Bagus Sasmito Edi Wahono

Guru Bahasa dan Sastra Indonesia, Pegiat Literasi dan Ketua Dewan Kesenian Gresik...

Selengkapnya
Navigasi Web
MENILAI BUKU DARI SAMPULNYA (2)

MENILAI BUKU DARI SAMPULNYA (2)

Di awal-awal dulu dia pernah juga menggerutu, mengatakan bahwa sekarang banyak orang merasa sok tua, sementara orang-orang yang sudah benar-benar tua malah tak mau disebut tua. Kehidupan ibarat pentas sandiwara. Ada orang jujur yang tak pernah mujur, dan orang yang jahat malah selamat. Katanya dunia masih lama kiamat. Sungai masih bisa mengalir dari gunung ke desa, ke kota, ke muara, ke laut, bersama sejumlah besar sampah dari orang-orang yang tak bertanggung jawab. “Omongan apa itu!”

Hari ini hari minggu, sengaja aku bermalas-malasan di kamar kos. Aku masih sedikit mengantuk sebab sehabis sholat subuh tadi kulanjutkan mengetik tugas kuliah yang semalam belum sempat kuselesaikan. Aku rebahan di kamar tidur, memandang ke luar melalui jendela kamar kosku yang terbuka. Seperti biasa  selalu ada burung gereja yang berjemur dengan bulu-bulunya yang seperti warna kayu. Lagi-lagi aku ingat kata-katanya,

“Suatu saat nanti burung-burungtidak akan bisa lagi bernyanyi, mereka akan kehilangan bahasa.”

“Ah.. dasar pemimpi!”

Sementara angin pagi masih semilir dan awanberwarna putih berpadu biru muda beranjak meninggalkan sang fajar yang semakinmengembang.

Aku tersentak oleh bunyi nada dering telepon genggamyangtiba-tiba berdering. Suaranya keras sekali. Nadanya seperti lagu rock atau apa yang iramanya menghentak-hentak. Lama sekali telpon tak diangkat, hampir dua atau tiga menit mungkin. Teman-teman tetangga kamar kos sudah pasti merasa risih dan terganggu. Bahkan sebagian ada yang keluar mengintip dengan wajah kesal. Rupa-rupanya dia yang menyebalkan telah bertengger di kamarnya. Aku mendengar dia sedang berbicara dengan suara cukup keras setengah berteriak.Maklum kamarku dan kamarnya berhadap-hadapan.

“Halo? Ya? He! Telepon dari mana kau?”

Entah dia berbicara dengan siapa aku hanya bisa mendengar lewat balik pintu kamar ku. Dia berbicara sepertinya serius dengan seseorang melalui telepon genggamnya.

“Sorry ya! Rahasia! Sekarang tidak ada waktu ketemu. Kalau ada perlu, telepon saja, ini nomorku, dan bla bla bla ”

“Takut?”

“Tidak akan.”

“Apalagi itu, sorry ya!.”

Hanya itu yang bisa ku dengar.

Percakapan yang kudengar layaknya orang sedang bertengkar. Ia keluarkan kata-kata umpatan dengan keras tanpa peduli orang lain mendengarkannya dari balik pintu-pintu kamar, bahkan beberapa kali dia mengucapkan kata-kata kasar dan kotor. Ah.. benar-benar menyebalkan.

Saat tahu aku melihatnya dari balik jendela, dia malah melotot sambil masih tetap berdiri dengan telpon genggamnya yang masih menempel di telinganya. Berbicara dengan gayanya yang setengah membentak-bentak. Mendengar yang dibicarakannya akan membuat puyeng kepala.

“Pertemuannyatidak penting! Buat apa?”

“Aku tidak terima tamu.”

Lagi-lagi dia setengah membentak.

Ketika percakapan di telepon selesai, kembali lagi ia menjadi misteri bagiku dan mungkin bagi kawan-kawan yang lain karena sikapnya yang menyendiri dan tidak mau peduli dengan lingkungan serta orang lain sehingga dia lupa akan teman atau bahkan mungkin pasangan hidup.Sebetulnya peristiwa seperti pagi ini tidak untuk yang pertama kalinya. Berkali-kali sudah ia bikin keributan di rumah kos, entah itu  bicara keras lewat telepon, berteriak-teriak sendiri atau kadang membanting benda dengan sangat keras bahkan pernah meninju-ninju tembok kamar sehingga seisi rumah kos menjadi panik dan terganggu.

