SENYUMAN ADINDA
#Part_1
#Tantangan_gurusiana_Hari 1
"Dinda!!!"
Nadra menjerit saat Dinda selesai menjadi MC pernikahan, jatuh pingsan. Syukur Nadra dari awal acara sampai selesai setia berdiri di samping gadis cantik yang mulai menggunakan hijab semenjak ayahnya meninggal 1 bulan yang lalu.
Dinda, seorang gadis cantik.Dengan tinggi sedang, 160 cm. Kulit putih, Rambut lurus dan tebal berwarna coklat kemerahan kalau kena matahari sebagian rambutnya akan mengkilat sehingga sering menjadi candaan teman temannya, " Silau man" .
Kuliah di fakultas keguruan, jurusan matematila semester 4, dan punya hobby bernyanyi. Periang mudah bergaul tapi kalau menyangkut hal pribadi sangat tertutup.
Dua tahun perkenalan mereka, Nadra belum pernah melihat Dinda akrab dengan lawan jenis.
Semua baginya hanya teman. Kalau ada yang nembak dia pasti menjawab sudah punya calon.
**
"Ambil yang mana Din?" Nadra mencolek pinggang Dinda hingga dia menjerit saking terkejutnya.
"Apa?" sambil menutup mulutnya yang sudah mengeluarkan jeritan sangat kuat, semua manusia di ruangan studio, menoleh padanya dan ikutan tertawa lepas
"Ambil yang mana, Bukittinggi atau yang di sini?"
"Bukittinggi aja, sekalian tidur sama bunda."
"Ikut ah, pingin juga di peluk bundanya Dinda" Nadra menyandarkan kepalanya ke bahu Sony si manager grup Band yang sekaligus kakak satu satunya. Bagi Nadra, Sony pengganti mama dan papanya yang sudah tiada.
"hmm bagus, sekalian belajar shalat yang bener, nggak malu, Dinda dah berhijab kamunya masih suka shalat bolong bolong." Dinda tersenyum, tapi Nadra memonyongkan mulut padanya.
"Udah, mana list acaranya?" Dinda menyambar kertas yang di lambaikan Nadra .
"Kok nggak ada nama yang akan menikah?" Dinda melihatkan lembaran itu pada Sony
"Kan bisa di isi besok di tempat acara. Lupa abang menanyakannya. Yang antar jempuat kalian besok tuh Reva" Sony menunjuk cowok yang duduk cuek mengahadap ke pintu.
"Bang, kita sama Om Han aja. Malas sama Reva." Nadra protes sama abangnya
"Kalau nggak suka tinggal aja, kamu kan hanya pelengkap penderita." Reva yang punya suara bariton itu tertawa terkekeh melihat Nadra memandangnya dengan mata yang hampir keluar dan lidah menjulur.
"Udah, aku Pulang mau istirahat. Besok aku tunggu di kost aja ya Nad." Dinda menghentikan pertengakaran dua sepupu itu.
" Yang jemput besok itu aku lho Din, kok malah janjiannya sama Nadra". Reva tersenyum pada Dinda.Yang disenyumi hanya cuek.
"Eh, Rev, jangan berharap pada Dinda, Udah ada yang punya tuh." Nadra tertawa karena bisa membuat wajah Reva memerah. Dinda hanya tersenyum, melangkah sambil mengucapkan salam.
"Jangan lupa pakai baju kuruang ya Din. Itu permintaan keluarga coust nya." Dinda menghentikan langkah dan mengangguk, sambil tersenyum pada Reva. Lalu naik motor dan menjalankan pelan
" Aduh jantungku." Reva memegang dada kirinya di sambut pukulan sayang Sony yang tahu persis Reva sangat menyukai Dinda. Sampai sampai penelitiannya di bawa pulang ke Padang.
***
"Alhamdulillah Cantik sekali anak bunda pakai baju kuruang begini." pujian itu di berikan Annisa untuk putri satu satunya.
Dinda tersenyum dan memeluk bundanya. Dinda memakai baju kuruang warna Navy dan hijab warna silver. Dia memang terlihat cantik
"Aku juga di peluk dong bund." Nadra ikut memeluk Nissa. Mereka berpelukan, air mata Nisa membasahi pipiny. Cepat dihapus, dia tak ingin, suasana ceria berubah jadi sedih.
"Udah, bun. Nggak baik nangis begini. Nanti Dinda nggak konsen nih bawa Acaranya." Dinda mengeratkan pelukan pada wanita yang telah melahirkan dan membesarkan dia itu.
Tit ... tit ... klakson mobil terdengar di luar
"Assalamualaikum," suara bariton Reva di depan pintu yang memang tidak tertutup.
"Waalaikum salam." Jawab tiga wanita itu berbarengan sambil melangkah ke sumber suara.
"apa kabar bunda." Reva menyalami dan mencium punggung tangan bunda Dinda.
"Alhamdulillah Rev. Gimana kuliahnya?"
"Tinggal sedikit lagi penelitiannya bun. Insyaa Allah tahun ini bisa wisuda."
"syukurlah," bunda tersenyum karena menangkap basah mata Reva tak lepas memandang Dinda yang sedang merapikan hijabnya.
