Aziz Saprudin

Aziz Saprudin, Pengajar dan penggiat dan Praktisi Pendidikan. Alumni UIN Sunan Gunung Djati Bandung Pendidikan bahasa Arab. siapa saja yang ingin mengenal pendi...

Selengkapnya
Navigasi Web
Sawang sinawang

Sawang sinawang

" Alhamdulillah ya cep ayeuna mah tos janten Kepala Sekolah nya ". Kata si amang kepada saya yang waktu itu sedang membeli jajanannya di depan sekolah. " Raos nya Cep janten Guru mah, sapatu mengkilat, anggean beresih bae, calik dinu iuh, ngangge ase, paling dugi tabuh 2 siangan nya Cep, komo pami libur tetep di bayar, di gaji nya Cep. Heg gajih na ge ageung nya Cep. " Benten sareng emang nya, pami te angkat mah icalan meren teu kenging rizki he he.. teu tiasa libur. libur berarti teu ngahasilkeun mang. teras emang mah kan musiman nya Cep Pami Hujan teutiasa icalan es. pan taririseun he he.. waktos harita kantos emang diseuseulan kuamrgi ngeleneng-ngeleneng kelenengan es. mung emang waktos hujan ngaririncik. etah emang diseuseulan Cep ". Ceuk si Emang Oyeh tukang jualan Es di depan Sekolah MTs Al Ghozali. sambil terus nyerocos tanpa jeda membebebrkan hasil penelitiannya tentang kehidupan ini he he..

" Iya mang begitulah kehidupan mang, sawang sinawang, yang penting terus bersyukur". kataku sambil makan es jajanan tempo dulu. es kemong tapi memang es si Amang Oyeh ini enak sekali. ia suka jualan sudah lami sekali sebelum saya ada di Sekolah ini. karena memang dulunya saya dari kota yang berbeda.

Padahal kehidupanku juga kalau dihitung dan diperhtungkan ya begitulah. ada hutang, ada kebutuhan. siapa yang tak punya kebutuhan di dunia ini he he..tapi terus kubelajar bersyukur atas apapun yang Allah berikan tentang episode ini.

Kita mengambil contoh dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan seperti dalam kehidupan kita selalu melihat keadaan orang lain yang hidupnya sedikit mujur dari kita lalu membandingkannya dengan keadaan yang kita jalani.

Dan kita beranggapan sepertinya enak sekali hidup seperti begitu, Enak ya menjadi itu,.. Wah.. enak ya berada di posisi itu, dan lain sebagainya.

Nah, jika diteruskan kedengarannya menjadi seperti keluh kesah dan tidak mensyukuri hidup yang telah diberikan Tuhan.

Jika kalian tidak melihat secuil nikmat yang diberikan-Nya cobalah untuk mencari orang yang di bawahmu jangan orang yang berada di atasmu.

Makna sejatine urip iku mung sawang Sinawang yaitu teruslah bersyukur karena sebagaimana kita memaknai kehidupan seperti itulah kita menjalaninya.

Didalam filosofi Jawa, ungkapan (” Sejatine urip kuwi mung sawang sinawang “) memiliki arti kurang lebihnya yaitu (” Hakekat hidup itu hanyalah persoalan bagaimana seseorang memandang atau melihat sebuah kehidupan “).

Begitu sederhana kata tersebut, tetapi memiliki makna yang sangat mendalam, itulah filosofi Jawa.

Persoalan memandang orang lain dan “dipandang orang lain ternyata amat sering kita temui dalam kehidupan dan bahkan kita alami sendiri.

Bahwa terkadang dalam kehidupan ini, bayangan dari kenyataan merupakan sesuatu yang ingin diterima pikiran kita, sementara kenyataan yang didapat kadang sama sekali tidak sama atau bahkan tak pernah kita ketahui.

Hidup kita terasa tidak enak, keluh kesah dan segala kekurangan apapun Karena kita mulai membandingkan hidup kita dengan hidup orang lain, Membandingkan apa yang mereka punya, Terselip rasa iri akan jalan mereka yang lurus dan mudah, sedangkan jalan kita berputar-putar dan berliku.

Kemudian menginginkan perjuangan mereka yang begitu mudah, sedang perjuangan kita begitu sulit hingga seringkali diri merasa payah.

Membandingkan adalah aktivitas tiada akhirnya, karena kita akan mengeluh dengan keadaan yang tidak seperti diharapkan dan oleh sebab itulah kita lupa tentang hakikat bersyukur.

Maka, terdapat juga sebuah filosofi masyarakat jawa yang juga mengingatkan kita bahwa “wong urip kuwi ngundhuh wohing pakarti” tegese “wong kuwi bakal nompo wales opo kang ditindakake“. yang artinya “Orang akan memperoleh balasan apa yang telah dilakukan selama hidupnya“.

Disadari atau tidak, bayangan tentang hidup seseorang seringkali berbeda dengan kenyataan hingga pada akhirnya hanya jika kita mampu menguasai seni memandang atau melihat kenyataan hidup pribadi maupun orang lain, maka kita bisa menjadi lebih peka terhadap kelemahan dan kekuatan diri serta mengerti kesulitan yang dihadapi orang lain.

Dengan demikian kita akan bersyukur dengan sesuatu yang bahkan itu sangat kecil dan sederhana. Semoga kita semua senantiasa ditetapkan sebagai golongan orang yang pandai untuk bersyukur.

" La In Syakartum la aziidannakum wa Lain kafartum Inna 'Adzaabii Lasyadiid". Kalaua kalian bersyukur atas nimat yang telahkami berikan pasti akan aku tambahkan nimat itu, seandainya kalian kufur terhadap ni'mat kami itu maka sesungguhnya siksaan kami itu sangatlah pedih.

wallahu A'lam

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap ulasannya, salam sukses.

09 Jan
Balas

terimakasih Ustadzah...terus belajar

10 Jan



search

New Post