“Bukankah Allah telah membuatkan banyak jalan untuk kalian bersedekah? Sesungguhnya pada setiap tasbih satu kali itu terhitung sedekah, setiap takbir satu kali itu sedekah, setiap tahmid satu kali itu sedekah, setiap tahlil satu kali itu sedekah, mengajak orang kepada kebaikan itu sedekah dan melarang orang dari kemungkaran itu juga sedekah. Bahkan pada kemaluan (pasangan sah suami istri-red) seorang di antara kalian ada sedekahnya.” (Hadits ‘Arbain ke-25)

“Horeeee, Tante Inara datang,” Ratih sumringah, melihat kedatangan Inara bersama Ustad Ruzain. Ratih segera menghamburkan tubuhnya dalam dekapan Inara. Tiga hari menginap di rumah Ibu mertuanya, membuat Ratih rindu berat.

Ratih menceritakan banyak hal, saat Inara tidak ada dirumah. Namun, cerita Ratih terpaksa harus terhenti. Saat tiba-tiba terdengar suara gemuruh yang diikuti goncangan. Goncangan itu semakin lama semakin kuat. Semua barang-barang jatuh berserakan. Suasana menjadi panik. Terdengar pekikan histeris para warga, “gempa, gempa, gempa.” Gegas ustad Ruzain mengajak Inara dan yang lainnya keluar menyelamatkan diri. Khawatir rumah mereka akan ambruk.

“Astagfirullah.”

“Allahuakbar.”

“Gempa, gempa.”

“Sakit, toloooong,” suara dzikir, tangis dan rintihan, berbaur. Lampu penerang seketika mati. Gelap, isu tsunami kian santer terdengar. Suasana kian mencekam. Rumah-rumah seketika rata dengan tanah. Mayat-mayat bergelimpangan. Innailaihi wainnailaihi rojiun.

Warga yang selamat berhamburan menuju tempat yang lebih tinggi. Khawatir jika tsunami benar-benar terjadi. Lombok disapa gempa 7,0 SR.

Bersambung