KALI PUTIH
#Tagur 6#
Menghadiri undangan tasyakuran pernikahan teman guru di Kali Putih Resto, Jumoyo, kabupaten Magelang. Tiba-tiba ingatanku flashback ke tahun 2010 saat gunung Merapi batuk-batuk. Dulu sebelum tahun 2010 Kali Putih merupakan aliran sungai yang tidak begitu besar. Konon aliran sungai Kali Putih ini sudah dialihkan atau dibelokkan oleh Belanda pada abad 19 karena aliran sungai Kali Putih ini dianggap tidak berbahaya. Belanda membangun jalan utama yang menghubungkan Jogja-Magelang sehingga tidak perlu membangun jembatan di atas sungai Kali Putih karena sungai ini dinilai kecil dan tidak berbahaya saat Merapi erupsi.
Masih jelas dalam ingatanku saat aku pulang mengantarkan teman guru pulang dari sekolah hingga di rumahnya karena waktu itu belum ada bus kancil yang beroperasi pasca erupsi Merapi. Rumah temanku jauh melewati rumahku, dan sudah masuk wilayah Yogyakarta. Mengantar teman sampai di rumahnya itu aku lakukan hampir setiap hari. Dan suatu hari saat perjalanan pulang dari mengantar teman, cuaca mendung gelap dan mulai turun hujan. Suasana cukup mencekam karena gelapnya langit saat itu. Aku pacu mobil tuaku dengan kecepatan yang cukup tinggi agar bisa segera sampai rumah. Suara gemuruh terdengar cukup jelas ketika aku melewati daerah sekitar Kali Putih. Aku berdoa sepanjang jalan pulang agar Allah melindungiku hingga sampai rumah. Kurang dari 5 menit setelah melewati Kali Putih ada kabar bahwa Kali Putih banjir lahar dingin. Beberapa mobil terbawa hanyut oleh lahar dingin saat tengah melintas di jalan Kali Putih itu. Pasir, kerikil, batu kecil dan batu-batu besar sekali mungkin sebesar truk ikut hanyut dalam banjir lahar dingin. Banjir lahar dingin menghancurkan beberapa desa yang ada di sepanjang aliran sungai Kali Putih terutama Dusun Gempol, Desa Jumoyo, Kecamatan Salam. Banyak korban dan kerugian karena banjir lahar dingin itu. Jalan utama Jogja – Magelang terputus saat itu. Suasana menjadi mengerikan. Dan aku bersyukur karena aku sudah sampai rumah sebelum banjir lahar dingin sampai di Kali Putih.
Ada satu rumah tingkat di dekat aliran sungai Kali Putih tetap kokoh berdiri, meskipun rumah-rumah di sekitarnya sudah porak poranda hancur oleh banjir lahar dingin itu. Sebuah misteri yng tidak kita ketahui mengapa satu rumah itu seolah-olah dihindari oleh banjir lahar dingin. Konon, lahar dingin itu tidak menerjang rumah itu seperti rumah dan bangunan lain yang hancur, tetapi lahar dingin itu mencari jalan lain menghindari rumah itu. Wallahualam. Dan ada misteri lagi di dekat Kali Putih ini adanya batu yang sangat besar yang katanya tidak bisa dan “tidak mau” dipindah ke tempat lain. Sampai sekarang masih berdiri tegak di pinggir jalan dekat area Kali Putih ini. Entahlah, apakah memang benar begitu ataukah memang sengaja batu besar itu tetap berada di tempatnya sekarang ini untuk dijadikan monumen atau pengingat kejadian banjir lahar dingin tahun 2010.
Saat ini aliran sungai Kali Putih dikembalikan lagi seperti semula sama alirannya sebelum dibelokkan atau dialihkan. Ternyata alam telah memilih jalurnya yang asli untuk mengalirkan air, maupun muntahan lahar dingin dari gunung Merapi. Sungai telah mencari jalannya sendiri secara alamiah. Pemerintah akhirnya membangun Kembali aliran sungai Kali Putih dengan memperlebar sungai dan membuat talut yang kuat sesuai jalur yang dipilih alam. Pemerintahpun membangun jembatan di atas sungai Kali Putih yang dulu telah dihindari oleh Belanda. Jembatan yang sekarang terkenal sebagai jembatan Kali Putih menjadi penghubung jalan utama Jogja-Magelang. Sungai Kali Putih ternyata sebenarnya merupakan sungai purba yang pernah juga menjadi jalan aliran lahar dingin jauh sebelum tahun 2010 yaitu di tahun 1969 dan mungkin tahun-tahun sebelumnya lagi.
Kali Putih sekarang menjadi salah satu obyek wisata. Pengunjung ingin sekali melihat bagaimana dahsyatnya banjir lahar dingin. Batu-batu besar berserakan di sana. Nama Kali Putih pun konon katanya berasal dari keadaan kali setelah teraliri lahar dingin pasca erupsi Merapi dan ketika sudah kering warnanya menjadi putih sama seperti keadaan lingkungan setelah hujan abu saat Merapi batuk. Sejauh mata memandang semuanya nampak putih, lengang seperti tidak ada kehidupan. Semoga tahun ini dan tahun-tahun mendatang tidak akan terjadi lagi banjir lahar dingin yang akan menghancurkan, menelan korban dan menimbulkan kerugian besar bagi warga meskipun Merapi kadang bersin maupun batuk. Aamiin YRA.

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Gambaran pemandangan yang indah Bun,...
Terimakasih pak...