BAIQ SUMIATI, S.HI

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Nikmatnya Sedekah

“Mama, Tante, aku takut,” Isak Ratih.

Di tempat pengungsian, Ustad Ruzain selalu mengingatkan warga agar terus berdzikir dan saling melindungi. Gempa susulan masih terus berlanjut. Malam itu, warga yang selamat tidur di tanah dilapang. Beralaskan tanah beratapkan langit. Jerit tangis bayi-bayi tak berdosa memilukan hati. Badan mereka terlalu pucuk untuk diajak berpetualang di tengah pekatnya malam. Bayi tak berdosa itu meronta dalam dekapan dingin angin malam. Ibu-ibu hamil mendadak kontraksi. Suara sirine ambulance memecah kegamangan. Allah, begitu dahsyat ujian-Mu.

Keesokan harinya, sumbangan dari berbagai pihak berdatangan. Warga yang tidak terdampak gempa berlomba-lomba memberikan sedekah terbaiknya untuk para korban gempa.

“Marwan, kamu gak ikut nyumbang untuk korban gempa? Sedekah itu banyak pahalanya loo,” ucap Tarnok.

“Gimana aku mau sedekah Nok. Kamu tahu sendiri rezeki sedang seret.”

Ustad Ruzain yang kebetulan mendengar percakapan Tarnok dan Marwan ikut nimbrung pembicaraan mereka.

“Pak, sedekah itu tidak hanya berupa harta saja. Bapak bisa juga sedekah dengan tenaga, bahkan senyum pun termasuk sedekah. Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Saba:39 yang artinya:

“Sesungguhnya tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya). Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.”

Yang mampu bersedekah dengan harta silahkan. Yang mampu bersedekah dengan tenaga silahkan. Bisa bantu membuat tenda darurat atau membersihkan runtuhan gempa. Bahkan tersenyum dan menghibur korban gempa termasuk sedekah. Semua akan Allah berikan ganjarannya,” Ustad Ruzain memberikan pencerahan.

“Saya gak punya harta untuk sedekah Ustad. Saya siap membatu para korban gempa dengan tenaga saya Ustad ,” Ucap Mardan dengan mantap.

Di tempat lain, Inara, Kak Hilma dan Ratih sibuk menyiapkan sembako yang akan mereka sumbangkan kepada korban gempa. Inara sangat gemar bersedekah. Dia mengikuti jejak almarhum Ayahnya yang rajin bersedekah.

Inara yakin, hartanya tidak akan pernah habis meski sering disedekahkan. Sedekah itu, ibarat mematahkan pucuk pohon. Jika di patahkan akan tumbuh pucuk baru yang lebih banyak. Begitulah sedekah, sesui dengan janji Allah. Harta yang di sedekahkan akan dilipat gandakan.

Bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post