AYUM HAYATI. S.Pd

Guru SMP Negeri 7 Banjar mengajar mata pelajaran IPA. moto hidup belajar tiada henti, berbagi dapat pahala...

Selengkapnya
Navigasi Web

Semanis Olahan Ubi (Bagian ke 3)

“Jesi,” Putra kaget , “Aduh sakit dong .....jangan ditarik kaya gini !”

“Put, lo ngapain tadi di UKS ?”

“Lho , gue menolong Tika.”

“Lu cium tangannya kan lu elus pipinya kan, lu usap kepalanya kan?”

“Tunggu Jes.....lu jangan salah faham , ini tidak seperti yang lu bayangin.”

“Gue ga percaya.....lu suka kan sama penjual ubi itu....bilang aja ma gue Put.....kalo lu suka sama dia ....gue minta putus sekarang juga.....”

“Tunggu Jesss......lu salah faham, gue cuma nolong, beneran ...cuma nolong.....percaya ma gue Jes..gue ga ngapa-ngapain Tika.”

“Gue kaga percaya.”

Ada yang cemburu rupanya. Jesi pergi meninggalkan Putra yang terbengong-bengong, minta putus, Putra mengejar Jesi....pegangan Putra di tangan Jesi di tepis, Jesi pun berlari menuju ruang kelasnya “Lu urus aja tuh si tukang ubi.” sinis Jesi ke Putra.

Hari-hari Tika di sekolah menjadi tidak aman karena selalu ada ganjalan dari Jesi, seperti suatu hari hari Tika dihadang Jesi sepulang dari toilet.

“Hey tukang ubi, lu jangan coba-coba godain pacar gue kalau lu ga mau dagangan lu gue obrak-abrik...denger itu.” ancam Jesi

“Salah saya apa Kak?”

“Salah saya apa.....lu pura-pura pingsan di depan Putra biar digendong ke UKS, di UKS lu masih pura-pura pingsan biar dielus-elus sama Putra, ya kan?”

“Aduh maaf kak saya bener-bener pingsan, saya bener-bener sakit waktu itu Kak....maafkan saya.”

“Kak Jesi, Tika bener-bener pingsan ngga pura-pura,” tiba-tiba Ayu datang membantu Tika yang dibuli Jesi dan temannya.

“Awas ya.....” temen Jesi ikut ngancam sambil ngeloyor pergi.

“Gawat Yu, aku ngga tau Kak Jesi pacarnya Kak Putra, tapi kan aku tadi bener-bener pingsan kan Yu?”

“Udah ga usah difikirin .....kamu makan dulu Tik....muka mu masih pucat.”

“Iya Yu, aku ga mau pulang, nanti Mak lihat aku berantakan kaya gini.“

Dua sahabat itu pergi ke kantin sekolah untuk membeli makanan, dengan kondisi masih belum pulih Tika makan makanan yang ada di kantin, minum teh hangat membuat badannya sedikit segar.

“Tik, pulang sekolah aku antar pulang yah, kebetulan aku bawa motor.”

“Oh gitu...boleh Yu.”

Dua sahabat Tika dan Ayu selalu bersama, kondisi ekonomi mereka jauh berbeda, Ayu orang tuanya kerja kantoran memiliki usaha kuliner, Tika sudah yatim piatu hidup sederhana dengan neneknya, namun keduanya terikat persahabatan yang erat dan tulus, selalu saling bertandang ke rumah, saling membantu, bencanda layaknya sahabat, mereka berdua termasuk anak yang pintar, Tika mendapat beasiswa karena kepintarannya.

Sejak duduk dibangku Sekolah Dasar selalu mendapat bantuan dari pemerintah maka dari itulah Tika memanfaatkan situasi agar bisa mendapat bantuan dengan rajin belajar dan menjadi nomor satu di sekolah.

Esok harinya di sekolah , Putra duduk termenung sendirian di bangku taman, pasalnya hari itu tak terlihat Tika masuk sekolah, dagangan di kantin pun kosong, Putra menduga pasti Tika sakit. Di kejauhan nampak Ayu berjalan di koridor membawa keranjang dagangan Tika.

“Ayu....tunggu!"

“Eh kak Putra....ada apa kak?”

“Tika, masih sakit?”

“Iya kak keterusan, kemarin sore sih sudah ke dokter , katanya harus istirahat selama tiga hari.”

“Yu.....kak Putra boleh nengok Tika ga?”

“Emm....gimana ya kak, boleh sih tapiiiiii.......”

“Tapi kenapa Yu? Putra berbaik hati loh mau nengok tukang ubi.” tiba-tiba Jesi muncul

“Apaan sih Jes....nengok masa ga boleh?”

“Boleh Put....tapi setelah itu kita putus.”

“Kemarin lo minta putus sekarang ngancam putus...mau lo apa sih Jes?”

Ayu yang mendengar perdebataan itu merasa tidak enak, dia pergi meninggalkan mereka yang sedang bersitegang.

“Jes, berempati dikit lah sama Tika, lagian kalian bisa berteman , pasti Tika mau.”

“Lu aja, gue nggak selevel dengan dia, mestinya Putra lu mikir dua kali berteman dengan tukang ubi, derajat lu jauh berbeda dengan dia.”

“Jesi, gue nggak pernah membedakan teman dan gue nggak pernah mempermasalahkan derajat seseorang sebab dimata Tuhan sama Jes, dan .gue tetep mau nengok Tika, titik.”

