Rindu Ka’bah

Ayunda Rizky Umaroh

Tangisku deras keluar dari mataku. Hati ini rindu padamu Ya Allah. Tak kuasa, rindu ke Ka’bah bersujud kepada Allah. Ketika pamanku hendak pergi ke Ka’bah tanpa hitungan detik, tetesan air mata keluar dari mata dan juga hatiku. Pernah bercakap dalam hati, “Kapan ya, aku bisa ke sana?” tanya-tanya ku. Di rumah paman terdengar jelas menggunakan pengeras suara Labbaik Allahumma labbaik labbaikala syarikalaka labbaik innal hamda wanni'matalak walmulkala syarikalak. Tambah deras tetasan air mataku semua itu karena rindu ka’bah.

Akhirnya tak lama kemudian, semua saudara dan keluargaku mengantarkan paman menggunakan mobil Ayah menuju tempat terminal travel pemberangkatan jamaah Umroh. Sambil diperjalanan Ayah memutarkan lagu-lagu islami. Akupun hanya diam mendengarkan lagu-lagu islami yang diputar oleh Ayah. Jalan pun sangat macet dengan kecepatan yang sangat pelan.

Setelah perjalanan berapa jam kemudian, kamipun sampai dilokasi. Pamanku turun dari mobil dan segera menuju tempat pengumpulan jamaah. Sedangkan, keluargaku dan saudara menanti di jalan sampai Paman berangkat menggunakan travel. Setelah itu, akhirnya paman dipersiapkan oleh panitia jemaah untuk berjalan ke travel bersama jemaah. Aku tak kuasa berupaya untuk berdiri paling depan agar bisa melihat paman. Pamanpun berjalan dan aku berusaha memeluknya betapa hatiku ingin bersujud lebih lama di Ka’bah menegadahkan tangan untuk selalu dalam ridhoNya sepanjang perjalanan hidupku. Malam yang sepi, Republik Kopi, 17/02/2022