Basri Wahid

Banyak yang mengatakan bahwa guru yang bernama BASRI WAHID ini salah mengambil jurusan. Pasalnya, karena ia lebih banyak berkecimpung di bidang seni mus...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ketika Aku Memilihmu (bagian II)

Ketika Aku Memilihmu (bagian II)

#Tantanganmenulisgurusiana

#Hari ke 227

Namun aku yakin kegundahan Mira bukan lantaran ia tidak suka dengan ibu tinggal bersama kami. Aku tahu betul watak Mira. Ia bukan tipe wanita yang banyak menuntut, bahkan terkadang ia selalu mengalah demi menjaga keutuhan keluarga. Aku sangat yakin ini pengaruh kedua adik perempuanku, Tiwi dan Siska yang tak suka dengan Mira sejak aku menikahinya.

Aku masih ingat seminggu yang lalu ibu terjatuh di kamar mandi. Kami sudah membawanya berobat ke dokter walaupun hingga kini pinggangnya masih terasa sakit. Aku berpikiran mungkin adik-adikku itu telah menyalahkan Mira yang tak bisa menjaga ibu. Aku tahu watak kedua adikku itu. Kemungkinan besar mereka telah melontarkan kata-kata pedas yang tak pantas untuk Mira. Begitulah selalu. Namun aku tahu persis watak Mira. Ia tak pernah melawan. Ia hanya memilih diam walaupun menahan perasaan sakit.

“Bagaimana kalau aku berhenti saja bekerja, Bang.” Kata Mira tiba-tiba

“Kenapa harus berhenti sayang?”

“Biar aku bisa menjaga Ibu. Aku tak mau disalahkan terus-menerus.” Air mata Mira tiba-tiba tumpah. Ia menangis senggugukan. Aku peluk dia. Sesuai dugaanku Tiwi dan Siska sudah menyalahkan Mira gara-gara ibu terjatuh di kamar mandi.

“Tidak Mira, kau harus bekerja. Kebutuhan kita masih banyak. Kita harus bayar kredit mobil, untuk biaya kuliah anak kita, tentu tak cukup hanya mengharapkan gajiku. Kita cari solusi yang lain.” Begitu kataku menenangkan Mira.

Kupeluk tubunya yang ramping itu. Kami kembali terdiam dengan pikiran masing-masing. Angin laut berhembus agak kencang. Suasana musim angin barat betul-betul terasakan. Deburan ombak yang memecah di tepi pantai itu menghiasi suasana hati kami.

Masih kuingat kenangan dua puluh tahun lalu, ketika kami mengikatkan sebuah janji untuk tetap melanjutkan hubungan hingga ke pelaminan, walaupun begitu banyak rintangan yang menghadang. Keluargaku tak menyetujui hubunganku dengan Mira, kecuali ibu yang berhati lembut. Tapi tak bisa berbuat apa-apa. Ayah dan adik-adikku sangat tidak menyetujui hubungan kami. Pernikahan kami pun dilaksanakan seadanya tanpa pesta seperti orang kebanyakan. Aku dianggap telah membangkang keinginan ayah.

Aku sadar bahwa Mira bukanlah terlahir dari keluarga berada dan keturunan yang baik. Ia terlahir dari keluarga sederhana. Mira merupakan putri sulung Mak Janah yang sudah lama membantu mencucikan pakaian bagi keluarga kami. Ayahnya bukan orang baik di mata masyarakat. Ia adalah mantan narapidana yang pernah terjerat hukum karena kasus perampokan.

Mira tak sempat mengenyam pendidikan tinggi seperti wanita lain karena kondisi ekonomi yang tak memungkinkan, Ia hanya menamatkan sekolah menengah. Berbagai faktor itulah yang mengakibatkan ayah sangat tidak menyetujui hubunganku dengan Mira. Aku sangat paham dengan keinginan ayah agar putra sulungnya memilih istri sesuai keinginannya. Tapi aku terlanjur mencintai Mira.

Apa pun pandangan orang tentang Mira, berbeda dengan pandanganku. Aku memilihnya bukan hanya karena kecantikan parasnya, tetapi kecantikan hatinya. Aku tahu betul siapa Mira sejak kecil.

Bagiku Mira adalah istri yang baik. Aku memilihnya karena kesederhanaan dan kelembutan hatinya. Ia adalah Ibu yang baik bagi anak-anak hingga pribadi yang mandiri. Mira telah hadir menjadi bagian hidupku. Kami telah menjalaninya bersama dengan suka duka.

Kesabaran Mira, kelembutan hatinya, kesederhanaannya adalah sifat yang harus aku syukuri. Ketulusan Mira untuk memelihara ibuku di usia tua harus aku hargai sebagai sebuah sikap yang mungkin tak banyak dimiliki wanita lain. Ia rela untuk berhenti bekerja walaupun akan sangat berdampak pada keadaan perekonomian keluarga kami.

Angin barat masih bertiup kencang. Bau air laut menebar di sekeliling kami yang masih duduk memandang cahaya lampu di kejauhan. Rembulan mengintip di sela awan. Kupeluk istriku Mira dalam pantulan cahaya rembulan di keremangan malam. Aku bersyukur berada di sisinya, berusaha menjadi suami yang baik. Bagiku dialah wanita terbaik setelah ibu.

Tanjungpandan, 22 September 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ide cerita yg keren Pak. Menantu yg sangat menyayangi mertuanya karena mertuanya jg baik terhdpnya.

22 Sep
Balas

Tri.ms

23 Sep

Mantap, keren pak, dua wanita yg tepat utk dicintai, ibu dan istri

22 Sep
Balas

Terimak kase buk

22 Sep

Keren kawan, pacak nian awak nulis, sukses selalu untuk awak

23 Sep
Balas

Aku bersyukur berada di sisinya, berusaha menjadi suami yang baik. Bagiku dialah wanita terbaik setelah ibu. Alhamdulillah. Keren Pak

23 Sep
Balas

Terimakasih bu

23 Sep

Mantap Pak.

23 Sep
Balas

Mantap pak ..next

22 Sep
Balas

Trims

23 Sep

Ceritanya menarik Pak. Dikemas apik dan inspiratif. Saya ijin follow Pak

23 Sep
Balas

Terimakasih bu

23 Sep



search

New Post