Katanya hidup itu indah seperti matematika, manambahkan kebaikan, mengurangi keburukan, mambagikan berkat , dan mengalikan sukacita.

Nyatanya tak seindah itu ketika ketemu positif apalagi negatif. Kenyataan yang sulit kala harus memaksimalkan positif di situasi negatif, dan meminimalkan negatif di situasi positif.

Sesuatu hal yang tidak mudah dijalani kala masa-masa negatif menghampiriku, aku tak bisa menghindarinya, karena sungguh sang pemilik waktu telah memilihnya untuk kulalui.

“Apa yang harus kubuat?” tanyaku dalam hati.

Ketika kubuka mataku, seakan semua pintu tertutup. Kupandang sekelilingku seakan tak seorangpun bisa menolong. Aku hanya diam terpaku merenung kisah yang tiada akhir.

Hati berteriak,“mengapa direnggutnya kebahagiaannku?”. Sesaat kupejamkan mata, kutenangkan jiwa.

Selaksa peritiwa tersimpan tentangmu, dikau yang telah pergi dan tak mungkin kembali. Walau ku tak ingin, ku harus berhenti berharap. Seperti bunga mekar di pagi hari, layu di sore hari. Sesingkat itu waktu tuk dijalani, tak terasa namun membekas.

Apakah benar perjalanan ini sangat menyedihkan atau hanyalah sepenggal lagu melegenda?. Hujanpun belum menyurutkan niatnya berhenti, dingin malampun menusuk hingga ke tulang. Tak terasa pilu tangis tak bersuara bersembunyi di balik selimut.

Menangis takkan mengembalikan dia yang telah tiada, hanyalah melepas rinduku padanya. Menangis takkan menyelesaikan semuanya, hanyalah menghilangkan sesak di dada. Setidaknya menangis bisa menghilangkan sedikit rasa sakit itu.

#sepenggal cerita lalu#