#Tantangan Menulis Gurusian Hari ke8

Tak ada kita di dunia ini tanpa pengorbanan seorang perempuan ikhlas. Perempuan yang terlalu senyum, saat dia kecewa. Perempuan yang selalu bilang 'tak apa' saat dia tersakiti. Perempuan yang telah bertarung nyawa, saat berjuang melahirkan kita.

Semua pasti kenal, semua pasti ingat dan aku yakin saat ini semuanya memejamkan mata membayangkan perempuan lembut itu.

Perempuan lembutku itu bernama Jusma ,seorang yang sederhanak, melahirkan anak sebanyak 9 orang. Walau kini hanya tinggal 5.

Empat jiwa yang diperjuangkannya lahir kedunia,sudah pergi menyusul beliau. Bahkan 3 orang anaknya sudah lebih dahulu mengahadap sang Khaliq mendahului beliau.

Bagiku, dia adalah wanita yang tak akan tergantikan oleh apapun. Dia seorang ibu yang sangat lembut, tak pernah berteriak saat dia kesal atau marah. Dia memilih, menutup mulutnya kalau aku tak mengindahkan katanya.

Yang tak akan terlupakan, kalau aku sudah menangis, agar dia sudah melaksanakan aksi diam. Tak mau bicara, hanya kerja dan kerja, aku akan mengikutinya kemanapun sambil merengek "Umak, bicaralah."

Dia menghentikan kerjanya, "Bet, umak tak akan menganakkan kamu lagi." Kembali melanjutkan kerjaannya. Aku akan menangis, hampir teriak, sambil berucap, "Umak, anakkan lagi, anakkan lagi."

Beliau akan tersenyum, "Janji tak akan nakal lagi?" Aku akan mengangguk dan memeluknya. Biasanya aku akan ikut membantu apa yang dia kerjakan.

Kini, setelah jadi orang tua, aku jadi tertawa sendiri. Bagai mana aku bisa sampai histeris menangis kalau beliau mengatakan 'tidak akan menganakkan aku lagi'.

Ya iyalah, dia tak akan menganakkan aku lagi, karena aku audah jadi anak beliau. Aku tak akan pernah dilahirkan lagi.

# tidak menganakkan bukan berarti berhenti jadi anak, tapi tidak akan melahirkan aku lagi.

Kisah sekelumit ibuku, saat melihat foto wajah cantiknya. Jadi rindu ingin dipeluk lagi.

Payakumbuh, 27042020, 23.20