Badrul Munir

Badrul Munir Lahir di Sampang. Riwayat pendidikannya ditempuh sejak tingkat dasar hingga menengah di kampung kelahirannya, Desa Pulau Mandangin. Alumni SD...

Selengkapnya
Navigasi Web

Memupuk Karakter Religius

#TantanganMenulisGurusiana

Hari Ke-12

Bekal yang paling dibutuhkan seseorang dalam menjalani kehidupannya adalah ilmu dan karakter. Ilmu berfungsi sabagai penerang yang menyinari manusia dalam menapaki jalan kehidupan. Ia seperti layaknya mercusuar yang menjadi penunjuk arah. Dengan ilmu, orang akan lebih siap dan terampil dalam berkiprah di tengah kancah kehidupan. Sedangkan karakter berfungsi laksana piranti yang membentuk jati diri seseorang. Karena itu, kesuksesan seseorang tidak hanya ditentukan oleh seberapa tinggi ilmunya. Akan tetapi, juga ditentukan oleh seberapa tangguh karakternya.

Orang bisa saja memiliki ilmu yang tinggi lagi banyak. Namun, bila karakternya lemah, ilmu itu tidak akan banyak membantunya ketika menghadapi masalah. Karena itulah, di banyak negara, pendidikan karakter mendapatkan perhatian yang sangat serius. Ternyata, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditopang dengan karakter yang baik, akan dapat mencetak seorang anak yang luar biasa hebat. Tokoh-tokoh nasional Indonesia, yang telah gugur dalam membangun dan memertahankan negara, menjadi contoh yang sangat nyata dalam hal ini.

Sebagai contoh Bapak BJ. Habibi. Baik di dalam maupun di luar negeri, ia dikenal sebagai orang yang cerdas secara intelektual. Kemampuannya dalam merancang pesawat serta beragam jenis teknologi lainnya, menjadi bukti nyata akan tingkat kognitifnya. Namun siapa sangka, dibalik semua yang diperolehnya, dia memiliki karakter religius yang sangat kuat. Kebiasaannya melakukan puasa sunnah senin kami menunjukkan betapa kuatnya karakter itu. Hal itu tampak tercermin kuat di dalam kesehariannya yang intelek tetapi bergaya sederhana.

Para tokoh pahlawan juga merupakan orang-orang yang cerdas. Disamping pintar, mereka juga memiliki karakter-karakter yang baik yang membuat mereka sanggup mengorbankan jiwa raganya demi kepentingan masyarakat nusantara kala itu. Berani, siap membela kepentingan masyarakat, mau berkorban, jujur dan pantang menyerah merupakan karakter yang mereka miliki. Dengan ditopang karakter seperti itulah pada akhirnya Indonesia terlepas dari penjajahan militer.

Saat ini, dunia pendidikan di Indonesia menggalakkan pemberian pendidikan karakter pada anak didiknya. Tentu saja penanaman karakter itu sangat penting karena dengan karakter yang kuat seorang anak didik akan memiliki daya saing dan daya juang dalam mengarungi kehidupan.

Diantara semua karakter yang ada, menurut saya, karakter religius perlu mendapat perhatian yang lebih. Alasannya, bila karakter religius kuat, maka karakter yang lain akan mengikuti. Oleh krena itu, perlu penanaman karakter religius yang terus-menerus di setiap level pendidikan. Lantas, bagaimana menanamkan karakter religius yang kuat?

Menurut hemat saya, penanaman karakter religius harus dimulai dari pondasi yang paling dasar. Maksudnya, peserta diidk perlu diberi pemahaman yang kuat terlebih dahulu terkait dengan konsep aqidah atau keyakinan. Pemahaman yang kuat tentang tauhid akan membawanya menjadi orang yang bersikap obyektif dalam memandang persoalan.

Tauhid atau aqidah menjadikan manusia untuk fokus pada hubungannya dengan Sang Maha Pencipta dan Maha Pengatur. Keyakinan bahwa alam semesta, manusia, dan kehidupan itu ada tidak dengan sendirinya. Akan tetapi, ketiganya adalah hasil ciptaan Zat yang Maha Pencipta sekaligus Yang Maha Mengatur. Keiamanan seperti ini jelas membawa manusia menjadi selalu bertafakur. Pada tataran berikutnya, ia akan selalu mawas diri dan menyadari bahwa segala perbuatan yang dia lakukan selalu dipantau oleh Tuhan.

Bila perasaan itu muncul, dapat dipastikan ia tidak akan pernah melakukan perbuatan yang dapat menyakiti atau merugikan orang lain. Bila ia kelak menjadi pejabat, pasti tidak akan berani korupsi. Pasalnya, ia tahu betul bahwa setiap tindakannya selalu diawasi oleh Allah Swt. Bahkan terkait dengan harta, kelak di hari kiamat akan ditanya dengan dua pertanyaan. Yaitu dari mana memerolehnya dan dibelanjakan untuk apa. Dengan begitu, ia pun menyadari bahwa dunia ini hanyalah sebutir debu. Ia pun insaf untuk selalu berbuat sesuai prosedur.

Keyakinan kuat terhadap keberadaan Tuhan, akan membawa yang bersangkutan pada ketundukan total pada aturan-Nya. Ia pun selalu berusaha menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dengan begitu, ibadah yang ia kerjakan, dilakukan secara mandiri. Artinya, ia tak pelu lagi disuruh atau diperintah orang tuanya. Pasalnya, ia melakukan semuanya berdasarkan kesadaran pribadinya. Nah, seperti itulah seharusnya kita menanamkan karakter religius.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post