Guru Pun Seperti Murid
Tiap menjelang tahun ajaran yang baru, guru-guru sudah dihadapkan membuat administrasi pembelajaran. Yang di dalamnya berisi kalender pendidikan, prota, prosem/promes, KKM, silabus dan RPP. Jika ditimbang-timbang untuk apa semua itu? Pernah sekali waktu administrasi pembelajaran yang guru buat dikritik oleh kepala sekolah. Tanpa menyebut nama. Tanpa sempat guru membela diri.
Lantaran tabel silabus yang ada di dalamnya dianggap dari salah satu SMP swasta. Hal itu terlihat dari nama sebuah yayasan di bawah tabel. Dan karena itu pula dianggap isinya sebagai salin tempel (copy paste). Itu berarti kepala sekolah tidak membaca isi silabus yang dibuat guru. Ini sempat menjadi perbincangan sampai dinas pendidikan. Bahwa guru hanya mengcopas.
Meskipun tak disebutkan nama, tapi sejak saat itu aku berusaha membuat sendiri tabelnya. Yang namanya plagiarisme, aku paling anti. Untuk kutipan PTK pun aku mencatat nama penulis dan lengkap dengan bukunya. Insiden administrasi pembelajaran, biarlah sudah. Yang penting tanpa diklarifikasi pun aku yang merasakan. Bahwa isi dalam silabusku murni buatanku, kecuali tabelnya saja waktu itu.
Jadi intinya apa? Sebagus apa pun administrasi yang guru buat, hanya dirasakan dari baunya. Dalam arti kata tidak dibaca. Bahkan kepala sekolah juga tidak mengerti isinya. Apalagi bila basic atau latar belakang bidang studi kepala sekolah berbeda dengan gurunya. Tidak karu-karuan pemahamannya. Administrasi pembelajaran pada akhirnya hanya menjadi barang pajangan. Dan baru berguna pada saat akreditasi.
Selain hal di atas, kesibukan guru adalah memahami isi buku pelajaran. Guru diharapkan punya buku pegangan. Selain harus cukup, juga harus lebih bagus dibandingkan yang dimiliki para muridnya. Walaupun tidak perlu ada anggapan, guru sebagai kamus berjalan. Sebab guru yang ke kelas dengan lenggak-lenggok kangkung, sekarang ini dianggap guru yang tidak kompeten.
Zaman sudah berubah. Saat ini masanya guru harus banyak belajar. Jangan kalah dari murid-muridnya. Murid bisa komputer, guru juga harus bisa. Murid bisa gadged, guru juga jangan kalah. Murid bisa tawuran, guru juga.....* Ah sudahlah! Hal yang baik-baik saja yang perlu dibandingkan. Hehehehe....
Kota Tangerang, Jumat, 09 Juni 2017. Pikul 17.30 WIB.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
GUru kencing berdiri, murid kencing berlari, atau sekarang kebalikan ya.
Gurunya harus lebih hebat pak Azis..
Hahaha. Iya, Pak. Zaman sudah berubah. Murid sekarang pandai-pandai. Bahkan mampu mendikte guru.
Begitulah, Bu Sofia. Spy kt yg pegang kendali