Badriah

Badriah mengajar di SD sebagai sukarelawan, 10 tahun menjadi guru SMP, dan sekarang mengajar di SMA....

Selengkapnya
Navigasi Web

Hari Ke-53 Guru Minimalis, Bolehkah?

Kata orang, jadi guru zaman sekarang (mah) enak. Ada sertifikasi, ada tunjangan daerah, ada ini, ada itu. Bisa kebeli mobil, bisa nyicil rumah, bisa berdaya. Ngajarnya juga enak, tinggal stel video, anak anteng nonton. Itu tinjauan dari luar menyoal sisi finansial guru, bagaimana dengan sisi lainnya?

Tahun ajaran baru dijalani belum setengah semester. Namun dalam waktu sesingkat itu, bagi sebagian guru telah banyak hal dan ihwal yang membuatnya mulai banyak merenung, menimbang-nimbang, dan meninjau ulang sisi profesionalisme yang langsung terkait pada kinerja dan penghargaan dalam bentuk finansial yang disinggung di atas tadi. Hal-hal rutin mulai dari perencanaan mengajar dalam bentuk dokemen, menyiapkan materi ajar agar sesuai denan tuntutan kompetensi dasar, penilaian yang seolah berputar-putar pada tidak ditemukannya data yang menggambarkan kompetensi siswa yang sesungguhnya, sampai pada pengembangan profesi guru (baca: penulisan ilmiah dan karya inovasi), semuanya menimbulkan KELELAHAN yang panjang.

Dari sisi pekerjaan, pekerjaan guru seolah tiada henti, sangat banyak, dan tiada akhir. Contoh kecil yang tiada henti dikerjakan adalah membuat rencana pembelajaran (RPP). Para guru telah sangat biasa dan terbiasa membuat RPP, pun, mereka sangat hafal bagaimana cara membuatnya. Namun, RPP tetap menjadi tantangan yang seolah tiada akhir. Para guru mencoba membuat RPP ‘terbaik’, sayangnya, belum lagi kebanggaan muncul karena telah membuat RPP sendiri selesai, RPP dikritik berbagai pihak karena kurang ini, kurang itu; kurang-kurang sabar, guru bisa saja merasa kerja kerasnya tidak dihargai.

Melihat pekerjaan guru secara administratif yang relatif banyak. Sepertinya kita harus mencoba jadi guru minimalis. Lha apa boleh?

Selama ini RPP menjadi dokumen yang menimbulkan banyak huru hara karena alasan banyak kurangnya. Pembuatan RPP dengan format dan aspek yang diamanatkan Peraturan Menteri membuat guru terpaksa mengontrol kreativitas. RPP harus sesuai dengan anjuran Peraturan Menteri. Di sisi lain, banyak sekali ahli pendidikan dan praktisi pendidikan mengajukan cara membuat rencana pembelajaran yang tidak ribet. Fokus pembuatan rencana mengajar pada aktivitas yang akan dilakukan sehingga guru merasa dituntun, diingatkan, dibawa kearah mengajar yang direncanakan. RPP yang selama ini dibuat, tidak sedikit membuat guru baru dan juga guru-guru lainnya yang sudah banyak melahirkan guru, geleng-geleng kepala dan bingung harus melakukan salin-rekat yang mana dan mulai dari mana.

Tessa Woodward, seorang ahli pada bidang perencanaan pengajaran mengatakan bahwa I can plan a lesson in about ten minutes, jotting down a few notes on a piece of paper. Mengacu pada penjelasan Woodward, merencanakan pembelajaran dilakukan dalam waktu relatif sebentar (10 menit), ditulis dengan cepat pada selembar kertas.

Melirik cara kita membuat RPP, tidak bisa ditulis cepat, tidak pula bisa ditulis di atas kertas. Tidak bisa ditulis karena kita tidak hafal Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, bahkan bukan tidak mungkin tidak bisa menulis tujuan pembelajaran karena syarat membuatnya yakni dengan cara ‘dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan” (Lihat Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses hal. 15).

Guru bukan tidak mampu membuat rencana mengajar yang baik, masalahnya cara membuat RPP yang sekarang ditawarkan tidak memiliki nilai kepraktisan dan tidak memiliki fungsi sebagai dokumen yang membantu guru untuk lebih optimal dalam mengajar. Tidak jarang RPP berfungsi sebagai dokumen pemenuhan administrasi. Merencanakan mengajar menurut Haynes (2010) bisa dengan construct detailed typed outlines; others rely on the brief notes that are hand written (bisa rinci sekali seperti yang dituntut pada Permendikbud nomor 22 tahun 2016, namun bisa pula dibuat dengan ringkas ditulis tangan).

Adanya peluang membuat rencana mengajar yang praktis, hal ini menawarkan kepada guru alternatif dalam menulis RPP.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Membuat rencana mengajar yang praktis, seperti apa dan bagaimana?

11 Sep
Balas

Rencana memuat tujuan, langkah dan sumber belajar

11 Sep

terima kasih Miss, bagiku sebuah ilmu baru!

11 Sep
Balas



search

New Post