Babtisan Zebua

Kerjaku Kudoakan Doaku Kukerjakan...

Selengkapnya
Navigasi Web
Cukup dihormati, tak untuk ditakuti

Cukup dihormati, tak untuk ditakuti

**Cukup Dihormati Tak Untuk Ditakuti**

Oleh : Babtisan Zebua

Jarum jam menunjukkan pukul 07.15 tepat, lonceng panjangpun dibunyikan. Setelah lonceng berbunyi seluruh siswa/i akan langsung berbaris sesuai kelas masing-masing. Setiap ketua kelas akan berdiri paling depan sambil sesekali memeriksa kerapian barisan siswa/i di kelasnya masing-masing. Tiga menit adalah waktu paling lama untuk seluruh siswa/i sudah berbaris rapi. Ini menjadi kebiasaan baru di sekolah sejak Pak Syamsul menjabat sebagai sebagai Kepala Sekolah baru menggantikan Pak Sozi yang sudah mengakhiri masa purna bakti.

Masih jelas diingatan kala pertama kali Pak Syamsul memperkenalkan diri sebagai Kepala Sekolah baru di sekolah kami. “Jasmerah”, jangan sekali-kali meninggalkan sejarah, adalah kata pertama beliau ketika memulai perkenalannya. "Jasmerah" adalah semboyan terkenal yang pernah diucapkan Soekarno (Presiden Indonesia yang pertama), dalam sebuah pidatonya. Semboyan ini dikutip oleh Pak Syamsul untuk mengingatkan dirinya yang memiliki nama panjang Syamsul Bahri. Diungkap beliau bahwa setiap nama adalah bagian dari sejarah keluarga masing-masing. Begitupun nama Syamsul Bahri diberikan oleh kedua orangtuanya karena terinspirasi dari nama salah satu pemeran tokoh film Siti Nurbaya yang lagi trending masa itu. Dalam candaannya beliau mengatakan “Jangan seperti orangtua saya nanti kalau buat nama anak. Misalnya lagi trending film “Jomblo”, nama anakpun jadi Jomblo, nasibnyapun jadi jomblo terus hingga ubanan”. Sontak mengundang riuh ketawa seluruh siswa/i memecah keheningan pagi itu. Memang Pak Syamsul jagonya ngelawak. Bisa deh jadi peserta “Stand Up Komedi”.

Tapi lama kelamaan kebiasaan beliau yang suka bercanda mulai terkikis. Beliau menjadi sosok yang menakutkan walau perawakannya tidak menunjukkan beliau seorang sosok yang ditakuti. Terkadang sosoknya menjadi misterius. Tak bisa ditebak kapan dia marah, tak ada panas tak ada hujan, tiba-tiba marah tak tentu arah. Apa gerangan yang menimpa dirinya sehingga membuatnya berubah tiga ratus enam puluh derajat, ataukah ini sifat asli beliau yang terselubung selama ini?. Kami sebagai orangtuamu di sekolah “cukup dihormati, tak untuk ditakuti” adalah perkataan beliau saat mengakhiri kata-kata perpisahannya pagi ini. Beliau akan ke kembali ke kota asalnya. Rasanya campur aduk ketika mengetahui kalau mulai besok, kami takkan bertemu beliau lagi di sekolah.

^13 Desember 2020^

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren pentigrafnya Salam.lterasi

13 Dec
Balas

Trimakasih bu...salam kenal

15 Dec

siiiippppp tulisannya. muatan nilai-nilai di dalamnya. salam sukses bu.

13 Dec
Balas

Trimakasih bu...salam kenal

15 Dec

Keren pentigrafnya, Bun. Sarat pesan moral. Sukses selalu untuk Bunda Baptisan Zebua.

13 Dec
Balas

Trimakasih bu...salam kenal

15 Dec



search

New Post