"woi ... ayo berangkat." Nadra menarik tangan Reva. Reva tergagap dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal
"Bun, anak gadis cantik bunda Reva culik sebentar ya." Reva mengedipkan sebelah matanya pada Dinda. Dinda tidak menanggapi. Malah Nissa yang tertawa tanpa mengeluarkan suara. Reva kembali mencium punggung tangan wanita setengah baya itu.
"Dinda, berangkat bun, doakan acaranya sukses ya bun." Dinda menyalim tangan bundanya.
"Pergi ya Bund," Nadra juga menyalami dan mencium tangan bunda.
Bunda tersenyum melihat tingkah dua sepupu itu yang saling jail, Dinda ikut di belakangnya hanya bisa tertawa. Membalikkan badan sambil melambaikan tangannya kearah bunda. Bunda juga ikut melambaikan tangannnya. Berjalan keruang tengah setelah mobil yang membawa anaknya menghilang dari pandangan.
**
"Nggak salah nih alamatnya?" Dinda membuka pintu mobil sambil memandang sekalilingnya, dan melangkah turun.
"Nggak. Tuh liat dah mulai rame." Reva ikut turun
"Eh Reva ... makin ganteng saja. Kapan pulangnya? Sony mana?" Seorang perempuan yang hampir sebaya bunda menyapa.
"Apa kabar tante Eva, tuh bawa adeknya bang Sony 8yang bawel. Bang Sony handle acara yang di Padang" Reva menyalami tangan tante eva yang punya hajatan.
"Apa kabar tante" Nadra menyalami tangan wanita cantik itu.
"Oh ya tan ini Dinda yang akan membawakan acaranya" Nadra mengenalkan Dinda pada tante Eva.
Wajah tante Eva berubah agak pucat dan terkejut.
"Dinda," sapa tante Eva pada Dinda
"Tante, Eva?" Dinda tak kalah terkejutnya memandang wanita itu.
"yang nikah ini Wilda, Tan?" Dinda memeluk tante Eva seakan tak percaya.
"Iya Din," tante Eva memandang Dinda dengan perasaan tak menentu
"Wilda mana, tan?" pingin mencubit pipinya. Nikah nggak ngomong-
ngomong.
"Di dalam, yok mari, " tante eva menarik tangan Dinda dan tangan Dinda menarik tangan Nadra. Tak sengaja Dinda bertemu dengan mata Reva. Reva tersenyum jail dan menggerakkan bibirnya
"Kayak kereta Api."
Dinda mencibir ke arah Reva yang tidak sempat membalas jailnya Reva karena tangannya terus di tarik tante Eva.
"Wilda!" teriak Dinda melihat sahabat SMPnya, sudah rapi dengan pakai baju kuruang basiba.
"Dinda!" Wilda tak kalah terkejutnya.
"Bagus ya say, mau nikah nggak kasih tau. Kalau nggak aku yang bawa acaranya ...." Dinda tak jadi melanjutkan bicara, saat netranya memandang ke foto PW yang terpajang indah di sudut kamar Wilda.
Dinda merasakan jantungnya berhenti berdetak, Dadanya sesak dan matanya terasa panas.
"Maafkan aku Din." Wilda memeluk erat Dinda. Dinda hanya diam, seluruh anggota tubuhnya terasa melemah.
"Aku juga tidak setuju, tapi mama dan papaku ..." Wilda menangis sesegukan di pelukan Dinda. Nadra dan Reva saling pandang mereka tak mengerti apa yang terjadi. Tiba tiba terdengar suara dari arah ruang tengah.
"Calon Marak Pulai alah tibo."
Dinda melepaskan pelukan Wilda, dan berusaha tersenyum, tangan kirinya menghapus air mata.
Dinda berusaha, beraifat profesional. Dia akan melanjutkan membawa acara, walau jantungnya sangat perih.
"Buk tolong perbaiki tu riasan Wildanya. Masa mau nikah make up berantakan" Wilda membalikkan badannya dan menarik tangan Nadra. Reva tahu pasti mata Dinda sangat terluka, tapi tak tahu apa masalahnya
***
Tes ... tes ....
"Assalamualaikum Warah Matullahi Wabarakatuh." Dinda berdiri di sudut ruangan yang telah di sediakan yang punya rumah. Dari sini dia nampak jelas Edo duduk gelisah di samping ayahnya.
Edo sangat terkejut melihat seorang wanita dengan memakai baju kurung warna navy dan hijab warna silver. Berdiri anggun di sudut ruangan dengan memegang kertas warna merah maroon di tangan kirinya dan mikerofon di tangan kanannya.
" Dinda," Edo tak sengaja menyebutkan pelan nama itu dan membuat ayahnya terkejut.
Mata Edo tak sengaja bertemu dengan mata Dinda. Tapi Dinda langsung membuang pandangannya. Kembali Edo memandang ke arah Dinda. Akhirnya Dinda juga memandang ke arah Edo..tersenyum meletakkan tangan kanannya di dada kirinya dan membungkuk. Edo membalas dengan gerakan yang sama dengan air mata yang mulai membasahi pipinya. Tanpa di sadari ke dua manusia yang terluka itu dua pasang mata juga memandang ke arah mereka yang juga mengeluarkan air mata....ah...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar