Percakapan Aku dengan Bu Endah yang Indigo
Empat tahun yang lalu..⏳
"Kepada Ayu Wahyuni kelas 9B ditunggu Bu Endah di ruang perpus" 🔊 Terdengar suara guru piket di pengeras suara sekolah yang memanggil namaku untuk segera menemui Bu Endah. Dengan sigap aku langsung bergegas ke ruang perpus. Saat di perjalanan menuju perpus, aku berbicara dengan diri sendiri "Pasti Bu Endah menyuruh aku agar meminjam buku lagi, buku ini saja belum selesai dibaca." Sambil membawa buku yang kemarin aku pinjem di perpus.
Btw Bu Endah ini guru bahasa indonesia, memiliki kemampuan indigo yang menurun juga ke anaknya. Salah satu guru yang sangat dekat denganku, guru yang pengertian dan penyayang. Saat aku sudah sampai pintu perpus, aku mengucapkan salam.
Aku : "Assalamu'alaikum, ibuuu.."
Bu Endah :"Wa'alaikumsalam ayo ayu masuk" seperti biasa wajah Bu Endah membuat aku lumer dengan senyumannya yang penyayang.😊
Aku memasuki perpus namun aku tetap berdiri di dekat kursi sambil melihat-lihat buku yang terpampang rapih di lemari buku. Begini-begini, dulu aku sangat senang membaca buku, malah bisa disebut hobby. Ketika melihat buku, rasanya seperti melihat mainan yang aku gemari. Namun semenjak masuk SMK, pengelihatanku semakin parah. Akhirnya berefek fatal yang membuat aku malas membaca buku. Harap jangan tiru adegan ini ya pemirsa..😂
Bu Endah : "Ayu kelas 9 sih ya?"
Aku : "Iya bu, memangnya ada apa bu?"
Bu Endah : "Jadi begini, ibu baru tau kemampuan ayu saat kemarin ujian praktik bahasa indonesia karna ibu memang dari ayu kelas 7-9 belum pernah mengajar di kelas ayu. Pada saat ayu praktik pidato, ibu merasa ayu jago bermain ekspresi, nyambung dengan penontonnya, PDnya bagus, nada bicaranya mantap. Jadi ibu menawarkan ayu untuk mengikuti lomba baca puisi. Ayu mau?"
Jedderrrrr... Seperti ada back sound petir di ruang perpus yang hening ini. Memang betul saat praktik bahasa indonesia nilaiku 93, dan Bu Endah menjamin kalau nilai praktik bahasa indonesia aku paling tertinggi di antara teman-teman di sekolah. Tapi aku berpikir jangan terlampau sombong dulu, UN belum dilaksanakan jadi hasilnya masih semu. Tak disangka Bu Endah miminta aku mengikuti lomba puisi, saat itu aku memang tak menyukai puisi karna menurutku orang yang membaca puisi itu harus menggunakan nada suara yang alay. (itu pemikiranku dulu)
Aku : "Maaf bu, ayu kan udah kelas 9 jadi mau fokus UN dulu. Ayu juga ga suka puisi Buuu.." Dengan wajah memelas dan berharap ekspresi Bu Endah tak berubah menjadi kecewa.
Bu Endah : "Oh iya sudah yu gapapa, memang sudah seharusnya ayu fokus UN. Ayu duduk dulu, skarang ayu plajaran siapa?" tanya Bu Endah dengan senyum tenang.
Aku : "Pelajaran Pak Lili, Bu"
Bu Endah : "Gampang, nanti ibu yang bilang ke Pak Lili, ayu izin dulu di mata pelajarannya."
Dengan perlahan aku pun duduk di kursi yang telah tersedia di depan meja yang berhadapan dengan Bu Endah, dan Bu Endah mulai menatapku dengan serius. Aku dibuat salting oleh tatapan Bu Endah yang tak seperti biasanya itu. Di dalam dadaku terasa seperti ada konser Metalika, deg-degan tak karuan.
Bu Endah : "Ayu, lulus ini di sma/smk nanti ayu akan menjadi cerminan siswa/siswi disekolah, teman-teman nanti banyak yang kenal ayu. Banyak yang diam-diam mengikuti gaya ayu. Nanti ayu jangan kaget kalau sampai ayu merasakan jatuh cinta."
Aku : "Ngga Bu, sepertinya kalau urusan cinta-cintaan ga mungkin deh Bu." dengan senyumanku yang tampak tak percaya dengan pernyataan Bu Endah.
Bu Endah : "iya memang ayu berpikir begitu tapi dalam hati kecil ayu tuh ada sedikit rasa ingin tau apa sih itu cinta? Sebenarnya banyak yang deketin ayu, cuma karna ayu suka jaga jarak, jutek dan selalu identik dengan kata-kata "Apa sih lu?" kalo ngomong sama cowo, jadi yang deketin ayu malah kaya minder sendiri & takut ditolak, soalnya kan ayu tuh keliatan ga mau ikut campur urusan cinta-cintaan. Malah nanti kebanyakan teman deket ayu sendiri yang suka sama ayu." Panjang lebar Bu Endah mendeskripsikan persoalan ini.
Aku : "Masa sih bu?" Dengan nada tak percaya aku menjawab apa yang telah Bu Endah paparkan tentang diriku, karna memang saat itu aku sama sekali tak merasa ada gejolak asmara. Aku termasuk siswi yang terlalu berambisi untuk belajar saat SMP.
Bu Endah : "Beneran, nanti ayu jangan kaget ya.." Wajah Bu Endah sangat meyakinkan.
Aku : "Ah ibu jadi ngomongin ini, horor banget." Dengan tawa garing aku menjawab.
Dan akhirnya bel istirahat pun berbunyi, aku pun mengambil kesempatan ini untuk membebaskan diri dari kebingungan yang melanda karna pernyataan yang Bu Endah paparkan sangat membuat aku speechless. Dengan beralasan ingin istirahat dengan teman-teman, aku pun pamit kepada Bu Endah dan meninggalkan ruang perpus. Saat kembali menuju kelas aku termenung, apa yang dimaksud oleh Bu Endah tadi, masa iya orang sebaik Bu Endah berkata bohong? Sudahlah tak usah dipikirkan (berbicara pada batin).
Dan sekarang Jeng jeng jeng.. (Bukan suara gitar seperti di sinetron-sinetron) Perlahan-lahan ucapan Bu Endah mulai terbukti pada saat aku SMK, membuat aku semakin menganga jika mengingat kisah ini.
Wallahu a'lam..
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Subhanallah, ceeira yang asyik, mengalir deras bak air hujan yang turun. Ada saja sesuatu yang jadi ide tulisan. Sukses selalu dan barakallah fiik
Alhamdulillah, terus dan selalu bimbing bunda..
Sangat menarik sekali ....wahhh kamu bisa bikin buku novel sendiri yu.bayak yg dukung
Alhamdulilah, InsyaAllah bat. Mungkin untuk saat ini mash iseng-iseng saja.