Mercy

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Catatan harian guru

GURU DIANGGAP TIDAK BERKUALITAS DAN DIHARGAI

Setiap sekolah berpegang pada kurikulum. Kurikulum itu sendiri merupakan program pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan dilaksanakan dalam sebuah sekolah. Seperti yang hangat dibicarakan, kurikulum 13 menjadi harapan dan tumpuan untuk lahirnya generasi emas yang akan mampu bersaing dengan dunia luar. Tidak tanggung-tanggung, kurikulum 13 memiliki 3 aspek penilaian, yang mana penilaian utama ditumpukan pada penilaian sikap peserta didik yang memiliki prilaku mencerminkan sikap antar lain yakni sikap orang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, bertanggung jawab, serta berinteraksi secara efektif dilingkungan sosial dengan baik.

Semakin gencarnya penilaian sikap ini yang merupakan hal paling penting dari dua aspek penilaian lainnya namun kenyataan yang terjadi dibeberapa sekolah, moral peserta didik yang seharusnya berpegang pada kurikulum 13 ternyata semakin hancur. Peraturan yang berlaku disekolah justru dianggap tidak berguna. Harapan guru untuk dapat lebih dihargai dengan adanya aspek penilaian sikap ternyata apa yang didapat guru di dalam kelas atau selama proses pembelajaran justru hal yang tidak menyenangkan. Guru dilecehkan dengan ucapan. Peserta didik tidak takut atau merasa bersalah melawan ucapan dari guru. Peserta didik melakukan penindasan dengan kata-kata terhadap guru.

Guru telah mengupayakan segala macam cara untuk menciptakan pembelajaran yang menyenagkan dengan mencari berbagai teknik ataupun bahan ajar agar siswa lebih bersemangat untuk mengikuti pelajaran, namun hal itu tidak dihargai oleh sebagian peserta didik. Tidak itu saja, justru selama proses pembelajaran berlangsung, peserta didik tidak menghiraukan perintah guru. Selama jam pelajaran mereka justru lebih asyik berbicara hal yang tidak penting, mengusik teman, bahkan atribut sekolah seperti dasi menjadi mainan mereka selama 2 jam pelajaran. Hal yang paling sering kita jumpai, tugas soal yang diberikan guru tidak pernah selesai dikerjakan bahkan setelah dibawa pulang pun tetap dibawa kembali dalam keadaan yang sama. Bahkan mereka tidak segan-segan untuk menaikan salah satu kakinya ke atas kursi saat proses belajar mengajar berlangsung.

Dengan apa yang telah dilakukan mereka, sudah tentu hasil evaluasi belajar mereka menghasilkan nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal. Jika hal ini terjadi siapa yang disalahkan? Sudah tentu guru. Guru dianggap tidak berkualitas. Padahal banyak cara sudah dilakukan guru untuk membuat mereka sadar akan pentingnya belajar. Teguran demi teguran juga tentu sudah sangat sering dilakukan oleh guru. Mulai dari guru mata pelajaran, wali kelas sampai guru Bimbingan Konseling. Komunikasi kepada orang tua tentang perkembangan anak mereka disekolah pun sudah dilakukan. Sebagian orang tua sangat mendukung guru terhadap kebijakan sekolah, mereka memberikan sepenuhnya wewenang terhadap guru jika memang anaknya melakukan kesalahan dan harus diberi sanksi.

Tetapi, tidak sedikit juga orang tua yang justru selalu menyudutkan guru. Apa yang dilakukan oleh guru sesuai prosedur sekolah mereka anggap menekan anak mereka. Bahkan ada orang tua yang tidak bisa terima apa yang dilakukan guru walaupun sesuai dengan peraturan dan prosedur sekolah. Mereka justru memberikan ancaman terhadap guru. Secara tak langsung, mereka justru membela kesalahan anak mereka. Membenarkan prilaku-prilaku yang tidak pantas dilakukan seorang peserta didik terhadap guru. Hidup guru pun terancam dan nama baik sekolah pun menjadi buruk karena ulah anak mereka. Pemanggilan orang tua kesekolah disaat anak mereka bermasalah justru dianggap menyusakan mereka. Guru harus menerima bulat-bulat pelakuan peserta didik dan harus menyelesaikan sendiri permaslahan peserta didik tanpa harus membuat surat panggilan orang tua.

Mereka tidak mau diposisikan sebagai yang bersalah, tetapi mereka juga tidak membantu guru dalam membimbing, mengajar, mendidik anak mereka. Contoh yang paling sepele, disekolah tidak membenarkan siswa berkuku panjang tetapi dirumah mereka dibiarkan berkuku panjang. Disekolah tidak membenarkan siswa-siswi mengecat rambut berwarna pirang, namun dirumah mereka tidak mendapat teguran untuk mengecat rambut sesuai keinginan mereka. Sekolah mengharapkan peserta didik berpakaian rapi, bersih dan lengkap, tetapi keluar dari rumah mereka tidak berpakaian rapi dan tidak bersih. Bahkan anak mereka dibiarkan kesekolah menggunakan sendal jepit bukan sepatu. Bukan karna mereka tidak mampu beli sepatu, tetapi memang sengaja tidak menggunakan sepatu datang kesekolah dan masuk lingkungan sekolah.

Apalagi yang dapat kami lakukan sebagai guru jika orang tua tidak membantu kami dalam mendidik anak mereka. Perlakuan orang tua siswa terhadap guru sangat menindas harga diri guru dihadapan peserta didik. Bahkan salah sedikit saja cara guru mengatasi peserta didik maka dengan seribu langkah orang tua siap melaporkan guru kepada yang berwajib. Mengancam hidup guru bukan hal yang tabu lagi. Apapun yang anak mereka lakukan disekolah selalu benar dan guru selalu salah. Jika hal ini terus terjadi, maka tidak tertutup kemungkinan guru akan membiarkan apapun kesalahan atau kejahatan yang dilakukan oleh peserta didik, mau belajar silakan, mau tidak terserah. Mau ikut peraturan silakan, mau tidak terserah. Guru cukup melaksanakan tugas mengajar dikelas dan memberi nilai, demi tidak terancamnya hidup guru. Tapi hal ini pasti berdampak buruk terhadap peserta didik lain yang mengikuti proses belajar dan peraturan sekolah dengan baik.

Rasanya program pemerintah untuk mengratiskan biaya sekolah hanya terbuang sia-sia. buku-buku paket mata pelajaran yang dipinjamkan secara gratis oleh sekolah melalui biaya dana bos pun terbuang begitu saja, buku tersebut tidak dirawat bahkan untuk menyampulnya dengan harga 2.000 rupiah saja tidak dapat dilakukan. Hal yang paling miris, buku-buku tersebut tidak pernah dibuka atau dibaca bahkan hilang entah kemana. Orang tua merasa tidak akan rugi apa-apa jika anaknya gagal. Karna mereka tidak merasa terbebani dengan biaya sekolah anak mereka karena gratis. Dengan hal ini semua, saya menghimbau kepada seluruh para orang tua, bantulah guru yang akan memberikan ilmu pengetahuan kepada anak-anak kita, hargai guru sebagai orang tua pengganti disekolah, dukunglah apa saja kebijakan sekolah yang telah dibuat. Jangan musuhi mereka!, jangan ancam dan menyudutkan mereka!. Apa yang dilakukan oleh guru tentunya untuk kebaikan anak-anak generasi kita. Ingatlah anak adalah aset kita didunia maupun diakhirat. Jangan sia-siakan mereka dengan pola suh yang salah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post