BAIQ SUMIATI, S.HI

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Nikmatnya Sedekah

“Tumben pembeli sepi amat ya. Jualan sampai jam segini belum habis. Modal aja belum balik,” ucap pedagang bakso cilok keliling kepada temannya sesama penjual keliling. Mereka sedang berjualan di area pengungsian.

“Iya, ice creamku juga hanya beberapa yang laku.”

Dari sudut timur pengungsian, terdengar rengekan seorang anak yang ingin membeli bakso cilok. “Sabar Nak, Ibu gak punya uang untuk beli,” ucap seorang Ibu menenangkan anaknya. Alih-alih tenang. Malah tangisan anak itu makin menjadi.

Gegas, pedagang bakso cilok itu membungkus baksonya lalu memberikannya kepada anak yang sedang menangis tersebut. Pedagang bakso tersebut tidak tega melihat seorang anak korban gempa menangis ingin menikmati baksonya.

“Kamu ini gimana, tau dagangan sepi, malah sok-sokan sedekah. Gimana mau balik modal, kalo baksomu kamu sedekahin terus,” Gerutu pedagang ice cream kepada temannya.

“Ah, gak apa-apa. Rezeki Allah yang atur. Kasihan mereka sudah kehilangan rumah. Apa salahnya kita menghibur mereka dengan sedikit berbagi,” ucap dagang bakso dengan santai.

“Kamu itu, terlalu baik jadi orang. Tapi, masih aja kismin. Aku mah males, sedekahin ice creamku. Lebih baik encer daripada aku sedekahin.”

“Huss, gak boleh ngomong begitu. Sedekah itu gak akan membuat kita rugi.”

“Pak, tolong baksonya dibagikan kepada semua anak-anak pengungsi ya. Hitung berapa harganya. Ntar saya yang bayar,” ucap Ustad Ruzain, tiba-tiba nongol di hadapan pedagang bakso.

“Masyaallah, beneran Ustad?” tanya pedagang bakso dengan manik mata berkaca-kaca.

“Ya iya lah, masa aku becanda,”Ustad Ruzain menyodorkan tiga lembar uang pecahan seratus ribu.

“Ini kelebihan Ustad.”

“Gak apa-apa ambil aja untuk anak dan isteri Abang,” sahut Ustad Ruzain lembut.

“Masyaallah, terima kasih Ustad,” dia tidak menyangka bakso ciloknya akan diborong bahkan dapat bonus.

Melihat rezeki nomplok pedagang bakso. Pedagang ice cream itu menawarkan dagangannya kepada Ustad Ruzain.

“Ustad, gak sekalian ice cream juga? Anak-anak pasti makin senang. Habis makan bakso minum ice cream,” ucapnya penuh harap.

“Anak-anak, ada yang mau ice cream? Yang mau boleh ambil ya,” Ustad Ruzain menghibur anak-anak di pengungsian dengan membelikan mereka makanan.

“Aku mau Ustad,” ucap anak-anak serempak.

Mereka berebut mengambil ice cream. Tentu pedagang ice cream itu merasa senang.

“Yaaah, ice cremnya encer. Gak enak,” salah satu anak kecewa karena ice cremnya hancur.

“Yaaah, ini juga hancur,” ucap anak-anak yang lain. Akhirnya mereka mengembalikan ice cream tersebut kepada pedagangnya. Mereka tidak jadi membeli karena semua ice cream itu encer. Nampak pedagang ice cream tersebut menunduk lesu. Tidak percaya jika ice cremnya bisa encer secepat itu. Dengan kejadian itu, dia semakin yakin bahwa setiap perkataan itu adalah doa.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi

09 Apr
Balas

Ceritanya sangar menarik bun senang saya me.bacanya

09 Apr
Balas



search

New Post