Mencintaimu dengan Caraku (part 2)
Kembali lagi aku menatap laptopku dengan mesra untuk melanjutkan tulisan yang aku posting pada sore tadi. Untuk sahabat-sahabat pembaca yang belum membaca part 1, boleh dibaca juga agar lebih sinkron dan lebih mengena atau bisa jadi sampai bapper hehe. Tak ingin terlalu lama dalam opening, langsung saja kita masuk dalam zona gulali cinta. Check it out..
...
Malam semakin mendesak, keadaanku pun juga ikut mendesak. Bagaimana bisa aku dengan mudah memberi nomor wa kepada orang yang baru mengobrol singkat denganku via ig. Walau aku mencintainya, namun bukan seperti itu caraku mencintainya. Aku galau hingga galau tiada berujung, aku bingung hingga bingung yang tak berakhir. Memang sebelum kejadian ini, aku selalu berdoa meminta agar kita diperstukan dalam waktu yang tepat jika kita berjodoh. Tapi kurasa sekarang bukan waktu yang tepat, walau aku tak tau waktu yang tepat menurut Allah itu kapan. Kebimbangan ini seperti benang kusut dalam otakku, segera aku mengambil tindakan karna aku tak bisa memutuskan masalah ini sendiri, aku butuh Allah. Hingga aku mengambil wudhu untuk mendirikan shalat istikharah. Memang terlihat lebay, hanya karna nomor wa aku sampai bawa-bawa Allah. Namun jika aku mengikuti perasaan itu bisa jadi menyakitkan, jika aku mengikuti akal itu sangat membutakan.
Aku merenung, diam dan pasrah dalam keadaan ini. Untuk urusan percintaan seperti ini, aku tak ingin melakukan banyak tindakan. Biarlah Allah yang bertindak karna Dia Yang Maha Tau yang terbaik untuk hambaNya. Tiba-tiba terpintas dalam benakku "kamu jangan bapper, siapa tau dia meminta nomor wa kamu karna dia ingin menghubungkan tali silaturahim karna kita sekampus. Wajar kalau dia ingin mengenalimu." bicara kepada diri sendiri. Dengan hembusan nafasku yang ringan, aku memberikan nomor wa kepadanya via ig. Dalam waktu yang singkat, orang yang dimaksud langsung mengontekku via wa. Sekarang terasa lebih personal, aku merasa tidak nyaman dengan keputusanku ini. Maka aku bersengaja untuk lebih jarang membalas chatnya, padahal aku sering ngegosipin dia dalam tahajjudku.
Ku biarkan pesan terakhirnya tak ku balas, ku biarkan agar dia merasa aku menjauhinya. Ku biarkan semuanya terbengkalai, ku berharap rasaku pudar seiring waktu. Walau setiap hari aku melihatnya di kampus, tapi aku berharap dia tak melihatku. Lagi-lagi aku melihat cahaya diwajahnya, aku tak mengerti dari mana rasa ini selalu bertambah. Hingga setiap malam aku mengadu kepada Allah tentang rasa yang selalu berlipat ganda, tentang hati yang selalu damai ketika aku melihatnya. Aku selalu curhat kepada Allah tentang dirinya, sampai-sampai aku merasa mungkin bosan sudah Allah mendengar curhatku. Tapi keyakinan ku yang membara membuatku percaya Allah Maha Pendengar Yang Baik, yang tak akan meninggalkanku sendiri. Setiap tengah malam kurasakan kasmaran syahdu ketika aku menceritakannya pada Allah. Inilah caraku, mencintainya melalui doa. Aku jatuh cinta ketika aku mendoakannya, dan aku lebih lebih suka mencintainya dengan caraku begini.
