Azis Syahrul, Kota Tangerang,

GURU BIASA YANG SEDANG INGIN BELAJAR MENULIS...

Selengkapnya
Navigasi Web

Senyum Rojanah

Rojanah tak kuasa membendung perasaannya. Air matanya tumpah seketika. Hidupnya terasa akan berakhir saat itu. Bagaimana tidak? Hari itu laksana jatuh dari atas tebing yang curam. Kekasih pujaan memutuskan cintanya.

Tidaaaaaaaaak .... !!! Hanya itu yang terlontar dari mulut mungilnya. Awan tak berselimut hitam. Angin tak bercadar badai. Lelaki yang selalu didambakan. Tega menyakiti perasaan.

Ombak di lautan tak bergemuruh. Petir di langit tak bersahutan. Tapi seketika sekitarnya seakan gelap-gulita. Oh hati yang sedang patah! Kesenyapan rasa tak mungkin menggelora.

Dinding penghalang kokoh berdiri. Tak sesuatu pun dapat meruntuhkannya. Kekacauan demi kekacauan membaluti. Kini kehampaan jiwa berbingkai kecewa.

Apalah hendak dicegah. Ucapan kata putus sudah bertitah. Harapan pupus bercampur gundah. Tiada apa dan berharap percuma.

Abidin tiada menyesal telah mencampakkannya. Hubungan enam tahun tiada berbekas, tiada bertahta. Seperti tak pernah ada kisah kasih di antara keduanya.

Berpaling sudah terlambat. Menyesali tiada berguna. Tiada tanya atau sapa padanya. Menjelaskan pun apalah jadinya. Nasi sudah menjadi bubur!

Hanya sebutir prasangka. Abidin telah meninggalkannya. Dia tak hiraukan lagi Rojanah. Pergi berlalu tak dapat dicegah.

Kini tinggallah gadis itu seorang diri. Rojanah meratapi Abidin yang menghilang di ujung jalan. Tak dinyana, tak diduga. Bagai tiada pernah dikenalinya.

Kecemburuan lelaki itu pada Rasyad. Telah menutupi kebenaran dan kesetiaan. Meminta harap tak akan bersurat. Bercerita manis tinggal sesaat.

Tak perlu engkau pikirkan Rojanah! Itulah yang sedang terlintas dalam benaknya. Batas penantian sekejapan mata. Berkedip hilang dan terlupakan.

Hari-harinya terus menanti di hadapan. Berukir emas dan beruntai perak. Biarlah Abidin pada keputusannya. Sudah terjadi, tak bisa elak, tak bisa tolak.

Sekarang senyum sumringah Rojanah telah terlihat. Dia siap menjalani hari penuh semangat. Lelaki bukan hanya Abidin seorang.

Di seberang tampak pelangi tertawa. Seakan tahu, juga merasa gembira. Anak-anak kecil berlari-lari dengan riang. Bermain, bercanda tiada habisnya.

Mentari mulai bersiap keperaduannya. Rojanah pulang ke rumah tanpa kesedihan. Seolah tak terjadi peristiwa hari itu. Esok masanya membuka lembaran putih. Berhias dengan goresan yang baru.

Malam pun telah tiba! Suara jengkerik turut meramaikan suasana. Rojanah tersenyum lagi. Kali ini untuk kepecayaan diri.

Kota Tangerang, 07 Juni 2017. Untuk Rojanah dalam khayalan penulis.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Senang bisa mengetahui Rajanah kembali tersenyum.

07 Jun
Balas

Hehehe. Ada Sy barangjaki Pak Yudha. Hehehe...

07 Jun
Balas

Eh salah ketik barangkali.

07 Jun
Balas



search

New Post