang yang minta bantuan untuk merawat kebun atau menyiangi pematang sawah. Rumah Deni terletak dipinggiran hutan di kaki gunung. Melihat kondisi seperti itu keempat kawannya berempati untuk membatu Deni agar tetap bisa belajar dan mengejar cita-cita mereka di masa depan. Melihat keseriusan anak-anak belajar,

Ibu Indah amat terharu dan bangga, makanya Ibunya Indah membuatkan mereka pisang goreng dan teh hangat agar belajarnya semakin semangat.

“Besok pelajaran IPA Biologi, tugasnya praktik fotosintesis, bagaimana kalau kita belajar di rumah Deni aja supaya bisa mencari tumbuhan airnya?” ujar Indah sebagai ketua kelompok mengajukan proses belajar.

“Tapi rumahku jelek dan kecil.”Deni keberatan dengan kondisi rumahnya.

“Nga apa-apa Den, halaman rumah mu kan luas, kita bisa belajar di halaman, sekalian mencari tumbuhan air.”tukas Riska

“Setuju.” Timpal Reno

“Den, ga usah malu dan pesimis, kita belajar di alam, jadi sekitar rumahmu kita jadikan laboratorium alam, kan banyak tuh kolam yang tadinya kering sekarang ada airnya, pasti disitu hidrylla tumbuh, gimana teman-teman setuju ga?” tukas Fajar

“Setuju.” Semua teman-teman Deni setuju besok belajar IPA di rumah Deni. Akhirnya Deni pun mengalah dengan terlebih dahulu minta maaf karena kondisi rumahnya seperti itu.

“Dan kita harus membawa bekal masing-masing.” Usul Sari.

“Siap komandan,” Fajar bersemangat.

Mereka pun segera merancang untuk kegiatan besok hari. Pembagian tugas membawa alat dan bahan untuk praktik fotosintesis. Tanpa sepengetahuan Deni mereka mengumpulkan sembako untuk dibawa ke rumah Deni.

Keesokan harinya sesuai perjanjian sejak pagi hari mereka sudah berkumpul di rumah Indah untuk berangkat ke rumah Deni, diantar mobil coltbak kepunyaan Ayahnya Riska berangkat ke rumah Deni.

Betapa riangnya mereka bencanda, tertawa lepas, cekikikan khas anak-anak, ah indahnya dunia mereka, dunia SMP yang sejatinya masih bersih. Ya…dari jendela SMP yang ceria.

Tidak sampai setengah jam mereka sampai dirumah Deni, walau sederhana tetapi cukup bersih dan rapi, halamannya luas ditumbuhi tetumbuhan tingkat rendah, ada kolam ikan disebelah rumahnya kecil tapi tertata rapih, ya itulah satu-satunya harta peninggalan almarhum Bapaknya Deni.

“Deniiiii…….Assalamualaikum.” Mereka berteriak kecil memanggil Deni.

“Waalaikumsalam.”yang muncul Ibunya Deni, “Mari Nak silahkan masuk, Deni nya sedang mencari tumbuhan air, itu di kolam yang terhalang sawah , di sini ngga ada.” Ujar Ibunya Deni.

“Iya Bu….”

Mereka masuk rumah Deni sambil menyerahkan sembako buat Ibunya Deni, dengan berlinang air mata Ibunya Deni menerima sembako dari temannya Deni.

“Teima kasih ya Nak, kalian temannya Deni yang baik, mudah-mudahan kalian sukses nantinya.”

“Aamiin….”

Tak lama berselang Deni datang membawa tanaman air berupa Hidrylla.

“Eh, kalian ni aku bawa ini, bener ga ya?”

“Iya betul Den itu hidrylla…..berarti kita bisa praktik fotosintesis karena tumbuhan airnya ada….horeee.”Riska berteriak girang.

“Yu kita mulai merancang alatnya…”ajak Indah

Dengan penuh semangat dan ketelitian setara anak SMP praktikum pun berjalan lancar.

“Hey teman, lihat ada gelembung kecil keluar dari tanamannya.” Reno berteriak kegirangan, memang sedari tadi Reno bertugas menghitung gelembung yang keluar dari tanaman.

“Coba aku lihat.”Sari yang sedari tadi diam pun ikut melihat dan menghitung gelembung.

Akhirnya satu persatu mereka mengamati gelembung yang keluar dari dari hidrylla. Betapa senangnya mereka karena percobaan yang mereka lakukan berhasil.

“Tidak sia-sia ya kawan,” ujar Deni

“Alhamdulillah…”serempak mereka mengucap hamdalallah.

“Semakin siang teman, kita istirahat dulu yu, makan dulu aku lapar nih…”Fajar menepuk-nepuk perutnya yang sudah keroncongan.

“Ayo….” Reno setuju.

Keenam sahabat itu pun makan bersama di pinggir kolam sambil bersenda gurau, Ibu Deni senang sekali melihat Deni yang ceria bersama temannya, terbersit ingatannya untuk menyekolahkan Deni ke jenjang lebih tinggi tapi biaya jadi kendala, beliau hanya bisa mengurut dada. “Ah , seandainya Bapaknya Deni masih ada,” bisiknya dalam hati, tapi yang terlihat bukan raut sedih melainkan senyuman yang membuat Deni selalu bersemangat.

Menjelang duhur mereka pulang dijemput Ayahnya Riska meninggalkan jejak indah di rumah Deni.

Sebulan kemudian sepenggal harapan terukir indah dalam hati. Siswa SMP bisa belajar tatap muka dengan protocol kesehatan, mencuci tangan, jaga jarak, pakai masker, harus dipatuhi bahkan ketika bertemu guru dan teman tidak bisa bersalaman, tak apa yang penting bisa tetap sekolah mencari ilmu demi masa depan, demi segudang cita-cita, demi asa yang belum tergapai.

“Ah….kapan copid ini berlalu …..?”

(tamat)

Banjar, 30 Januari 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post