“Pergi sana dan kita putus beneran.”

“Oke...diel kita putus.”

Putra meninggalkan Jesi yang terbengong-bengong mendengarkan ucapan Putra. Jesi tak mengira Putra bakal melakukan hal itu padanya padahal biasanya Putra selalu menuruti keinginan Jesi. Setengah berlari Jesi menemui Rasti sahabatnya yang selalu menolongnya.

“Rastiii......”

“Jesi...lu kenapa, ko nangis.....pasti ulah Putra bener kan Jes?”

“Iya Ras, gue diputusin beneran sama Putra gara-gara si tukang ubi itu.” Jesi ngadu ke Rasti disela-sela isak tangisnya.

“Hey ....udah hentikan tangismu ga enak dilihatin orang.”

Teman-temannya melihat Jesi menangis ada yang iba tapi banyak yang mencibir karena mereka tahu sikap Jesi terhadap temannya itu. Jesi selalu ingin di puja, selalu ingin nomor satu padahal mereka tahu kemampuan Jesi di bidang akademik tidak terlalu menonjol, ingin selalu dibantu tapi membantu ngga mau, memang Jesi cantik, orang tuanya kaya, ke sekolah diantar jemput sama sopir.

Uang jajan banyak selalu traktir teman dekatnya Rasti dan Dinda yang selalu setia jadi kacung, ya karena uang jajan mereka tak sebanyak Jesi, jadi apapun yang dimita Jesi dilaksanakan yang penting perut mereka terisi. Di bujuk dua sahabatnya akhirnya Jesi berhenti menangis tapi dalam hati dia mengumpat”Awas lu penjual ubi, balik ke sekolah abis lu ma gue,”umpatnya.

Hari ke dua Tika sudah mulai pulih, sudah mau makan walu pun sedikit demi sedikit, dengan telaten Mak Tiah menyuapi Tika agar mau makan, rasa sayangnya pada cucunya itu semakin dalam, tak tega melihat Tika terbaring sakit air matanya selalu menetes membasahi pipinya yang sudah mulai keriput.

Helaan nafas kekhawatiran selalu terlihat , tatapan hampa , ketakutan menderanya, tapi dia harus kuat demi cucunya, harus yakin cucunya sembuh kembali. Doanya untuk kesembuhan tak putus setiap hari diringi deraian air mata yang mengalir deras dari mata tuanya.

“Assalamualaikum......” ada yang mengucap salam dari luar.

“Waalaikumsalam,....” segera Mak Tiah membukakan pintu dan terlihat Ayu sudah berdiri diambang pintu bersama dua orang teman lelakinya.

“Ayu...masuk nak, ini teman mu juga Yu?”

“Iya Mak , mau nengok Tika , boleh kan Mak? Ini kakak kelas Ayu dan Tika.”

“Boleh dong nak....mari masuk.”

Mempersilahkan mereka masuk sambil menunjukkan kondisi Tika yang masih terbaring lemah di sudut ruang tamu rumahnya. Mak Tiah pergi ke dapur untuk sekedar membawakan air minum pada tamu cucunya.

“Sorry Tik, kak Putra maksa aku , pengen nengok.”

“Ga apa-apa Yu, makasih kak Putra, kak Danang.”

“Bagaimana Tik, sudah mulai enakan?” Putra bertanya dengan suara sedikit bergetar.

“Sudah agak enakan kak tapi masih belum mau makan, tadi makan dipaksa sama Mak.”

“Harus makan Tik....biar ada tenaga, bisa sekolah lagi, biar ga ada yang murung.” Celetuk Danang diiringi cubitan kenceng dari Putra.

“Aduh.....lu gimana Put, gue dicubit ampe panas begini, ah lu mah kelewatan.” Danang meringis kesakitan, membuat Tika sedikit tersenyum melihat ulah mereka.

“Naahhh.....tuh bisa senyum Tik.” Ayu seneng melihat Tika tersenyum.

“Put ...berhasil ..tuh Tika tersenyum berarti bakalan cepet sembuh.” Danang ngoceh lagi.

“Terima Kasih kakak berdua mau nengokin Tika, tapi maaf ya kak rumahnya jelek.” Tika menundukkan kepala matanya kerkaca-kaca.

“Udah Tik ga usah bahas rumah kak Putra ke sini mo nengokin Tika.” Hibur Putra.

Mak Tiah kembali dengan membawa air putih dan goreng ubi, disimpannya di lantai rumah dengan nampannya dan berharap dimakan oleh temannya Tika.

“Ini Mak buatkan goreng ubi, ayo dicoba Nak.”

“Terima kasih Mak , jadi ngerepotin.”

“Ah ga repot ko nak, terima kasih juga ya sudah nengokin cucu Mak.”

“Iya Mak...” hampir bersamaaan mereka menjawab.

Menjelang sore mereka pamit dari rumah Mak Tiah, senyum mengembang di bibir Tika yang masih pucat, semangat untuk sembuh menggelora, seiring berlalunya mereka dari rumahnya.

(bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Luar biasa keren

15 Jan
Balas

Keren ibu cerpennya.

15 Jan
Balas

Terima kasih, tapi saya tetap mohon sarannya, saya tidak memiliki diksi yang bagus.

17 Jan
Balas

Terima kasih, tapi saya tetap mohon sarannya, saya tidak memiliki diksi yang bagus.

17 Jan
Balas



search

New Post