Kami semua, penghuni rumah kos sudah hafal akan perilaku buruknya. Malah-malah banyak yang berharap ia segera pindah, pergi dari rumah kos ini.

Kapan hari aku mendengar ada informasi dari beberapa teman, sepertinya diamau pindah kos tapi kemana aku tak tahu.Kalau aku bertanya pasti jawabannya bukan urusan mu. Dan memang benar, setelah beberapa hari ini diamemang tidak pernah lagi kelihatan. Kamar kosnya selalu rapat terkunci dengan lampu kecil yang selalu menyala. Aku sedikit khawatir, jangan-jangan ada apa-apa dengannya. Bahkah aku mengkhawatirkan ia mengalami sesuatu, dikeroyok orang mungkin, atau apalah. Aku mencoba mencari info ke beberapa orang yang mungkin kenal tapi semua menggeleng. Aku mencari nomor kontak dia ke beberapa teman barangkali ada yang menyimpan sebab beberapa nomor hpnya yang kusimpan ternyata semua tidak bisa kuhubungi, dia memang selalu ganti-ganti nomor.Berkali-kali kupencet nomor hpnyasemua jawaban mengatakan bahwa nomornya tidak aktif. Ah.. benar-benar orang aneh.Dia sirna seperti asap diguyur hujan.

Hampir sebulan aku benar-benar dibuatnya penasaran. Segala  penjuru kampus sudah kutelusuri, beberapa ruang kelas, perpustakaan, ruang-ruang sekretariat UKM, kantin, taman bahkan tempat-tempat yang sangat jarang dijamah mahasiswa, semuanya telah kusinggahi, tapi tetap saja hasilnya nihil. Ia benar-benar lenyap seperti ditelan bumi.

Hari ini aku berkesempatan menjadi salah satu wakil senat mahasiswa untuk mengikuti kegiatan temu SEMA  yang diselenggarakan gabungan beberapa perguruan tinggi negeri swasta se-kota Malang. Salah satu kegiatan ialah seminar bertajuk pemuda di era globalisasi. Bertapa terkejutnya aku sebab salah satu pembicara adalah Herry teman se-kosku yang sebulan ini tak pernah muncul di rumah kos, sebulan ini tak ada kabar beritanya, dan sebulan ini tidak pernah berbicara keras dan kasar di kamarnya, membanting-banting benda dan memukul tembok. Lebih terkejut lagi ternyata dia kuliah di beberapa tempat, menjadi penulis dan entrepreneur muda yang berbakat. Waw .. benar-benar tak kuduga. Sangat jauh berbeda penampilannya dengan saat ia berada di kos meskipun aku tetap mengenalinya dari rambut panjangnya yang kali ini dikuncir.

Aku jadi malu kepada diriku sendiri. Selama ini aku mengenal Herry sebagai orang yang kekanak-kanakan, norak, selalu bikin keonaran dan tak berguna. Penampilan ternyata hanyalah casing. Inti dari jati diri seseorang ternyata bukan dari casingnya.

Aku benar-benar tersindir, saat berbicara sebagai narasumber tadi ia mengatakan bahwa memang kemampuan dalam berpenampilan akan menjadi salah satu hal yang pertama kali di pandang dalam diri seseorang. Terkadang seseorang dapat dinilai baik atau buruk dari caranya berpenampilan. Meskipun tidak selamanya dapat didevinisikan seperti itu, karena terkadang kepribadian seseorang bisa saja bertolak belakang dengan penampilannya.

Siapapun bisa berpenampilan cantik atau tampan, tetapi belum tentu berkepribadian yang cantik dan tampan pula. Oleh karena itu ia katakan bahwakita tidak bisa menghakimi begitu saja seseorang dari apa yang kita lihat dari luar, dalam hal ini adalah penampilannya.

            Hari ini aku belajar tentang kehidupan. Aku belajar dari Herry teman kosku yang selama ini kupandang sebelah mata, Ternyata  semua sisi kehidupan baik dalam bidang karir, kehidupan sosial, lingkungan kemasyarakatan atau bahkan percintaan, kita akan selalu dinilai berdasarkan penampilan. Kita memang dibesarkan agar tidak menilai buku dari sampulnya, namun jujur saja itu nasihat yang sangat tidak praktis karena hanya bisa dilakukan oleh orang yang telah mendapat kesempatan untuk mengenal diri kita secara pribadi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post