Sepuluh hari sudah tak saling berkabar, aku yakin dia pasti sudah melupakan aku. Dengan ekspektasiku seperti itu, akupun merasa lebih plong. Sore itu hujan, siraman hujan sedikit memasuki musala kampusku tercinta, hingga membasahi lantai untuk kaum hawa sholat. Karna memang musholah disini terbuka, jadi mudah sekali terpaan angin dan hujan menghiasi. Aku pun bergegas mengambil alat penyapu air, sambil teman-temanku bercanda ria denganku. Memang kala itu yang berada di musholah adalah teman-teman dari kelasku, dengan mudah kami mengobrol baik dengan teman perempan maupun dengan teman lelaki. Mereka pun menyebut-nyebut namaku disetiap candaan ini, dan memang aku yang menjadi topik candaan kita karna akulah yang memegang alat pembersih air itu. Tak ku sangka, pria idamanku sudah berada tepat di depanku dan melewatiku untuk mengambil air wudu. Teman-temanku masih terus memanggilku untuk melanjutkan candaan ini, akupun sedikit merespon. Debar jantungku tak karuan, saat aku tau diapun menguping candaanku dengan teman-teman sekelasku, dan mulai melihat ke arahku. Kuhentikan candaan ini melihat lantai sudah kering, langsung saja aku gelar sajadah untuk teman-teman yang lain menunaikan sholat
Aku lihat dia terlebih dulu menunaikan shalat, aku pun bersih-bersih diri dan mengambil wudhu. Ketika aku akan mengerjakan sholat, seperti biasa aku melihat dia yang sudah selesai sholat berpindah duduk menepi sendiri. Selalu aku meihat setelah dia selesai sholat dia berdoa lumayan lama, aku selesai shalat pun dia masih ada ditempat itu dengan posisi yang sama. Sudah menjadi kebiasaannya, dan kebiasaan itu membuat hatiku sejuk. Bagaimana tidak, setiap aku selesai shalat dan hendak berdoa, dia selalu duduk berdoa didepanku. Dulu sebelum aku tau namanya, momen ini selalu kumanfaatkan untuk berdoa dibelakangnya. Dengan romantisnya aku berdoa "Ya Allah aku mencintai hambaMu yang berada di depanku, aku tak mengenalinya dan tak tahu namanya". Sekarang pun doaku masih sama untuk dia, walau aku tau memilikinya adalah suatu ketidakmungkinan, tapi bukankah Allah maha mengendalkan keadaan.
Setelah shalat aku dan sahabatku bergegas kembai ke kelas, ternyata dosen belum juga sampai. Akhirnya kita berdiri di teras untuk mengobrol ringan. Disela-sela obroan kita yang menarik, pujaan hati lewat di sampingku. Seperti biasa, setiap dia melewatiku atau berpapasan denganku, aku selalu memalingkan wajahku atau mataku yang melihat ke arah lain. Karna aku tak ingin dia tau jika aku menyimpan perasaan kepadanya, dan tak mampu juga bagiku menatapnya secara dekat. Lalu sahabat-sahabatku tertawa, dan memberitahuku bahwa matanya melirik ke arahku seperti memperhatikanku. Aku berusaha mengontrol diri agar aku tidak boleh terlalu terbawa perasaan, siapa tau dia hanya ingin mengetahui aku yang mana.
Keesokan harinya aku berangkat kuliah, dengan menyetir motorku yang sudah seperti sahabat. Auto pikiranku ingat dia, hingga membuatku tersenyum tanpa sebab. Aku melihat kaca spionku, seperti aku kenal dengan kendaraan yang berjalan dibelakangku ini. Semakin tajam mata ini memandang spion, semakin jelas siapa pengendara itu. Auto aku menepuk dadaku dengan perlahan dan menenangkan diriku untuk tetap fokus menyetir. Pengendara dibelakangku adalah dia sang belahan kalbu, memang rumah kami satu arah jika ke kampus. Karna ada mobil didepanku, aku pun mulai perlahankan laju motorku, dia pun menyusul dan dia tepat di sampingku. Aku pelankan laju motorku, kode mempersilakan dia untuk lebih dulu. Namun keramaian kendara membuat kami berdua saling menyalib dan kembali beiringan, aku tetap mengalah mempersilakan dia untuk berjalan lebih dulu.
