Bani Chajar

Guru fisika SMA 2 Semarang. Memiliki minat menulis dan hobi badminton. Sesekali suka travelling....

Selengkapnya
Navigasi Web
Sudah Tradisi ...

Sudah Tradisi ...

Bupati non-aktif Klaten Sri Hartini pada Kamis (16/3/2017) diperiksa sekitar tujuh jam. Usai pemeriksaan, kuasa hukum Sri Hartini, Simeon Petrus mengatakan uang yang diberikan untuk mengisi jabatan di Klaten merupakan hal yang lumrah terjadi. Menurutnya. hal itu telah terjadi sebelum kliennya menjabat. “Itu kan sudah jadi tradisi. Sebelumnya juga sudah biasa dengan hal begitu,” kata Simeon di gedung KPK Jakarta, Kamis (16/3/2017). Untuk itu, lanjut Simeon, kliennya mengajukan permohonan menjadi saksi yang bekerja sama atau justice collaborator (JC). “Makanya kami ajukan JC untuk bongkar semua. Kooperatif, terbuka nanti KPK dipertimbangkan,” ucap Simeon. (http://nasional.kompas.com/read/2017/03/16/23252451/kuasa.hukum.sri.hartini.jual.beli.jabatan.sudah.tradisi.di.klaten).

Kepala BPSDM Perhubungan Wahju Satrio Utomo mengatakan pengeroyokan senior ke junior sudah menjadi “tradisi” saat pergantian pemain drum band di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP), Cilincing, Jakarta Utara. Kebiasaan ini pun berujung tragedi dengan tewasnya seorang siswa di sana bernama Amirulloh Adityas (18). “Menurut teman-teman almarhum, ada hubungan peralihan pemain drum band dari kakak kepada adiknya. Ini kita perlu teliti lebih lanjut,” ujar Utomo di Ruang Maritim STIP, Cilincing, Jakarta Utara, Rabu (11/1/2017). (http://news.okezone.com/read/2017/01/11/338/1589027/pengeroyokan-siswa-stip-diduga-sudah-tradisi-saat-pergantian-pemain-drum-band).

Tingginya curah hujan beberapa hari belakangan membuat warga Kelurahan Panei Tongah, Kecamatan Panei, Simalungun, resah. Pasalnya, setiap musim hujan apalagi berlangsung deras, lingkungan pemukiman selalu banjir. Seperti yang terjadi Senin (23/1) saat hujan sejak siang hingga sore hari. Kekesalan warga korban banjir ini diungkapkan kepada Siantar 24Jam pada Senin (23/1) jam 14.20 wib. Salah seorang warga yang kesal, Salim (60) kepada koran ini mengatakan, lokasi depan rumahnya sudah menjadi langganan banjir. “Kalo udah hujan deras pasti banjir,” ujarnya. Warga lain, Dedi Sutomo (28) ketika dimintai tanggapannya mengatakan, banjir di kampungnya seolah sudah tradisi. “Udah tradisi, Bang. Padahal dulu waktu masih kebun teh enggak pernah banjir kampung kami ini, Bang,” cetusnya, menyalahkan pihak perkebunan PTPN IV Marjandi.(http://news.metro24jam.com/read/2017/01/24/10684/banjir-panei-tongah-sudah-tradisi).

Kata-kata “sudah jadi tradisi” seolah menjadi pembenaran atas apapun ketidakbaikan yang telah terjadi. Apapun kasusnya, mulai korupsi dalam penentuan jabatan birokrasi, kekerasan dalam pendidikan, sampai banjir. Bagaimana kalau kita coba ubah kalimat “sudah jadi tradisi” ini menjadi sebuah pembenaran untuk kebaikan ? Misalnya, baju-baju kotor ditempatkan sendiri dalam tempat baju yang kotor, atau melihat lantai kotor langsung ambil sapu dan membersihkan, atau setiap sore/malam menyempatkan diri -meski sebentar- untuk selalu membaca buku/mengulang pelajaran hari ini. Sehingga ketika ditanya, :“Wah, tumben rajin” Kita bisa jawab dengan gagah dan mantap, menyaingi tagline iklan sebuah produk makanan ringan yang terkenal :” Sudah tradisi….”.

Bisa ya…..?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post