Sengaja aku mengambil arah lain untuk tidak berbarengan dengan dia di jalan, aku yakin dia lebih dulu tiba di kampus. Ku kira debar cinta ini telah berakhir, namun setibanya aku di kampus dan akan memarkirkan motorku, aku melihat dia duduk santai di motor tempat parkiran dan sambil memandangiku dari kejauhan. Sadisnya parkiran sudah penuh semua, karna aku berangkat telat 30 menit. Tak ada tempat lain selain dekat motor yang dia duduki, seling 3 motor jarak motorku dan motor yang dia duduki. Dengan santai aku melepaskan helmku seolah-olah aku tidak melihat ada orang disekitarku, aku sangat terganggu sekali karna dia terus menerus memandangiku. Yang paing menyebalkan dia mulai bernyanyi, seketika aku tutup mataku dan tak memperdulikannya aku langsung berpaling menuju kelas. Ntahlah apa yang dia pikirkan tentang responku, setidaknya aku terbebas dari sikon itu.
Tidak usah kamu gaduh untuk membuktikan keberadaanmu, dari kejauhan saja aku melihatmu sigap fokusku tertuju padamu. Aku tahu kamu melakukan ini hanya karna ingin tau siapa aku, tapi bukan begini caranya. Jika kamu memang ingin mengenaliku, tanya saja pada Allah. Allah akan menjawabmu dan memberitahukanmu bahwa aku adalah orang yang sejak lama mendoakanmu untuk menjadi pendamping hidupku pada waktu yang tepat. Beginilah caraku mencintaimu, mendoakanmu dengan romantisnya. Tak akan kubisa terucap sepatah kata pun untuk merayumu, karna itu bukan caraku. Caraku mencintaimu adalah sesederhana doaku disetiap malam, dan biarkan aku mencintaimu dengan caraku seperti ini.
...
Begitulah kisah seorang perempuan yang memiliki cara tersendiri untuk mencintai pujaan hatinya tanpa terucap dan terdengar, mencintai dengan caranya melalui doa.
Maaf ya untuk para sahabat pembaca yang mungkin menunggu part 2 ini, ada gangguan teknis. Maka aku membuatnya menjadi draft waktu itu dan baru bisa aku posting malam ini.
Kec. Sukatani - Kab. Bekasi
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Subhanallah, cerita cinra yang indah dengan kalimat sederhaba namun mamlu bangkitkan rasa. Karena rasa yang terungkap bukan cara biasa. Sungguh mencintai dengan doa itu yang buat cerita ini menarik. Menempati Allah dalam kisah asmara menjadi daya tarik tersendiri, karena Allah Sang Maha Cinta. Sukses selalu dan barakallah fiik
Alhamduillah, masih butuh bimbingan bunda.
Subhanallah cara mencintai dalam doa indah sekali, semoga sahabat ayu bisa di persatukan dengan nya..aamiin
Aamiin..
Masya allah cerita yang sangat bikin baper pembacanya.
Hehe itulah misi para penulis untuk membawa si pembaca masuk dalam tulisan dan merasakan apa yang bergejolak dalam makna tulisan. Terima kasih Bu sudah berkunjung, sukses selalu.
Jadi kepo nihh.. siapa yaa kira2??
Hehe siapa ya kira-kira?
Masyaallah bagus sekali
Ahamduillah, terima kasih sudah berkunjung. Sukses selalu pak..
Jgn lupa mampir ke home saya terimakasih hehehe
MasyaAllah.. andaikan ini nyata, saya bersedia bantu menyambungkan proposal pada murabbinya. Tolonglah.. hu..hu.hu..
Hehe.. aku hanya menulis ulang apa yang Allah skenariokan pada salah satu hambaNya bun.